Senin, 11 November 2019

MENGAPA SYAIKH BIN BAAZ DICINTAI MANUSIA

MENGAPA SYAIKH BIN BAAZ DICINTAI MANUSIA ?

Asy-Syaikh ‘Abdullah bin Shalih Al-’Ubaylan menceritakan:

Suatu ketika dalam sebuah pertemuan yang cukup besar, saya mengajukan pertanyaan kepada Asy-Syaikh Abdul Aziz bin Abdullah bin Baz rahimahullah.

“Ada beberapa Úlama yang memiliki perbedaan pendapat dengan anda, namun mereka semua tetap mencintai anda. Kami ingin tahu apa yang menyebabkan hal ini. Mengapa Allah melimpahkan kepada anda karunia berupa sesuatu yang menyebabkan tumbuhnya perasaan cinta di hati mereka kepada anda?”

Maka beliau rahimahullah menjawab:

“Aku tidak tahu apapun kecuali bahwa – Alhamdulillah – saat saya mengetahui kebenaran semenjak saya muda maka saya merasa terpanggil (untuk memeganginya). Saya berusaha untuk bersabar terhadap apapun yang menimpa saya sebagai konsekuensi dari sikap saya itu. Saya tidak membenci siapapun dan tidak pula memuji siapapun (yakni sesama makhluk) atas akibat yang menimpa saya. Saya hanya ingin menyampaikan kebenaran dan bersabar terhadap apa yang menimpa saya. Jika ia diterima, maka pujian itu hanya milik Allah. Begitupun bila ditolak, maka pujian itu juga tetap milik Allah. Inilah jalan yang saya pegangi semampu saya, baik dalam ucapan maupun tulisan. Siapa yang menerima maka ia akan menerimanya dan siapa yang menolak maka ia akan menolaknya. Selama saya di atas kebenaran, selama itu pula saya akan menyuarakannya.

Bagi orang-orang yang memiliki perbedaan dengan saya, maka saya katakan, bagi mereka ijtihad mereka. Allah akan memberi balasan dua kepada seorang mujtahid bila ia benar dan akan memberi balasan satu bila ia salah. Maka saya tidak tahu (alasan lain) kecuali hal ini – bahwa saya menyeru kepada kebenaran sesuai dengan kemampuan saya, Alhamdulillah, dan saya pun berusaha untuk menyampaikannya baik secara lisan maupun tindakan. Saya pun tidak pernah memvonis dan tidak pernah pula membuat sakit hati (tersinggung). Bila saya telah menyampaikan, maka saya berdoa semoga Allah memberi kemudahan dan petunjuk kepadanya. Inilah jalan yang saya tempuh ketika berhadapan dengan raja maupun bukan raja.”

(Mawaqif Madhiah fi Hayat Al-Imam Abdul Aziz bin Baz – halaman 25)

Dinukil dari tulisan Al-Akh Abu Umar Andri Maadsa