Banyak di antara ikhwah jika membenci seseorang karena kemaksiatannya misalnya akhlâqnya yang buruk maka mereka banyak mencela kebaikan yang lain yang ada pada orang tersebut yang tidak ada hubungannya dengan kemaksiatannya dalam sudut pandang syari'at, dan meninggalkannya menasehati empat mata agar pelakunya kembali ke jalan yang benar.
Contoh:
- Percuma pakai jilbâb kalau atas kerudung tapi di bawah warung.
- Percuma postingan dakwah tapi di belakang binal
- Percuma berjenggot tapi akhlâq penipu
- Percuma shalat dan puasa tapi perangai binatang.
- Percuma status dakwah tapi gak bayar hutang.
- Percuma rajin ngaji tapi lisân gak dijaga
Harusnya tidak mencela amal kebaikannya, tapi nasehatilah orangnya. Karena yang salah itu adalah orangnya, adapun kebaikannya di sisi Allâh tetaplah tidak tercela dengannya.
Dan janganlah menjadi penolong syaithân untuk menjauhkan manusia dari kebaikan.
Andai orang-orang yang lemah dalam imân menjadi semakin jauh dan semakin meninggalkan semua kebaikan Islâm totalitas karena sebab celaan mereka tanpa ilmu itu, misal mereka yang awalnya masih menyukai syi'ar Islâm walau dirinya belum mampu untuk mengamalkan Islâm secara sempurna, lalu dengan sebab celaan mereka dan pelaku kemaksiatan jadi meninggalkan Islâm secara keseluruhan dan berbagai ciri khasnya secara sempurna, atau bahkan menjadi membenci Islâm, maka para pencela telah mengambil andil dalam keburukan itu dan telah menjadi penolong syaithân dalam hal tersebut.
Mari kita renungkan kembali wejangan syaikh Muqbil berikut:
قال العلامة مقبل الوادعي رحمه الله :
"إذا رأيت صاحب لحية كذاباً،
وإذا رأيت صاحب لحية خائناً،
وإذا رأيت صاحب لحية سارقاً،
العيب ليس في اللحية..
بل العيب في صاحب اللحية،
أما اللحية ليس عليها عيب، وهي من خصال الفطرة وهي أيضاً من سنن رسول الله ﷺ التي أمر بها وأوجبها"
--------•📚[إجابة السائل ص(٢٢٢)]
Al-'Allâmah Muqbil Al-Wâdi'iy rahimahullâh berkata:
"Jika engkau melihat lelaki berjenggot suka berdusta, jika engkau melihat lelaki berjenggot berkhianat, dan jika engkau melihat lelaki berjenggot mencuri, maka aib itu bukan ada pada jenggot..
Tetapi aib itu ada pada orang yang berjenggot, adapun jenggot tidak ada aib padanya, dan ia merupakan khishâlul fithrah (kebiasaan-kebiasaan fithrah), dan ia juga bagian dari sunnah rasûlillâh shallallâhu 'alaihi wa sallam yang beliau perintahkan dan wajibkan."
[Ijâbatus Sâil hal 222]
Terjemahan Gambar:
"Lelaki berjenggot dan wanita berjilbab adalah manusia biasa sama seperti kalian, terkadang mereka salah, dan terkadang mereka benar, bagi mereka apa yang mereka miliki, dan menimpa mereka apa yang menimpa mereka, permisalan mereka seperti permisalan manusia yang ada, dan mereka tidaklah ma'shûm, karena itu bertaqwalah kepada Allâh dan janganlah engkau menjadi penolong bagi syaithân atas saudaramu para multazimîn dalam rangka mencari-cari aib mereka"