Berpuasa di tengah polemik penentuan waktu shalat subuh.
Ikut jadwal abadi auto salafy?
Ikut koreksi ormas lain auto khowarij?
Heeem, semudah dan sesempit itukah dada kita kawan?
Shalat subuh sebelum waktunya itu salah dan tidak sah walaupun seluruh raja dan sultan sedunia telah menetapkan jadwal yang salah itu.
Kawan! Salafy tidak menghalalkan yang haram atau mengharamkan yang halal, demi menegakkan kepatuhan kepada siapa saja selain Allah dan Rasul-nya.
Salafy tuh yang selalu mengatakan halal adalah halal dan haram adalah haram, karena mengikuti dalil.
Sedangkan hamba sahaya itulah yang selalu sendiko dawuh kepada majikannya walaupun dengan cara menghalalkan yang haram, membenarkan yang salah dan menganggap sesat yang benar, demi unjuk gigi di hadapan majikannya.
Adapun salafy, bila ada dua info yang bersebrangan, maka sikapnya jelas, tabayyun dan kembali kepada dalil dan fakta, auto ittiba’, mengikuti dalil dan fakta bukan mengibarkan taqlid buta.
فَإِن تَنَٰزَعْتُمْ فِى شَىْءٍ فَرُدُّوهُ إِلَى ٱللَّهِ وَٱلرَّسُولِ إِن كُنتُمْ تُؤْمِنُونَ بِٱللَّهِ وَٱلْيَوْمِ ٱلْءَاخِرِ ۚ ذَٰلِكَ خَيْرٌ وَأَحْسَنُ تَأْوِيلًا
Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya. (An Nisa’ 59)
Bila anda tidak mampu mengetahui yang benar dari dua jadwal shalat, maka solusinya : hindari perbedaan dengan cara akhirkan shalat anda untuk anda tunaikan pada waktu yang meyakinkan telah masuk waktu shalat subuh, bukan ambil “busur” lalu membabi buta menyesatkan orang yang berbeda pendapat.
Sederhana to solusinya?
La, bagaimana dengan sahur kita?
Mudah juga kawan, hukum asalnya masih malam, sehingga anda masih boleh bersantap sahur sampai tiba saat yang meyakinkan bahwa fajar telah terbit, karena larangan makan berkaitan dengan fajar yang terbit dengan meyakinkan:
وَكُلُوا وَاشْرَبُوا حَتَّى يَتَبَيَّنَ لَكُمُ الْخَيْطُ الْأَبْيَضُ مِنَ الْخَيْطِ الْأَسْوَدِ مِنَ الْفَجْرِ ثُمَّ أَتِمُّوا الصِّيَامَ إِلَى اللَّيْلِ وَلَا تُبَاشِرُوهُنَّ وَأَنْتُمْ عَاكِفُونَ فِي الْمَسَاجِدِ تِلْكَ حُدُودُ اللَّهِ فَلَا تَقْرَبُوهَا كَذَلِكَ يُبَيِّنُ اللَّهُ آيَاتِهِ لِلنَّاسِ لَعَلَّهُمْ يَتَّقُونَ
dan makan minumlah hingga terang bagimu benang putih dari benang hitam, yaitu fajar. Kemudian sempurnakanlah puasa itu sampai (datang) malam. ( Al Baqarah 187)
Namun bila anda mau kehati hatian maka anda boleh berhenti setelah mendengar azan berdasarkan penjadwalan abadi di masjid masjid masyarakat banyak.
Dengan demikian hidup anda tenang dan tentram dalam menunaikan dua ibadah penting anda ini, tanpa perlu hanyut dalam polemik.
Kawan, tahukah anda bahwa jadwal waktu abadi tuh hasil hisab bukan hasil pengamatan terhadap terbit, terbenam, dan tergelincirnya matahari?
Jadi sekali hisab ya hisab, tidak akan pernah berubah menjadi ru’yah.
Semoga mencerahkan.
Kalau terasa belum cerah, yuk kita cerahkan bersama di sini: https://stdiis.ac.id/
Ust Dr Muhammad Arifin Badri Ma
https://m.facebook.com/story.php?story_fbid=318161733003897&id=100044302190144