Suami lalapan paling lezat di saat istri istri berkumpul.
Bukan hal baru, sudah menjadi budaya sedari dahulu kala.
Ada sebelas wanita duduk berkumpul sembari bercerita. Mereka bersepakat untuk tidak menutupi dan merahasiakan satupun tentang suami mereka.
Wanita pertama berkata, “Sesungguhnya suamiku bagaikan daging onta kurus, berada di puncak gunung terjal, tidak mudah untuk didaki dan kurus sehingga tidak diminati.”
Wanita kedua berkata: “Suamiku, aku tidak bisa menceritakan apapun tentangnya, karena aku kawatir tidak bisa berhenti menceritakan keburukannya, sehingga aku menyebutkan seluruh keburukannya yang lahir maupun yang tersembunyi.”
Wanita ketiga berkata, “Suamiku seorang yang berleher panjang (egois) tidak pernah mau mendengarkan ucapanku. Bbila aku berbicara bisa saja ia menceraikanku dan bila aku diam maka aku bagaikan wanita yang tidak bersuami.”
Wanita keempat berkata: “Suamiku seperti malam di negri Tihamah, tidak panas tidak pula dingin, tidak ada rasa takut bila aku berada di sisinya dan tidak pula ada rasa bosan.”
Wanita kelima berkata: “Suamiku bila masuk ke rumah bagaikan macam tutul, bila keluar dari rumah bagaikan singa, dan ia tidak pernah menanyakan harta yang ia berikan.” (dermawan kepada istri dan tidak suka mencari cari kesalahan istrinya, dan bila keluar dari rumahnya dia pemberani bak singa..)
Wanita keenam berkata: “Suamiku sangat lahap ketika makan hingga tak menyisakan sedikitpun, ketika minum, ia minum hingga tetes terakhir, ketika tidur dia berselimut rapat-rapat, dan dia tidak pernah menjulurkan tangannya untuk menyentuhku.” (Rakus bila makan dan minum, lemah syahwat).
Wanita ketujuh berkata: “Suamiku seorang yang pandir, semua keburukan orang lain ada padanya. Dia suka memukul hingga melukai badanku. Bila marah ia memukul hingga melukai kepala, atau badan dan kepalaku.
Wanita kedelapan berkata: “Suamiku lembut kulitnya dan harum bau badannya .
Wanita kesembilan berkata: “Suamiku, tiang rumahnya tinggi (menjadi tempat persinggahan tamu), sarung pedangnya panjang (pemberani), banyak abu dapurnya (suka menjamu tamu alias dermawan), dan rumahnya dekat dengan tempat pertemuan (pemuka di masyarakatnya).”
Wanita kesepuluh berkata: “Suamiku bernama Malik, Tahukah kalian siapa gerangan Malik? Ia seorang yang melebihi semua pujian yang disampaikan orang lain kepadanya. Ia memiliki banyak onta. Kandangnya lebih besar dibandingkan dengan tempat penggembalaannya (setiap saat ia siap sedia onta untuk menjamu tamu) . Bila onta ontanya mendengar suara musik penyambut tamu, onta ontanya menyadari bahwa dirinya akan segera disembelih.”
Wanita kesebelas berkata: “Suamiku adalah Abu Zar’in. Apakah kalian tahu siapa gerangan Abu Zar’in?
Dia suami yang memenuhi telingaku dengan anting (perhiasan), membuat lenganku penuh dengan lemak (banyak memberi makanan yang menyebabkan istrinya gemuk), ia telah menanamkan kebahagiaan dalam diriku sehingga aku benar benar bahagia.”
“Abu Zar’in menikahiku seorang wanita dari keluarga penggembala kambing yang hanya memiliki beberapa ekor kambing (keluarga miskin) tinggal di salah satu lembah pegunungan.
Ia membawaku ke dalam keluarga yang banyak memiliki kuda, onta, juga memiliki banyak hasil panen dan makanan yang enak.
Aku dihormati, bila aku berbicara, aku dibiarkan tidur di pagi hari (karena ada pembantu yang melayani) dan aku minum susu hingga puas.”
Ibu kandung Abu Zar’in (mertua perempuanku), apakah kalian tahu siapa gerangan Ibu kandung Abu Zar’in? Ia memiliki almari yang sangat lapang untuk menyimpan perabot dan rumahnya lapang (kaya raya dan dermawan) ”
“Putra Abu Zar’in. Tahukah kalian siapa gerangan putra Abu Zar’in? Tempat tidurnya kecil (gambarang ia adalah seorang pemuda yang ramping nan tampan rupawan). Ia bisa kenyang hanya dengan memakan lengan anak kambing betina.” (alias senantiasa menjaga penampilan agar tetap tampan rupawan)
“Putri Abu Zar’in. Tahukah kalian siapa putri Abu Zar’in? Dia adalah wanita yang sangat patuh kepada ayah dan ibunya. Tubuhnya gemuk mempesona hingga membuat gadis gadis sebayanya senantiasa cemburu kepadanya.”
“Budak wanita Abu Zar’in. Tahukah kalian siapakah budak wanita Abu Zar’in? Ia seorang yang menjaga dengan baik pembicaraan (rahasia – rahasia) kami dan tidak menyebarkannya kepada siapapun. Dia tidak pernah mencuri makanan kami, dan Dia juga tidak pernah membiarkan sampah ada di rumah .”
“Suatu hari Abu Zar’in keluar rumah ketika susu kami sedang diproses untuk diambil yogurtnya (maksudnya di musim subur/semi). Ia berjumpa dengan seorang janda dengan dua anak laki laki. Kedua anaknya tampan dan berbadan sehat bagaikan dua ekor macam tutul. Keduanya bermain di pangkuan ibunya yang memiliki payudara bagaikan dua buah delima. Abu Zar’in tergoda dengan janda tersebut, dan menceraikanku lantas menikahi wanita tersebut.”
“Setelah itu aku menikah dengan seorang pria terpandang, piawai menunggangi kuda perang. Suatu hari ia membawa tombaknya untuk berperang dan kemudian dia kembali membawa harta rampasan perang berupa onta - onta yang sangat banyak.
Ia memberiku banyak onta dan sepasang dari setiap hewan ternak, untuk aku makan bersama keluargaku.
Namun demikian, semua yang ia berikan kepadaku tidak bisa menyamai pemberian terkecil yang pernah diberikan oleh Abu Zar’in kepadaku.”
Setelah menceritakan kisah panjang tersebut, Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda: Sungguh aku bagaikan Abu Zar’in dan engkau bagaikan Ummu Zar’in. (Muttafaqun ‘alaih)
Pada riwayat lain, Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda:
يَا عَائِشَةُ كُنْتُ لَكِ كَأَبِي زَرْعٍ لِأُمِّ زَرْعٍ، إِلَّا أَنَّ أَبَا زَرْعٍ طَلَّقَ، وَأَنَا لَا أُطَلِّقُ
Wahai ‘Aisyah, Sungguh aku bagaikan Abu Zar’in dan engkau bagaikan Ummu Zar’in, hanya saja Abu Zar’in menceraikan istrinya, sedangkan aku tidak menceraikanmu.( Al Thabraniy Sulaiman bin Ahmad, al Mu’jam al Kabir)
Kisah Abu Zar'in, figur suami yang sangat baik itu ternyata tak kuasa menahan asamaranya. Padnangan pertama kepada janda tersabut ternyata tak kuasa ia bendung....dan akhirnya terjadilah apa yang terjadi.
Makanya wahai kaum lelaki; TUNDUKKAN PANDANGANMU.
Dan wahai kaum wanita: jaga baik baik hati suamimu.
Terus apa dong? ya silahkan tafsiri sendiri sendiri kan hadits di atas sekedar cerita tentang fenomena istri dan suami.
Ustadz Dr Muhammad Arifin Badri Ma