BEREBUT
Seusai Umrah Qadha di tahun ke-7 H para sahabat hendak beranjak meninggalkan kota Mekah. Saat itu seorang anak perempuan, putri Hamzah, memanggil: “Wahai paman.”
Ali bin Abi Thalib membawanya untuk beliau asuh karena dia adalah putri pamannya. Akan tetapi Jafar bin Abi Thalib dan Zaid bin Haritsah tak mau ketinggalan. Mereka berdua protes karena merasa mereka pun punya hak untuk mengasuh putri Hamzah.
“Dia putri pamanku,” kata Ali.
“Dia putri pamanku dan istriku adalah bibinya,” kata Jafar.
“Dia putri saudaraku,” kata Zaid. Karena Zaid dan Hamzah pernah dipersaudarakan oleh Rasulullah.
Luar biasa, mereka bertiga bukan sedang berebut harta, namun mereka berebut hak asuh seorang anak kecil yang tentu mengorbankan uang, fisik, dan waktu.
Kisah lain saat terjadi pemboikotan terhadap tiga sahabat karena absen di perang Tabuk. Saat tobat ketiganya diterima Allah setelah 50 hari berlalu, para sahabat bersegera ingin memberikan berita baik tersebut kepada mereka bertiga di antaranya kepada Kaab bin Malik.
Ada yang berjalan.
Ada yang berlari.
Ada yang berkuda.
Ada yang naik bukit lalu berteriak: “Wahai Kaab bin Malik bergembiralah.”
Mereka bukan sedang berebut harta. Mereka berebut memberikan berita bahagia kepada Kaab bin Malik dan kedua temannya. Memasukkan kebahagiaan ke hati saudara muslim.
Adapun kita hari ini jauh panggang dari api. Kita berebut dunia dan qanaah terhadap pahala. Kita berlomba juara pertama dalam urusan dunia dan mengalah dalam urusan akhirat.
Meski demikian masih ada yang berusaha meneladani para sahabat berebut pahala dan amal saleh, berebut kebaikan.
Saya mengenal sebuah circle ikhwan fillah setiap kami makan bersama mereka akan berdebat di depan kasir. Mereka berebut untuk mentraktir temannya satu sama lain. Semoga Allah menjaga mereka.
Semoga kita pun bisa berebut untuk menebar kebaikan meski mengorbankan apa yang kita miliki. Karena pahala di sisi Allah jauh lebih baik dari segala apa yang kita punya.
*Kedua kisah di atas faidah dari kajian guru kami Ust. Yasir Kencong hafizhahullah