Minggu, 07 Februari 2021

Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam mencontohkan sikap profesional.

Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam mencontohkan sikap profesional.

Ketika beliau berobat dengan berbekam, beliau tidak meminta sahabat Abu Bakar, atau Umar, atau Utsman atau Ali radhiallahu 'anhum atau sahabat terkemuka lainnya, agar membekam beliau.

Yang membekam beliau justru seorang budak bernama Nafi' Abu Thaibah .

Menurut ada, mengapa demikian? Apakah karena beliau kawatir kalau dimintai upah yang mahal oleh sahabat Abu Bakar dan lainnya?

Ataukah para sahabat tersebut enggan membekam Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam?

Atau karena para sahabat tidak kenal dengan pengobatan denganc ara Bekam atau Hijamah?

Tentu saja jawabannya bukan ketiga alasan di atas. 

Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam mencontohkan ummatnya untuk bersikap profesional.

Sekedar tahu bahwa bekam adalah obat, belum tentu bisa membekam,

Sekedar tahu bahwa titik bekamnya adalah ini dan itu, belum tentu mahir membekam.

Sekedar tahu bahwa penyakitnya ini atau itu dan bila dibekam bisa sembuh, maka bukan berarti jago membekam.

Apalagi sekedar berani  membekam, berbekalkan nekad maka sudah barang tentu sangat  tidak layak untuk praktek bekam.

Teori, ketepatan dosis, dan pengalaman panjang adalah ramuan pengobatan yang manjur.

Karena itu Nabi bersabda: 
(لِكُلِّ دَاءٍ دَوَاءٌ فَإِذَا أُصِيبَ دَوَاءُ الدَّاءِ بَرَأَ بِإِذْنِ اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ. )
"Setiap penyakit ada obatnya, dan bila telah ditemukan dengan tepat obat suatu penyakit, niscaya akan sembuh dengan izin Allah Azza wa Jalla." (riwayat Muslim ).  

Imam Ibnul Qayyim berkata: Pada hadits ini, Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam mengaitkan kesembuhan dengan ketepatan dalam pengobatan. 

Dan ketepatan itu adalah faktor yang lebih tinggi dibanding  sekedar ada atau tidaknya obat ( suatu penyakit). 

Karena obat suatu penyakit bila diberikan melebihi kadar penyakitnya, baik pada metode penggunaan atau dosis yang semestinya, akan berbalik menjadi penyakit baru. 

Bila metode penggunaan atau  dosisnya kurang dari yang semestinya, maka tidak mampu melawan penyakit, sehingga proses penyembuhannya-pun tidak sempurna. (Zadul Ma'ad 4/14-15)

Heem, jadi belajarlah menjadi terapis, atau tenaga medis atau herbalis, atau jamuis, atau ruqyahis, atau urutis, atau pijetis yang profesional.

Semoga bermanfaat.
Ust Dr Muhammad Arifin Badri Ma