Selasa, 03 Desember 2019

INDAHLAH DALAM MENCARI REZEKI"

"INDAHLAH DALAM MENCARI REZEKI"

Saat membahas Kitab Syarah Al-Kabair (Dosa-Dosa Besar) dalam bab

"باب قول: هلك الناس"
(Bab Perkataan: "Celakah Manusia")

*Yaitu memandang orang lain selalu dengan sudut pandang negatif atau buruk, lalu lihat dirinya dengan selalu sudut pandang positif atau yang baik saja. Sehingga selalu merasa diri lebih baik dari orang lain.*

Terdapat faedah yang disampaikan Ustadz Aris Munandar, M.PI hafizhahullahu ta'ala tentang hadits Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam. *Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,*

*قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : " أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا اللَّهَ، وَأَجْمِلُوا فِي الطَّلَبِ، فَإِنَّ نَفْسًا لَنْ تَمُوتَ حَتَّى تَسْتَوْفِيَ رِزْقَهَا وَإِنْ أَبْطَأَ عَنْهَا، فَاتَّقُوا اللَّهَ، وَأَجْمِلُوا فِي الطَّلَبِ خُذُوا مَا حَلَّ، وَدَعُوا مَا حَرُمَ ".*

*"Wahai sekalian manusia, bertakwalah kepada Allah, dan carilah rezeki Allah dengan cara yang indah. Karena sesungguhnya jiwa seseorang tidak akan wafat (dicabut nyawanya) sampai mendapatkan (sempurna) rezekinya, meski (terasa) lamban darinya. Maka bertakwalah kepada Allah, dan carilah rezeki Allah dengan cara yang indah. Ambilah yang halal dan tinggalkanlah yang haram."*
(Shahih, HR. Ibnu Majah: 2144, diambil dari aplikasi hadits Jami'ul Kitabit Tasi'ati)

*Ustadz Aris Munandar, M.PI. hafizhahullahu ta'ala menjelaskan faedah tentang makna dari*
*"وَجْمِلُوْا"*
ada 2 tafsiran, yaitu:
*1. Indah dalam mencari rezeki, yaitu dengan memperhatikan aturan-aturan Allah dalam mencari rezeki, membedakan mana yang halal dan mana yang haram*

*2. Mencari rezeki dengan mujmal (menyeluruh) bukan mufasshal (menyempit), yaitu mencari rezeki Allah secara lapang atau tidak sampai terlalu memaksakan diri. Dalam bahasa jawa yaitu jangan mencari rezeki sampai "ngoyo". Carilah rezeki Allah secara luas, tanpa "ngoyo". Namun juga bukan berarti mencari rezeki tanpa usaha sungguh-sungguh yang dilakukan.*

Ustadz Aris Munandar, M.PI. hafizhahullahu ta'ala kemudian menyampaikan *sebuah kisah yang menjadi contoh mencari rezeki tanpa "ngoyo"*. Yaitu *kisah Syaikh Al-Albani rahimahullahu ta'ala saat di Suriah*. Beliau rahimahullahu ta'ala membuka toko servis jam dalam sehari hanya 2 jam, setelah dirasa cukup untuk nafkah istri dan anak pada hari itu, lalu beliau tutup kiosnya dan pergi ke maktabah adz-dzhahiriyah (perpustakaan) untuk belajar. *Dan inilah yang menyebabkan beliau* (Syaikh Al-Albani rahimahullahu ta'ala) *sebagaimana beliau* (yang kita kenal sekarang). *Lahir darinya karya-karya monumental, yaitu Kitab Silsilah Hadits Ash-Shahihah dan Silsilah Hadits Adh-Dhaifah*. Dan ini disebabkan karena beliau rahimahullahu ta'ala seperti apa yang digambarkan di atas, yaitu beliau tidak "ngoyo" dalam mencari rezeki.

_[ diambil dari faedah rekaman kajian Syarah Kitab Al-Kabair (karya Syaikh Muhammad bin 'Abdil Wahab rahimahullahu ta'ala) oleh Syaikh Shalih Al-Fauzan hafizhahullahu ta'ala bersama Ustadz Aris Munandar, M.PI. hafizhahullahu ta'ala tiap hari Selasa ba'da Maghrib - selesai di Masjid Al-'Ashri, Pogung Rejo, Yogyakarta ]_

*Disusun hari selasa malam 7 Rabi'uts Tsani 1441 H / 3 Desember 2019 di Yogyakarta*