Ibnu Tumart..
Ibnu Shahib al-Shalah menceritakan dari Abdullah bin Abdirrahman al-Iraqi, seorang syekh yang pernah belajar di madrasah Nizhamiyah dimana al-Ghazali mengajar. Suatu hari, datang seorang laki-laki berjenggot tebal dan memakai imamah dari wol (shuf), masuk dan menghadap al-Ghazali. Laki-laki itu memberi salam.
Al-Ghazali lalu bertanya, dia berasal dari mana. Dijawab, ahli Maghrib al-Aqsa. Magrib sendiri terbagi 3: al-Aqsa (barat, kini Maroko), al-Awsat (tengah, kini Aljazair), dan al-Adna' (timur, kini Tunisi). Al-Ghazali lalu bertanya, "Kamu sudah pernah ke Cordova?" Dijawab, "Iya". "Bagaimana fukoha-nya?", kata al-Ghazali. "Bikhair", katanya.
Al-Ghazali bertanya lagi, "Apakah sudah sampai kpd mrk kitab al-Ihya'?". Dia menjawab, "Sudah". "Bagaimana tanggapan mereka?", tanya al-Ghazali. Laki-laki itu diam karena malu. Dia lalu menceritakan apa yang terjadi, bahwa kitab al-Ihya' karya al-Ghazali dibakar didepan publik. Maka berubahlah raut wajah al-Ghazali.
Ya, kitab Ihya' yg merupakan masterpiece al-Ghazali membangkitkan amarah para ulama di Cordova. Kitab itu dipandang zindik, klaim dusta atas Rasulullah dan sahabatnya, isinya hadits² dusta dan batil. Mulai dari imam at-Turtusyi al-Maliki, imam al-Maziri al-Maliki, hinga Ibnul Jawzi al-Hanbali mengecam kitab tsb sbgmana dikutip adz-Dzahabi dlm as-Siyar.
Qadhi Iyadh al-Maliki, juga Ibnu Rusyd, mengeluarkan fatwa pembakaran kitab tsb. Maka atas desakan ulama Maliki yg dipimpin Ibnu Hamdin, penguasa Murabithun Ali bin Yusuf bin Tasyfin, memerintahkan pembakaran kitab Ihya'. Tahun 503H, didepan ribuan umat Islam, di masjid Jami' Bab Gharb Cordova, kitab itu dibakar hingga tak tersisa satu pun di kota itu.
Berita ini membuat al-Ghazali murka. Al-Ghazali lalu mengangkat tangan berdoa dan murid2nya pun demikian. Al-Ghazali berdoa, "Ya Allah, cabik-cabilahlah kerajaan mrk sbg mana mrk mencabik-cabiknya. Habisi kerajaan mereka sbgm mrk membakarnya...". Maka berkatalah Ibnu Tumart, "Wahai Imam, berdoalah kpd Allah agar mengabulkannya melalui tanganku". Al-Ghazali tidak menggubrisnya.
Setelah berlalu bbrp hari, ketika al-Ghazali kembali mengajar, lagi-lagi Ibnu Tumart meminta hal yang sama. Maka al-Ghazali pun berkata, "Aku restui insya Allah. Ya Allah, jadikanlah hal itu melalui tanganmu...". Maka Allah pun mengabulkannya, kata sang penutur.
Kisah di atas disebut oleh Ibnul Khatib dlm al-Hulal al-Mawsyiyyah, juga bbrp penulis sejarah yg dekat dgn masa gerakan al-Muwahhidun yg diawali Ibnu Tumart yaitu Ibnul Qattan (w.608), juga al-Marrakesy. Al-Iraqi, al-Ruyani, jg al-Zarqasyi menyebutnya. Ibnu Khaldun menyebut kisah ini dan menutupnya dengan "ini spt yg klaim mrk" (fi ma za'amu).
Namun kisah pertemuan al-Ghazali dan ibnu Tumart ini diragukan oleh Ibnul Atsir (w.630). Peneliti modern juga ada yg٦ mengkritisi kisah ini berdasarkan informasi dari Abdulghafur al-Farisi (w. 529) dlm bukunya al-Siyaq fi Tarikh Nisabur. Menurut al-Farisi, al-Ghazali meninggalkan Irak sekitar 492H dan menghabiskan sisa umurnya di Khurasan. Adapun Ibnu Tumart, tiba di kawasan Masyriq setelah 500H, dan tdk ada catatan bhw dia ke Khurasan utk belajar kpd al-Ghazali. Berdasarkan hal ini, ada yg menduga bhw pengkaitan Ibnu Tumart dan al-Ghazali bertujuan utk mengangkat posisi teologis dan politis Ibnu Tumart.
Namun fakta bhw Ibnu Tumart belajar di kampus Asyairah masa itu juga tdk bs dibantah. Para penulis biografi menyebut guru2 Ibnu Tumart dari Nizhamiyah diantaranya Abu Bakar al-Sasi (w.507), Mubarak al-Sayrafi (w.500), al-Harrasi (w.504), juga al-Ghazali sendiri. Lalu bgm dgn dispute yg disebut al-Farisi? Ada yg kemudian menyebut bhw al-Ghazali tersebut bukan Abu Hamid al-Ghazali, tapi Ahmad al-Ghazali, adik bungsi Abu Hamid al-Ghazali. Ahmad al-Ghazali menggantikan posisi kakaknya ketika meninggalkan Nizhamiyyah di thn 488 H.
Ibnu Tumart adl alumni Nizhamiyah, dia byk menulis buku, dan bukunya tsb jadi rujukan ulama besar setelahnya spt Ibnu Asakir. Jg diakui Ibnu Khaldun. Jadi jelas, dia adalah ulama besar Asyairah. Apakah dia politisi? Ya, dia berpolitik dan berperang. Tapi untuk apa? Tentu utk penyebaran aliran Asyairah, spt halnya Ibnu Furak yang mendekati para penguasa dan menawarkan aqidahnya, seratus tahun sebelumnya.
Buku:
- Dr. Abd Majid an-Najjar, al-Mahdi ibn Tumart. 1983 (disertasi al-Azhar). Beliau menetapkan bhw Abu Hamid al-Ghazali adl guru dari Ibnu Tumart dgn bbrp alasan.
Artikel:
- Frank Griffel, Ibn Tumart's Rational Proof of God's Existence and Unity, and His Connection to The Nizamiyya Madrasa in Baghdad. Yale University.
- dll
Ustadz Ibnu Rojab