Kamis, 05 Juni 2025

Insight yang menarik dari Dr Walid Shawish, faqih Maliki terkait haji dan visa haji.

Insight yang menarik dari Dr Walid Shawish, faqih Maliki terkait haji dan visa haji.

---

Ringkasan

Karena syariat mensyaratkan bahwa objek jual beli dan harga (yang menjadi inti akad) harus memiliki nilai finansial, serta karena syariat melarang memperoleh keuntungan finansial melalui pengaruh atau kedudukan yang bertentangan dengan prinsip kerelaan dalam transaksi, yang dalam istilah syariat disebut sebagai tsaman al-wajh (harga dari kedudukan) atau ‘iwadh al-jāh (imbal jasa dari pengaruh), maka menjual visa haji adalah batal secara syariat, haram untuk dimasuki sejak awal, dan jika telah terjadi, maka wajib bertaubat dan mengembalikan keadaan seperti sebelum akad berlangsung. Sebab, sesuatu yang dianggap tidak ada secara syar’i, diperlakukan sama dengan yang tidak ada secara inderawi. Pembeli visa berhak menuntut kembali uang yang diberikan untuk membayar ‘harga wajah’ dari penjualnya, dan penjual tidak berhak menerima apa pun kecuali biaya aktual seperti biaya transportasi atau komunikasi. Orang yang memiliki pengaruh dan kedudukan disarankan untuk memanfaatkannya dalam amar ma’ruf nahi munkar dan perbaikan umat, dan diharamkan memperoleh keuntungan finansial dari kedudukan dan pengaruh mereka.

---

Pertama: Dasar hukum syariat dalam masalah ini

1. Objek akad harus memiliki nilai finansial:

Objek akad adalah hal yang dijadikan pokok perjanjian. Dalam jual beli mobil misalnya, objek akad adalah mobil dan harganya. Mobil memiliki nilai finansial secara syar’i, dan harga yang dibayar merupakan imbalan atas manfaat yang diperbolehkan secara syar’i. Sebaliknya, menjual film, sinetron, atau materi media yang bertentangan dengan ajaran dan akhlak Islam, hukumnya tidak sah karena manfaat dari materi tersebut dilarang. Maka, harga yang diterima dari penjualan tersebut adalah bentuk memakan harta orang lain secara batil, seperti yang difirmankan Allah:
“Dan janganlah kalian memakan harta di antara kalian dengan cara yang batil dan (janganlah) kalian membawa (urusan itu) kepada hakim untuk memakan sebagian dari harta orang lain dengan dosa, padahal kalian mengetahui” (QS. Al-Baqarah: 188).
Dalam kasus ini, nilai finansial dari materi media tersebut dianggap tidak sah secara syariat, dan penjual wajib mengembalikan uang kepada pembeli.

2. Haramnya memperoleh keuntungan dengan menggunakan pengaruh dan kedudukan:

Syariat menegaskan bahwa hak seseorang ditentukan oleh syariat, bukan oleh kekuasaan atau pengaruh. Maka tidak diperbolehkan menciptakan hak dengan kekuatan atau jabatan. Hak hanya sah jika ditetapkan oleh syariat, dan setelah hak itu ada, barulah kekuatan digunakan untuk menegakkannya melalui amar ma’ruf nahi munkar dan peran penguasa atau lembaga hukum. Oleh karena itu, pengaruh dan kedudukan tidak memiliki nilai finansial secara syar’i, dan setiap keuntungan dari kedudukan adalah haram. Pengaruh harus digunakan untuk kebaikan, bukan untuk memperoleh imbalan.

---

Kedua: Apa yang dimaksud dengan penjualan visa haji

Visa haji adalah izin masuk ke suatu negara untuk menunaikan ibadah haji. Izin ini tidak memiliki nilai finansial secara syariat. Visa bukan barang yang memiliki manfaat yang dapat dinilai dengan uang. Ia hanyalah hasil kesepakatan administratif antarnegara dalam mengatur pelaksanaan haji. Menjadikannya sebagai barang dagangan adalah bentuk komersialisasi terhadap hak ibadah, dan tunduk pada mekanisme pasar (supply-demand), yang bertentangan dengan prinsip syariat terutama dalam hal ibadah haji.

---

Ketiga: Hukum syariatnya (yang tidak sah menurut syariat dianggap tidak ada secara inderawi)

1. Seseorang yang mendapatkan visa haji pada awalnya tidak membayar apa pun; visa itu diberikan gratis, biasanya karena kedudukan atau koneksi. Ia boleh memberikannya secara cuma-cuma kepada orang lain. Tetapi jika ia memperjualbelikannya, maka ia telah menggunakan kedudukan dan pengaruhnya untuk mendapatkan keuntungan, dan ini adalah bentuk transaksi yang keluar dari batas perdagangan murni menuju pemanfaatan kekuatan dan pengaruh, yang bertentangan dengan prinsip kerelaan dalam transaksi menurut syariat.

2. Jika tetap terjadi perjanjian jual beli visa, maka akad tersebut batal secara syar’i, dan pembeli tidak wajib membayar. Penjual hanya berhak menerima biaya nyata yang telah dikeluarkan (misal biaya transport atau komunikasi), sedangkan uang yang dibayarkan karena 'harga wajah' tidak sah dan harus dikembalikan kepada pembeli. Pembeli boleh tetap menggunakan visa untuk menunaikan haji, dan hajinya tetap sah. Tetapi ia wajib bertaubat dari transaksi batil tersebut. Transaksi seperti ini diperlakukan seolah tidak pernah terjadi, walaupun secara tampak ia terjadi.

---

Keempat: Bahaya dari religiositas emosional yang menyimpang terhadap syariat

Haji adalah rukun Islam, dan Allah hanya mewajibkannya bagi yang mampu. Orang yang tidak mampu secara syar’i tidak berkewajiban menunaikannya hingga mampu. Namun ketika ibadah haji dijadikan sebagai komoditas yang bisa dibeli oleh siapa saja yang mampu secara finansial, maka ini adalah bentuk privatisasi dan kapitalisasi ibadah, yang mengubah esensi agama menjadi barang dagangan yang tunduk pada logika pasar.
Ironisnya, bahkan ekonomi kapitalis pun tidak mengizinkan semua hak untuk diperjualbelikan, seperti hak mencalonkan diri atau memilih dalam pemilu. Tapi ketika religiositas emosional tanpa dasar ilmu tumbuh, justru ia menjadi lebih kapitalis dari kapitalisme itu sendiri – dan ini terjadi dalam salah satu rukun Islam: haji.
Oleh karena itu, penulis mengajak setiap Muslim yang mencintai haji untuk menolak komersialisasi agama, yaitu menjadikan agama sebagai komoditas yang bisa dipermainkan dan digunakan oleh orang-orang yang tidak memiliki kesungguhan terhadap ibadah, yang hanya menjadikan agama sebagai mainan dan senda gurau.

---

Jalan menuju Sunnah itu wajib.

Ditulis oleh hamba-Nya yang lemah dan tertawan oleh dosanya,
Dr. Walid Mustafa Shawish
Amman, Yordania
Pagi Jumat yang diberkahi,
19 Agustus 2016

الملخص

نظرا لاشتراط الشرع أن يكون المبيع والثمن (محل العقد) له قيمة مالية، وتحريم الشرع تحقيق أي مكسب مالي عن طريق النفوذ الذي يتنافى مع الرضا في التجارة، وهو ما يعرف في الشرع بثمن الوجه أو عوض الجاه، فإن بيع تأشيرات الحج يعتبر باطلا، يحرم الدخول فيه ابتداء، وتجب منه التوبة انتهاء إن وقع ، ويجب إعادة الحال كما كان عليه قبل التعاقد؛ لأن المعدوم شرعا كالمعدوم حِسًّا، ولمشتري التأشيرة الحق في الرجوع بثمن الوجه على من باعه، ولا يحق لبائع التأشيرة إلا المصاريف الفعلية، كثمن نقل أو اتصال وشبه ذلك، ويوصَى أصحاب النفوذ والجاه بتزكية جاههم ونفوذهم بالأمر بالمعروف والنهي عن المنكر وإصلاح ذات بين المسلمين، ويحرم عليهم تحقيق أي مكسب مالي مقابل جاههم ونفوذهم.

أولا: الأسس التي يبنى عليها الحكم الشرعي في هذه المسألة:

1-محل العقد لا بد أن يكون متقوما ماليا:

محل العقد هو المعقود عليه ففي بيع السيارة محل العقدة هو السيارة وثمنها، فالسيارة لها قيمة مالية شرعا، والثمن هو مقابل ما ينتفع به شرعا، ومما هو غير مشروع الانتفاع به كبيع الأفلام والمسلسلات والمواد الإعلامية التي تتعارض من الإسلام أحكامه وأخلاقه فلا يحل الثمن للبائع لأن الانتفاع بهذه المادة محرم شرع، وأخذ الثمن هو أكل لأموال الناس بالباطل، لأن المال المبذول من المشتري واقع دون مقابل شرعا، وهو ما بينه الله تعالى في كتابه: وَلَا تَأْكُلُوا أَمْوَالَكُمْ بَيْنَكُمْ بِالْبَاطِلِ وَتُدْلُوا بِهَا إِلَى الْحُكَّامِ لِتَأْكُلُوا فَرِيقًا مِنْ أَمْوَالِ النَّاسِ بِالْإِثْمِ وَأَنْتُمْ تَعْلَمُونَ (188)  سورة البقرة، وفي هذه الحالة تعتبر القيمة المالية للمادة الإعلامية الفاسدة هدرا من الناحية الشرعية، وعلى البائع أن يرد الثمن للمشتري.
2-تحريم التكسب بطريقة النفوذ والجاه:

بينت الشريعة مقاطع الحقوق وأن الحق ما يقرره الشرع، ولا يجوز استخدام القوة والنفوذ في إنشاء الحق وتقريره، لأن الحق يثبت من جهة الشرع، وبعد ثبوت الحق من جهة الشرع، تأتي القوة الشرعية لإقامة الحق في المجتمع، بالأمر بالمعروف والنهي عن المنكر، وقوة الحاكم، والقضاء, يعني أن الوجه والقوة لا مكان لهم في تحقيق أي مكسب مالي وأن الكسب المالي لا بد أن يكون ناشئا عن صفقة تجارية محضة لا دخل للقوة فيها لأصحاب الجاه والنفوذ، والتكسب بالمنصب أو الوجاهة الاجتماعية حرام شرعا، لأن الوجه لا توجد له قيمة مالية من الناحية الشرعية، بل يجب بذله لله تعالى في الإصلاح بين المسلمين، والأمر بالمعروف والنهي عن المنكر.

ثانيا: ماذا يعني  بيع تأشيرة الحج:

تأشيرة الحج هي إذن بدخول الدولة لأجل أداء فريضة الحج، وهذا الحق لا توجد له قيمة مالية، ولا يعني أن التأشيرة حق الدخول أن لها قيمة مالية، فكثير من الحقوق ليست لها قيمة مالية، مثل الحقوق في مجال الأسرة، والوالدين فهذه لا تباع ولا تشترى، وكذلك  التأشيرة فهي لا تتضمن في ذاتها ونفسها منفعة تقوم بمال، بل هي حق اقتضته الظروف في اتفاقات بين الدول الإسلامية لتنظيم الحج، وتحويل التأشيرة إلى سلعة هو فرض قيم رأسمالية على شأن ديني محض وهو العبادة، وهي تعنى تسليع الحق في الحج،  وإخضاعه لقوى العرض والطلب في السوق وهذا يتنافى مع الحقوق والواجبات الشرعية  وعلى رأسها الحج الأكبر .
ثالثا: الحكم الشرعي (المعدوم شرعا كالمعدوم حِسًّا):

1-إن من يحصل على تأشيرة حج ابتداء لا يدفع ثمنها، وهو قد أخذها مجانا، ويكون قد حصل عليها بوجاهته ومنحت له بصفة خاصة  وله الحق أن يتنازل عنها مجانا لمن يرغب،  وعندما يتاجر بهذه التأشيرة، يكون قد استفاد من مركزه ونفوذه ووجهه في تحقيق مكاسب مالية، وخرج التبادل عن كونه لأسباب تجارية بحته إلى تكسب بالقوة والنفوذ، وإدخال النفوذ والقوة في التكسب المالي يتنافى مع التراضي في العقود الذي يحل به مال المسلم لأخيه، ويحرم الدخول في هذه الصفقة ابتداء، لأنها أكل لأموال الناس بالباطل.

2-وعلى فرض حصل عقد واتفاق على بيع التأشيرة فيعتبر العقد لا غيا من الناحية الشرعية، ولا يجب على المشتري أن يسدد الثمن للبائع  لبطلان العقد،  ويحق للبائع الأجرة الفعليه التي دفعها من تنقل وسفر واتصال ، أما ما دفعه من ثمن وجه للبائع السابق، فلا حق له فيه، ويرجع  على البائع السابق بثمن الوجه ، لأن الوجه لا ثمن له شرعا، ويُرَدُّ المال إلى صاحبه، ويحق لمن حصل على التأشيرة أن يحج بها  وحجه صحيح، وعليه التوبة من البيع الباطل الذي اشترى به التأشيرة, ونتعامل مع العقد الباطل على أنه غير موجود حسا ولو كان موجودا صورة، للقاعدة الفقهية: المعدوم شرعا كالمعدوم حِسًّا.

رابعا: خطور ة التدين العاطفي المشوّه على الشريعة:

الحج ركن من أركان الإسلام، وقد كتب الله تعالى الحج على المستطيع، ومن ليست له قدرة على الحج بالوسائل المشروعة سقط عنه فرض الحج إلى أن يستطيع إليه سبيلا، وتحويل ركن من أركان الإسلام إلى حق مالي لمن يدفع المال هو تعويم للعبادة وإخضاع لها لقوى العرض والطلب، مما يعني رسملة أركان الإسلام وإخضاعها لقيم الاقتصاد الرأسمالي،  ومع أن الاقتصاد الرأسمالي لا يجيز أن تكون بعض الحقوق محلا للمعاوضة المالية كحق الترشح والانتخاب للمجالس البرلمانية،  فإن من المؤسف أن يصبح التدين العاطفي المنسلخ  عن التدين المعرفي، رأسماليا أكثر من الرأسمالية نفسها وفي ركن من أركان الإسلام وهو الحج،  لذا أهيب بكل مسلم محب للحج أن يحذر من تسليع الدين أي تحويل الدين إلى سلعة قابلة للطي والفرش وكل وجوه الاستعمال المنحرف، لأفراد لا يعنيهم الحج، بعد أن اتخذوا دينهم لهوا ولعبا.

الطريق إلى السنة إجباري

وكتبه عبد ربه وأسير ذنبه

د. وليد مصطفى شاويش

عمان المحروسة

صبيحة الجمعة المبارك

19-8-2016

https://walidshawish.com/%D9%87%D9%84-%D9%8A%D8%AC%D9%88%D8%B2-%D8%A8%D9%8A%D8%B9-%D8%AA%D8%A3%D8%B4%D9%8A%D8%B1%D8%A7%D8%AA-%D8%A7%D9%84%D8%AD%D8%AC-%D9%88%D8%A7%D9%84%D8%AA%D8%AC%D8%A7%D8%B1%D8%A9-%D9%81%D9%8A%D9%87%D8%A7/
Ustadz noor akhmad setiawan
https://www.facebook.com/share/19iGaVmnzy/


Kementerian Agama Yordania memang tegas melarang jual beli visa ini 👍

https://petra.gov.jo/Include/InnerPage.jsp?ID=2126437&lang=ar&name=archived_news#:~:text=%D8%A7%D9%84%D8%A7%D9%81%D8%AA%D8%A7%D8%A1%20%D8%A7%D9%84%D8%B9%D8%A7%D9%85%20%3A%20%D9%84%D8%A7%20%D9%8A%D8%AC%D9%88%D8%B2%20%D8%A8%D9%8A%D8%B9%20%D9%88%D8%B4%D8%B1%D8%A7%D8%A1%20%D8%AA%D8%A3%D8%B4%D9%8A%D8%B1%D8%A7%D8%AA%20%D8%A7%D9%84%D8%AD%D8%AC%20%D8%A8%D9%8A%D9%86%20%D8%A7%D9%84%D9%86%D8%A7%D8%B3
Tambahan dari ustadz yhouga pratama
@ Kementrian agama yordania memang tegas melarang jual beli visa ini