antara hidayah dengan kecerdasan ...
Syaikh Doktor ‘Umar Muqbil –hafizhahullah ...
Mubarrad berkata di dalam kitabnya al-Kamil fi al-Lughah wa al-Adab (3/1078):
Diceritakan kepadaku bahwa Washil bin ‘Atha –Abu Hudzaifah- (ahli bid’ah gembong Mu’tazilah -pent) bepergian bersama satu rombongan, lalu orang-orang Khawarij mengetahui keberadaan mereka.
Washil bin ‘Atha’ berkata kepada rombongannya, “Ini bukanlah urusan kalian. Menyingkirlah kalian, biarkan aku yang menghadapi orang-orang Khawarij ini!”
Saat itu mereka sudah tersudut dalam bahaya, maka rombongan pun berkata kepada Washil bin ‘Atha’, “Baiklah, ini urusanmu.”
Washil bin ‘Atha’ pun keluar menghadapi Khawarij, lalu orang-orang Khawarij berkata, “Apa (keyakinan) kamu dan rombonganmu?”
Washil bin ‘Atha’ menjawab, “Kami orang-orang Musyrik yang mencari perlindungan (kalian) agar kami bisa mendengar kalam Allah dan memahami hukum-hukum-Nya.”
Kaum Khawarij berkata, “Kami telah melindungi kalian.”
Washil bin ‘Atha’ berkata, “Kalau begitu, ajarilah kami.”
Maka kaum Khawarij pun mengajarinya hukum-hukum mereka, lalu Washil bin ‘Atha’ berkata, “Aku dan orang-orang yang bersamaku menerima ajaran-ajaran kalian.”
Kaum Khawarij berkata, “Kalau begitu, pergilah kalian dengan damai karena sesungguhnya kalian adalah saudara-saudara kami.”
Washil bin ‘Atha’ berkata, “Bukan begitu seharusnya kalian berbuat. Bukankah Allah –tabaraka wa ta’ala- berfirman (QS. at-Taubah: 6): Dan jika salah seorang dari orang-orang musyrikin itu meminta perlindungan kepadamu, maka lindungilah ia supaya ia sempat mendengar kalam Allah, kemudian antarkanlah ia ke tempat yang aman baginya.”
Maka orang-orang Khawarij pun saling pandang satu sama lain, kemudian mereka berkata, “Memang demikianlah yang seharusnya kami perbuat terhadap kalian.”
Maka kaum Khawarij pun mengantarkan rombongan Washil bin ‘Atha’ hingga sampai ke tempat yang aman ... –SELESAI ...
Komentar Syaikh ‘Umar Muqbil –hafizhahullah- terhadap kisah tersebut:
“Maha Suci Allah yang telah menyesatkan sang mubtadi’ tersebut (Washil bin ‘Atha’) dari kebenaran, padahal sungguh ia telah diberi kecerdasan ini. Dan itu agar setiap kita bisa mengetahui bahwa HIDAYAH itu murni merupakan keutamaan dari Allah, bukan lantaran kepandaian dan kecerdasan. Allaahumma laa tuzigh quluubanaa ba’da idz hadaitanaa (Ya Tuhanku, janganlah Kau palingkan hati kami setelah Kau berikan hidayah kepada kami).”
-HW ibn tato WW-