Al-Kharaithi rahimahullahu meriwayatkan dari Abu Amru Ad-Dani rahimahullahu (bahwa) ia berkata:
قَالَ مُوسَى يَوْمَ الطُّورِ: يَا رَبِّ، إِنْ أَنَا صَلَّيْتُ فَمِنْ قِبَلِكَ، وَإِنْ أَنَا تَصَدَّقْتُ فَمِنْ قِبَلِكَ، وَإِنْ أَنَا بَلَّغْتُ رِسَالَاتِكَ فَمِنْ قِبَلِكَ، فَكَيْفَ أَشْكُرُكَ؟ قَالَ اللهُ: يَا مُوسَى، الْآنَ شَكَرْتَنِي
Nabi Musa berkata pada hari (ketika ia berada) di bukit Tursina: "Ya Rabb-ku, jika aku shalat maka itu semata karenaMu. Jika aku bersedekah maka itu juga semata karenaMu. Jika aku menyampaikan risalahMu maka itu pun juga semata karenaMu. Lantas bagaimana caraku bisa menunaikan syukur kepadaMu?" Maka Allah berfirman: "Wahai Musa, justru sekaranglah engkau telah berhasil menunaikan syukur kepadaKu."
Mengomentari riwayat di atas, Syaikh Prof. Dr. Ibrahim bin Amir ar-Ruhaili hafidzhahullahu berkata:
حَقِيقَةُ الشُّكْرِ: أَنْ تَعْرِفَ عَجْزَكَ عَنِ أَدَاءِ شُكْرِ نِعْمَةِ رَبِّكَ
"Hakikat syukur adalah ketika engkau mengakui kelemahanmu untuk bisa menunaikan syukur atas (semua) nikmat Rabb-mu."
Ustadz Zainul Arifin