Fawaid Tabligh Akbar "Laksana Bahtera Di Samudra Biru" oleh Ustadz Abul Abbas Thobroni حفظه اللّه
1. Allah telah menyiapkan semua yang dibutuhkan oleh hamba-Nya, karena Allah yang paling tahu kebutuhan mereka.
2. Allah pun mengetahui ketika Nabiyullah Adam 'alaihissalam merasa kesepian ketika dimasukkan ke dalam surga, maka Allah jadikan Hawa sebagai pendamping.
3. Keluarga ini ibarat bahtera di samudra yang luas dan harus dipertahankan sampai kita masuk surga. Ini perjuangan yang luar biasa beratnya, bukan seperti sekedar membalikkan telapak tangan saja.
4. Jangan pikir dengan menikah maka semua selesai, ada banyak problematika di dalamnya. Ada problematika berkaitan dengan financial, anak, adanya wanita dan pria di luar keluarga.
5. Diantara doanya orang-orang yang beriman adalah memohon agar rumah tangga mereka dilanggengkan oleh Allah,
رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا
"Ya Tuhan kami, anugrahkanlah kepada kami isteri-isteri kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertakwa." (QS. al-Furqan : 74)
6. Sayang bukan cinta, dan cinta akan pudar. Kalau hanya karena cinta maka pernikahan tak akan langgeng. Hanya Allah pulalah yang menciptakan cinta. Cinta tak bisa dibuat-buat. Kita pertahankan rumah tangga kita karena kita punya Rahmah (rasa sayang).
7. Perhatikanlah rumah tangga Rasulullah shalallahu 'alaihi wasallam yang mana dijelaskan di dalam hadits-hadits shahih bahwa Rasulullah shalallahu 'alaihi wasallam pernah mendapatkan guncangan dalam keluarganya. Rasulullah shalallahu 'alaihi wasallam pernah menceraikan Hafshah binti Umar bin Khatthab radhiyallahu 'anhuma dan akhirnya rujuk. Demikian pula guncangan terhadap Aisyah binti Abu Bakar radhiyallahu 'anhuma ketika tersebarnya tuduhan keji terhadap dirinya.
7. Demikian pula kisah keluarganya Fatimah binti Muhammad, putri Rasulullah shalallahu 'alaihi wasallam yang pernah berselisih dengan sang suami Ali bin Abi Thalib radhiyallahu 'anhu yang berujung didamaikan oleh Rasulullah shalallahu 'alaihi wasallam.
8. Lalu bagaimanakah mempertahankan keluarga kita ? Maka inilah kiat-kiatnya :
a) Tanamkan mind set (pola pikir) bahwa pasangan hidup kita adalah anugerah terbesar yang diberikan oleh Allah. Apalagi kalau pasangan kita membantu kita dalam urusan akhirat, meskipun kecantikannya tidak akan lama dinikmati. Perhatikan hadits Nabi shalallahu 'alaihi wasallam,
لِيَتَّخِذْ أَحَدُكُمْ قَلْبًا شَاكِرًا وَلِسَاناً ذَاكِرًا وَزَوْجَةً مُؤْمِنَةً تُعِيْنُ أَحَدَكُمْ عَلَى أَمْرِ الْآخِرَةِ
“Hendaklah salah seorang dari kalian memiliki hati yang bersyukur, lisan yang senantiasa berzikir dan istri mukminah yang akan menolongmu dalam perkara akhirat.” (HR. Ibnu Majah no. 1856)
b) Ingatlah bahwa menjalankan keluarga ini adalah IBADAH. Kita sedang menyempurnakan setengah agama ini, Nabi shalallahu 'alaihi wasallam bersabda,
إذا تزوج العبد فقد استكمل نصف الدين فليتق الله في النصف الباقي
“Ketika seorang hamba menikah, berarti dia telah menyempurnakan setengah agamanya. Maka bertaqwalah kepada Allah pada setengah sisanya."
c) Harus dibangun visi misi keluarga dan visa keluarga yang terbesar adalah MASUK SURGA.
d) Mengetahui kewajiban dan hak masing-masing. Jangan sampai saat menuntut hak semangatnya luar biasa, tapi malas menjalankan kewajiban.
Bicara pernikahan, bicara tentang hak dan kewajiban. Tunaikan dulu kewajiban anda, maka anda akan mendapatkan hak anda. Nabi shalallahu 'alaihi wasallam bersabda,
كَفَى بِالْمَرْءِ إِثْمًا أَنْ يَحْبِسَ عَمَّنْ يَمْلِكُ قُوتَهُ
"Cukuplah seseorang itu dikatakan berdosa orang-orang yang menahan makan (nafkah) orang yang menjadi tanggungannya." (HR. Muslim)
Keluarga yang miskin dan kaya beda ujiannya. Biasanya kalau miskin maka bagaimana mereka sabar dan bisa akrab, akan tetapi kalau dibukakan dunia maka ujiannya pun berbeda. Si suami biasanya diuji dengan keinginan menikah lagi, sedangkan wanita ujian terbesarnya memang harta. Dan ingat wanita bisa hidup tanpa suami yang punya harta.
e) Muamalah dengan baik antara suami dan istri dalam tutur kata dan sikap. Perhatikanlah Rasulullah shalallahu 'alaihi wasallam yang tidak pernah mengomentari masakan istrinya. Maka suami perlu tahu apa yang membuat tersinggung istrinya, demikian pula sebaliknya. Allah berfirman terkait perintah kepada suami agar berlaku baik kepada istrinya,
وَعَاشِرُوهُنَّ بِٱلْمَعْرُوفِ ۚ
"Dan bergaullah dengan mereka secara patut." (QS. an-Nisa: 19)
Akhukum Noviyardi Amarullah
Masjid Raya Mujahidin Pontianak, 2-2-1445 H / 18-8-2023
Silakan disimak di https://t.me/darulilminoviyardi/590