Kamis, 20 Mei 2021

DOA SALAF: TIDAK DENGKI TERHADAP SESAMA MUKMIN

DOA SALAF: TIDAK DENGKI TERHADAP SESAMA MUKMIN 

Ada doa dari generasi Salaf serta generasi setelahnya yang ditegaskan dalam Quran, dan itu adalah doa untuk tidak dengki terhadap sesama orang beriman. Allah berfirman tentang doa mereka tersebut, 

وَالَّذِينَ جَاءُوا مِن بَعْدِهِمْ يَقُولُونَ رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلِإِخْوَانِنَا الَّذِينَ سَبَقُونَا بِالْإِيمَانِ وَلَا تَجْعَلْ فِي قُلُوبِنَا غِلًّا لِّلَّذِينَ آمَنُوا رَبَّنَا إِنَّكَ رَءُوفٌ رَّحِيمٌ

“Dan orang-orang yang datang sesudah mereka (Muhajirin dan Anshar), mereka berdoa: ‘Ya Rabb kami, ampunilah kami dan saudara-saudara kami yang telah beriman lebih dulu dari kami, dan janganlah Engkau membiarkan kedengkian dalam hati kami terhadap orang-orang yang beriman; Ya Rabb kami, Sesungguhnya Engkau Maha Penyantun lagi Maha Penyayang.’” [QS al-Hasyr/59: 10.] 

Ketika menafsirkan ayat tersebut, Syaikh al-Sa’di berkata, 

وهذا دعاء شامل لجميع المؤمنين، السابقين من الصحابة، ومن قبلهم ومن بعدهم، وهذا من فضائل الإيمان أن المؤمنين ينتفع بعضهم ببعض، ويدعو بعضهم لبعض، بسبب المشاركة في الإيمان المقتضي لعقد الأخوة بين المؤمنين التي من فروعها أن يدعو بعضهم لبعض، وأن يحب بعضهم بعضا ولهذا ذكر الله في الدعاء نفي الغل عن القلب، الشامل لقليل الغل وكثيره الذي إذا انتفى ثبت ضده، وهو المحبة بين المؤمنين والموالاة والنصح، ونحو ذلك مما هو من حقوق المؤمنين

“DOA INI MENCAKUP SELURUH MUKMIN, baik kalangan pendahulu dari para Sahabat, maupun sebelum serta sesudah mereka. Di antara keutamaan iman adalah kaum mukmin saling mendapatkan manfaat satu sama lainnya, sebagiannya mendoakan sebagian yang lain, dengan sebab perserikatan dalam iman yang mengonsekuensikan akad persaudaraan antara kaum mukmin tersebut. Termasuk cabang dari persaudaraan tersebut adalah satu sama lain saling mendoakan dan juga saling mencintai. Karena itu, Allah menyebutkan doa untuk menghilangkan kedengkian dari hati (terhadap sesama orang beriman), yang mencakup kedengkian yang banyak  ataupun sedikit. Karena jika kedengkian itu ternafikan, maka menjadi kukuhlah opositnya, yaitu KECINTAAN, LOYALITAS dan NASIHAT di antara kaum mukmin, serta hal-hal positif lainnya dari hak-hak sesama kaum mukmin.” [Ref.: Taisir al-Karim al-Rahman fi Tafsir Kalam al-Mannan, QS 59: 10.] 

Demikianlah sebagian karakter Salaf yang disebutkan dalam Quran untuk diteladani, yaitu untuk tidak dengki terhadap sesama mukmin. 

Saya pribadi selalu meyakini bahwa upaya meneladani metode Salaf dalam beragama itu sejalan dengan akal yang sehat dan nurani yang bersih, terlebih terhadap sesama orang mukmin. Jadi kalau ada yang mengklaim telah mengikuti Salaf tapi nuraninya semakin hilang dan nalarnya menjadi rusak, maka saya cukup yakin ia telah salah dalam mengaji dan/atau keliru dalam memilih tempat kajian. 

Ibn Taimiyyah berkata, 

وَاعْلَمْ أَنَّهُ لَيْسَ فِي الْعَقْلِ الصَّرِيحِ وَلَا فِي شَيْءٍ مِنْ النَّقْلِ الصَّحِيحِ مَا يُوجِبُ مُخَالَفَةَ الطَّرِيقِ السَّلَفِيَّةِ أَصْلً

“Ketahuilah bahwa tidak ada akal sehat dan naqal sahih yang berkonsekuensi penyelisihan terhadap metode Salafisme. Sama sekali tidak ada.” [Ref.: Majmu’ al-Fatawa, vol. V, hlm. 28.] 

Semoga bermanfaat. Allahu a’lam. 

AdniKu 
21/05/2021