“Kitabun Marqum”
Oleh: Aminullah Yasin
Perjalanan hidup manusia meninggalkan bekas yang tidak akan hilang, yaitu catatan amal. Setiap kita melakukan satu tindakan, baik maupun buruk, langsung terekam dalam catatan amal yang akan kita buka di akhirat kelak. Saking lekatnya tulisan catatan amalan kita tersebut, sampai-sampai Allah ta’ala menyifatinya dengan sebutan (كتاب مرقوم) kitabun marqum, catatan kitab yang ternomorisasi.
Marqum (مرقوم) diambil dari kata رقم yang memiliki arti nomor, dalam dunia tulis-menulis, nomor menunjukkan kodifikasi pada hal-hal penting yang tidak perlu dijelaskan secara panjang lebar dengan kata / huruf-huruf.
Catatan amal kita tidak seperti tulisan cerpen, namun catatan amal kita lebih detail daripada itu, sudah terkodifikasi. Berkata Imam Al-Qurthubi rahimahullah menafsirkan ayat (كتاب مرقوم) : “yaitu tertulis seperti tertulisnya nomor pada pakaian, tidak dapat dilupakan ataupun dihapus.”[Tafsir Al-Qurthubi].
Tertulisnya nomor pada pakaian, artinya tulisan angka/nomor tersebut merupakan kodifikasi konkrit atas pakaian, sehingga sekalipun nomor tersebut diubah tetap tidak akan mengubah ukuran sebenarnya pada pakaian tersebut.
Demikian pula catatan amalan kita, segala yang telah kita lakukan akan langsung terekam secara detail lengkap dengan kodifikasinya, seperti tertulisnya nomor pada pakaian.
Berkata Qotadah rahimahullah sebagaimana dikutip oleh Imam At-Thabari rahimahullah, “terkodifikasi nomor keburukan pada mereka.” [Tafsir At-Thabari].
Berkata Al-Hafizh Ibnu Katsir rahimahullah ta’ala, “marqum adalah tertulis secara detail, sehingga tidak ada tambahan seorangpun maupun pengurangan“ [Tafsir Ibnu Katsir].
Pada surat Al-Muthaffifin, Allah ta’ala sebutkan ayat (كتاب مرقوم) kitabun marqum, sebanyak dua kali, pertama (ayat ke-9) diikuti dengan ayat (ويل يومئذ للمكذبين) “Pada hari itu, celakalah orang-orang yang mendustakan”, dan kedua (ayat ke-20) diikuti dengan ayat (يشهده المقربون), “disaksikan oleh para malaikat yang dekat dengan Allah”. Artinya, ada dua jenis catatan amal: catatan amal yang terkodifikasi keburukan, dan catatan amal yang terkodifikasi kebaikan.
Semoga Allah ta’ala jadikan catatan amal kita terkodifikasi didalamnya kebaikan-kebaikan, sehingga menjadi penghantar kita menuju “Na’iim”, surga. Aamiin.
Wallahu a’lam.