Kisah ulah mata mata khalifah di majlis ulama’.
Imam Malik rahimahullah, selalu besikap netral pada berbagai kasus perebutan kekuadaan yang terjadi pafa masanya . Namun demikian, sikap netralnya itu tidak dapat diterima oleh kelomok kelompok yang berseteru memperebutkan kekuasaan, termasuk oleh penguasa yang menuduh beliau telah mendukung para pemberontak.
Beliau adalah salah satu ulama' besar yang mengalami dua dinasti; dinasti Umawiyah dan dinasti Abbasiyah.
Beliau adalah saksi hidup bagi sejarah besar ummat Islam, yaitu pergolakan antara dua dinasti, dan pergantian kekuasaan tersebut.
Dinasti Umawiyah di akhir masa kekuasaannya banyak sekali melakukan kelaliman, dan kesewenang wenangan.
Dan setelah Dinasti Abbasiyah berhasil merebut kekuasaan dari Dinasti Umawiyah, beliupun salah satu saksi hidup betapa para penguasa Dinasti Abbasiyah melakukan hal serupa, dengan yang dilakukan oleh Dinasti Umawiyah, semua itu demi menancapkan pilar pilar kekuasaannya.
Beliau saksi hidup betapa besar kerusakan yang terjadi akibat berbagai upaya pemberontakan kepada penguasa yang sah, tanpa terkecuali pemberontakan yang dilakukan oleh para perintis dinasti Abbasiyah.
Ribuan nyawa ummat Islam melayang, akibat dari upaya mempertahankan kekuasan dan merebut kekuasan.
Kalaupun para pemberontak berhasil menjungkalkan penguasa, maka kerusakannya sangatlah besar, apalagi bila gagal.
Karena itu beliau melarang murid muridnya dari melakukan pemberontakan atau mendukung para pemberontak, walaupun para penguasa itu banyak berbuat kelaliman.
Beliau memilih sikap "diam dan diam" alias netral kepada kedua kelompok, kelompok penguasa yang berusaha mempertahankan kekuasaannya maupun kelompok pemberontak yang berusaha merebut kekuasaan.
Walau demikian, apakah beliau selamat dari percikan api pemberontakan dan upaya mempertahankan kekuasaan?
Kedua kelompok berusaha menyeret beliau ke dalam api kekacauan. Sampai sampai Dinasti Abbasiyah yang telah berhasil merebut kekuasaan dari Dinasti Umawiyah, tidak rela dengan sikap sang Imam Malik yang memiliki murid dan popularitas besar namun memilih sikap netral.
Sikap ini tidak dapat mereka terima, sehingga Dinasti Abbasiyah selalu memasang mata dan telinga di sekitar Imam Malik, guna memastikan sikap Imam Malik yang sebenarnya.
Bahkan sebagian penulis menyimpulkan bahwa Dinasti Abbasiyah menyusupkan seseorang agar merekayasa pertanyaan guna menjebak Imam Malik.
Maka skenariopun dijalankan, penyusup itu di majlis terbuka mengajukan satu pertanyaan perihal "sumpah orang yang dipaksa bersumpah", apakah sah atau tidak.
Sang Imam yang telah bertekad untuk menyampaikan kebenaran dengan segala resikonya, menjawab pertanyaan sesuai dengan yang beliau yakini bahwa sumpah orang yang dipaksa tidak sah.
Momentumnya memang sedang ada pemberontakan kepada Dinasti Abbasiyah. Namun kebenaran tetaplah kebenaran yang harus disampaikan, terlebih beliau ditanya, maka beliau berusaha berbaik sangka kepada penanya bahwa ia benar benar mencari kebenaran bukan provokator alias musang berbulu domba atau singa bermuka kucing persia yang imuuuut, walau faktanya si penanya adalah srigala berbulu domba.
Jawaban beliau ini, oleh para penjilat Khalifah Abbasiyah dianggap sangat merugikan khalifah dan mengancam stabilitas kekuasaan Dinasti Abbasiyah.
Faktanya Dinasti Abbasiyah dengan kekuatan pasukannya memaksa masyarakat untuk berbai'at, dan bersumpah setia. Bila mereka melanggar sumpah setianya itu, maka istri mereka terceraikan sebanyak tiga kali.
Jawaban sang Imam tersebut kemudian dibumbui oleh para penjilat Penguasa Dinasti Abbasiyah, bahwa beliau memprovokasi masyarakat untuk meyakini bahwa pembai'atan Khalifah Abbasiyah batal demi hukum, sehingga beliau layak untuk ditangkap dan dihukumi karena mendukung pemberontakan kepada Khalifah yang sah.
Benar saja, beliau segera ditangkap dan dicambuk, disiksa secara terbuka guna membunuh karakter beliau, sampai sampai salah satu lengan beliau terlepas dari sendinya, sehingga lengan beliau lumpuh hingga akhir hayatnya.
Semoga Allah Ta'ala merahmati Imam Malik dan meninggikan derajatnya di surga.
Kawan, Imam Malik yang memilih untuk netral, bahkan melarang murid muridnya dari memberontak atau mendukung para pemberontak, faktanya Dinasti Abbasiyah tidak puas dengan hal itu.
Hanya ada satu yang menjadikan Dinasti Abbasiyah puas, yaitu bila beliau turut membela kekuasaan mereka dan selalu sendiko dawuh atas segala titah titah mereka.
Kisah di atas, dapat anda simak di berbagai referensi biografi beliau, salah satunya di kitab Siyar A'alam An Nubala' oleh Imam Az Zahabi 8/79-81.
Dan bila anda tidak memiliki kitab tersebut, anda bisa mendaftarkan diri anda di https://stdiis.ac.id/ , agar anda bisa menelaah kitab Siyar A'alam An Nubala' dan lainnya di perputakaan kampus.
Semoga Allah melindungi kita semua dari kejamnya fitnah, dan kekacuan, dan meneguhkan keimanan kita hingga akhir hayat kelak, amiin.
Ustadz Dr muhammad arifin badri Ma