ADAB PENUNTUT ILMU DENGAN SYEKH YANG MENJADI QUDWAHNYA SERTA KEWAJIBAN MEMGHORMATINYA.
PERTAMA.
Penuntut ilmu harus mempertimbangkan dan istikharah meminta yang terbaik kepada Allah, pada siapa semestinya dia menimba ilmu dan memperoleh adab dan akhlak.
Dan jika memungkinkan, ambillah ilmu dari;
ulama-ulama yang telah sempurna kelayakan ilmunya,
terbukti belas kasihnya terhadap penuntut ilmu,
berbudi pekerti yang baik,
tidak cinta dunia,
perhatian terhadap penuntut ilmu,
pandai mengajar
dan mudah memahamkan ilmu.
Belajarlah pada ulama yang tidak hanya menganjurkan memperbanyak ilmu semata, tetapi dia juga mengajarkan kesalehan dalam beragama, wara' tidak duniawi dan berakhlakul karimah.
Imam Ibnu Siiriin rahimahullah berkata:
إِنَّ هَذَا الْعِلْمَ دِينٌ، فَانْظُرُوا عَمَّنْ تَأْخُذُونَ دِينَكُمْ
"sesungguhnya ilmu syari'at itu adalah agama, maka perhatikanlah, dari siapa engkau ambil agamamu (kepada siapa kamu berguru)?"
(muqaddimah sahih muslim 1/14).
---------------
Jangan hanya fokus mengambil ilmu dari ulama-ulama yang terkenal (masyhur) dan meninggalkan berguru kepada ulama-ulama yang tidak masyhur.
Imam Ghazali dan lainnya rahimahumullah, menganggap yang demikian itu adalah keangkuhan (kibir) dari penuntut ilmu dan indikasi kebodohan.
karena ilmu atau hikmah itu adalah barang hilangnya orang yang beriman... dimanapun ilmu itu dia dapatkan dia akan mengambilnya... dimanapun ilmu itu dia temukan dia akan memanfaatkannya... dan berterima kasih kepada siapapun yang menunjukkan dimana barang hilang berada.
Dan semestinya kita berusaha lari meninggalkan kejahilan/kebodohan seperti orang yang lari dari kejarang singa... Dan orang yang lari dari kejarang singa pasti tidak akan memandang enteng pertolongan siapapun yang memungkinkan dia selamat dari terkaman singa.
Terkadang ulama yang tidak masyhur, yang tinggal jauh dari ketenaran, tetapi ikhlas menyampaikan ilmunya, bisa saja ilmunya lebih berkah dan lebih bermanfaat.
Seperti kitab-kitab yang ditulis oleh ulama-ulama yang lebih bertaqwa, lebih zuhud... kenyataannya lebih bermanfaat dan lebih banyak dikaji dan dipelajari... walaupun dizamanya tidak terlalu masyhur.
Yang penting adalah berusaha belajar pada syekh yang banyak menelaah kitab-kitab ulama-ulama sebelumnya...
dan yang tidak kalah pentingnya adalah bahwa syekh itu mengambil ilmunya dan berguru serta bertalaqqi pada ulama-ulama di zamannya, bukan mendapatkan ilmunya hanya semata membaca buku atau istilah sekarang belajar hanya dari mbah google dan media sosial...
dengan ini terfahami pentingnya duduk di majelis ilmu dan mengambil ilmu langsung dari syekh.
Imam Syafi'i rahimahullah berkata:
"orang yang bertafaqquh (memahami syariat) hanya dari kitab, dia akan memporak-porandakan hukum syariat"
Ulama lain berkata:
"diantara musibah yang paling besar adalah belajar semata dari buku".
(bersambung)
*jika dianggap bermanfaat silahkan share tanpa minta izin.
Ustadz Amirudin