🌙 Lailatul Qadar Malam Genap?
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullah pernah ditanya tentang lailatul qadar, ketika beliau dalam penjara tahun 706 H (Majmu’ al-Fatawa, juz 25, hal. 284-286):
Beliau menjawab: “Segala puji hanya milik Allah subhanah. Lailatul qadar ada pada sepuluh malam terakhir bulan Ramadhan, sebagaimana kabar shahih dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bahwasanya beliau bersabda:
هِيَ فِي الْعَشْرِ الأَوَاخِرِ مِنْ رَمَضَانَ.
“(Lailatul qadar) ada pada sepuluh malam terakhir bulan Ramadhan.”
Dan ia ada pada malam-malam ganjilnya. Namun perhitungan ganjil tersebut dapat dilihat dari hari yang berlalu (dari depan), sehingga bisa dicari pada malam ke-21, 23, 25, 27, dan 29. Atau dapat pula dilihat dari hari yang tersisa (dari belakang), sebagaimana yang disabdakan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam:
لِتَاسِعَةٍ تَبْقَى لِسَابِعَةٍ تَبْقَى لِخَامِسَةٍ تَبْقَى لِثَالِثَةٍ تَبْقَى.
“(Yakni) pada malam kesembilan yang tersisa, kelima yang tersisa, dan ketiga yang tersisa.”
Dengan demikian, apabila bulan tersebut berjumlah 30 hari, maka lailatul qadar ada pada malam-malam genap. Sehingga malam ke-22 adalah malam ke-9 yang tersisa, malam ke-24 adalah malam ke-7 yang tersisa, dan seterusnya, sebagaimana yang ditafsirkan oleh Abu Sa’id al-Khudri radhiyallahu ‘anhu dalam hadits shahih, dan begitu pula yang dilakukan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam sebulan itu. (HR. Bukhari)
Namun apabila bulan itu berjumlah 29 hari, perhitungan dari belakang sama dengan dari depan. Kalau memang perhitungannya demikian, sepatutnya seorang mukmin mencarinya pada sepuluh malam terakhir seluruhnya, sebagaimana sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam:
تَحَرَّوْهَا فِي الْعَشْرِ الأَوَاخِرِ.
“Carilah (lailatul qadar) pada sepuluh hari terakhir.”
Namun kemungkinan terbesarnya ada pada tujuh hari terakhir, dan yang lebih besar lagi pada malam ke-27, sebagaimana dahulu Ubay bin Ka’ab radhiyallahu ‘anhu sampai bersumpah bahwa lailatul qadar terjadi pada malam ke-27. Ketika ditanya, dengan apa engkau dapat mengetahuinya, ia menjawab: Dengan tanda yang telah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam kabarkan kepada kita. Beliau mengabarkan bahwa pada pagi harinya matahari terbit seperti nampan tak bersinar.”