Mobil Mercedes Benz Second lebih kinyis kinyis dibanding mobil sejuta ummat walau baru.
Apalagi bila si Mercy selalu full servis sedangkan mobil sejuta ummat tidak baru lagi, dan selalu digunakan untuk kerja angkut keluarga dan barang dagangan ke pasar.
Anda boleh beda pernilaian dengan saya, namun ini sekedar ilustrasi, bisa jadi salah.
Dikisahkan bahwa Abdurrahman bin Abi Bakar radhiallahu 'anhu berdagang ke negri Syam. Di negri Syam ia tergoda dengan seorang wanita bernama Laila bintu Al Judi. Kecantikan wanita ini benar benar telah merasuki hati Abdurrahman bin Abi Baker radhiallahu ‘anhu. Iapun mabuk cinta, pagi tak kusa melupakannya dan malam senantisa merindukannya.
Walaupun Laila tak perawan lagi, bahkan ia telah memiliki beberapa anak keturunan, namun seakan kecantikannya tak pudar.
Cinta yang mendalam ini menjadikannya melantunkan satu bait syair, yang kira kira maknanya seperti berikut:
Aku mengenang Laila yang ada di negri Samawah.
Gerangan ada apa dengan Laila dan diriku.
Bunga suku Haris telah menyandra hatiku.
Mungkinkah bagiku kembali memandangmu dengan mataku
Gerangan adakah yang ngobati harapanku .
Ataukah aku dapat berjumpa denganmu pujaanku.
Mungkinkah kafilah haji tahun depan membawamu tuk mengobati rinduku.?
Tatkala Khalifah Umar Bin Al Khatthab Mendengar bait syair Abdurrahman, ia segere memerintahkan panglima perang beliau yang berjuang menaklukkan negri Syam agar menyerahkan Laila bintu Al Judi kepada Abdurrahman bila ia berhasil menawannya.
Bagaikan pepatah : Pucuk dicinta ulampun tiba.
Laila bintu Al Judi benar benar berada dalam barisan tawanan perang penaklukan negri Syam, dan asmara Abdurrahman bin Abu Bakarpun segera terobati. Ia kemudian menikahi Laila sang pujaan hatinya.
Begitu besar cinta Abdurrahman kepada Laila, hingga menyebabkannya menelantarkan istri istrinya yang lain.
Tak terima dengan perlakukan suaminya, istri istri sebelumnya mengadukan sikap suaminya kepada Aisyag radhiallahu ‘anha yang merupakan adik dari sahabat Abdurrahman. Beliau segera menegur kakak kandungnya atas sikapnya yang tidak adil kepada istri istrinya tersebut .
Namun, mabuk cinta ya mabuk cinta, bukannya menyadari kesalahan sikapnya, Abdurrahman semakin menjadi jadi, dan menjawab nasehat adik kandungnya dengan berkata:
والله لكأني أرشف من ثناياها حب الرمان !
Sungguh demi Allah, aku benar benar bagaikan menghisap biji biji delima dari mulut Laila. (gambaran gigi gigi Laila yang begitu rapi nan indah melengkapi kecantikannya)
Sahabat Abdurrahman seakan lupa, kecantikan manusia itu sementara, tanpa diduga dan tanpa diharapkan, selang berapa waktu Laila bintu Al Judi menderita penyakit yang menyebabkan gigi giginya tanggal alias ompong, sehingga cinta sahabat Abdurrahman kepadanya pudar bahkan sirna.
Sahabat Abdurrahman berubah, yang semula mabuk kepayang mencintai Laila, setelah Laila ompong, ia membencinya dan menelantarkannya.
Tak terima dengan perilakuan suaminya, Laila bintu Al Judi mengadukan sikap suaminya kepada ‘Aisyah radhiallahu ‘anha.
Berikut adalah sebagian nasehat ‘Aisyah kepada kakak kandungnya:
يا عبد الرحمن أحببت ليلى فأفرطت وأبغضتها فأفرطت فإما أن تنصفها وإما أن تجهزها إلى أهلها !
Wahai Abdurrahman! Engkau mencintainya dan kelewat batas dalam mencintainya, kemudian kini engkau membencinya dan lagi lagi kelewat batas dalam membencinya. Pilihlah salah satu: engkau bersikap adil kepadanya atau engkau kembalikan dia ke kampung halamannya. (Siyar A'alam An Nubala 1/703)
Patut diketahui Laila bintu Al Judi ini adalah seorang putri bangsawan dari keturunan raja raja Ghassan, sehingga boleh digambarkan bagaikan mobil Mercedes Benz yang limit edition.
Kisah ini saya angkat bukan untuk ditiru namun untuk menjadi ibrah bagi kita semua.
Kawan! Yuk bersikap adil dan proporsional, sejarah telah mencatatkan ragam dinamika poligami.
Semoga menjadi pelajaran bagi kita semua.
Ya Allah, karuniakan rumah tangga yang senantiasa damai, sakinah dan penuh dengan mawaddah kepada hamba-Mu ini, amiin.
Ustadz Dr Muhammad Arifin Badri Ma