Asy-Syaikh Ibnu 'Utsaimiin -rahimahullaah- berkata :
هذا أهم ما يكون في هذه الآداب، وهو التَّثَبُّتُ فيما ينقل من الأخبار، والتَّثَبُّتُ فيما يصدر منك من الأحكام، فالأخبار إذا نقلت فلا بد أن تَتَثَبَّتَ أولا: هل صحَّت عمن نقلت إليه أو لا؟ ثم إذا صحَّت فلا تحكم بل َتَثبَّت في الحكم، فربمايكون الخبر مبنيا على أصْلٍ تجهله أنت، فتحكم أنه خطأ، والواقع أنه ليس خطأ. ولكن كيف العلاج في هذه الحال؟
العلاج: أن تتصل بمن نسب إليه الخبر، وتقول: نقل عنك كذا وكذا، فهل هذا صحيح؟ ثم تناقشه، فقد يكون استنكارك ونفور نفسك منه أول وهلة سمعته؛ لأنك لا تدري ما سبب هذا المنقول، ويقال: «إذا علم السبب بطل العجب». فإن كان على حق وصواب فترجع إليه. أو يكون الصواب معك فيرجع إليك.
"Ini merupakan poin terpenting dalam rangkaian adab-adab yang ada. Yaitu tatsabbut (konfirmasi /memastikan tentang kebenaran) berita yang dinukilkan dan tatsabbut dalam penilaian/vonis yang akan anda jatuhkan (terkait dengan berita tersebut).
Pertama kali yang harus anda lakukan ketika dinukilkan dan disampaikannya suatu berita kepada anda adalah bertatsabbut, apakah berita yang dinukilkan tentang seseorang itu benar ataukah tidak?
Kemudian apabila benar, maka janganlah anda langsung memvonis/menghukuminya. Akan tetapi pastikan terlebih dahulu hakikat permasalahan yang sebenarnya sebelum anda memvonis.
Boleh jadi berita yang anda dengar itu dibangun di atas landasan yang anda tidak mengetahuinya, sehingga anda memvonisnya salah, padahal pada hakikatnya ia bukan sebuah kesalahan.
Namun bagaimanakah jalan keluar dalam menghadapi kondisi seperti ini?
Jalan keluarnya adalah hendaknya anda menghubungi orang yang disandarkan kepadanya (diperbincangkan) berita tersebut. Katakan kepadanya, "Telah ternukil dan tersampaikan berita tentang dirimu demikian dan demikian, apakah memang benar demikian?"
Kemudian hendaknya anda berdiskusi dengannya. Bisa jadi pengingkaran dan sikap berpalingnya diri anda dari orang tersebut saat pertama kali mendengar berita tentangnya itu, karena anda tidak mengetahui
sebab permasalahan yang dinukilkan tadi. Sebagaimana dinyatakan dalam sebuah ungkapan:
«إذا علم السبب بطل العجب»
"Apabila telah diketahui sebab (dari sesuatu yang menakjubkan) maka sirnalah rasa takjub itu."
Apabila orang itu yang benar, maka anda harus kembali (rujuk) kepada kebenaran yang ada padanya. Atau bisa jadi kebenaran bersama anda, maka orang itu pun harus kembali (rujuk) kepada kebenaran yang bersama anda itu."
(Syarah Hilyah Thalibil Ilmi Cet. Muassasah Syaikh Ibnu Utsaimin hlm. 73-74)
Ust muhibin