Rabu, 21 April 2021

ANJURAN MEMPERINDAH SUARA SAAT MEMBACA AL QURAN

ANJURAN MEMPERINDAH SUARA SAAT MEMBACA AL QURAN

Namun hal ini jangan berlebihan dengan melagukan al Quran , bahkan sampai seperti lagu irama nyanyian, baik keroncong, dangdut, bahkan  sampai irama india atau lagu korea. Inilah yang dinamakan dengan Alhan Al Mutrabah (Nada yang berliuk liuk)

 Syaikh Fuad As Syalhub hafidzahullah mengatakan :

وَالْمُرَادُ بِالْأَلْحَانِ الْمُطْرَبَةِ : أَيْ الَّتِيْ تُشْبِهُ الْغِنَاءَ وَفِيْ زَمَانِنَا هَذَا بعض أئمة المساجد فيهم من هذا الشيء الكثير 

Yang dimaksud dengan nada yang berliuk (al-alhan al-muthrabah) adalah nada yang menyerupai lagu atau nyanyian. Pada zaman kita sekarang, banyak imam masjid yang melakukan hal ini.

وهم يعلمون أو لا يَعلمون فَيُخَيَّلُ لَكَ عِنْدَ سَمَاعِ قِرَاَءتِهِمْ أَنَّكَ تَسْمَعُ أُغْنِيَّةً مِنْ تَقْلِيْبِ الصَّوْتِ وَتَغْيِيْرِ النَّغَمَاتِ نَسْأَلُ اللهَ لَنَا وَلَهُمُ الْهِدَايَةَ.

Mereka ada yang berilmu tentang hal ini dan ada pula yang tidak berilmu. Membuat pendengarnya seakan mendengar nyanyian karena suara yang berliuk-liuk dan intonasi yang berubah-ubah. Semoga Allah memberikan kita dan mereka hidayah.

Tentang anjuran memperindah suara dalam membaca al Quran disebutkan dalam beberapa dalil.

Syaikh Fuad As Syalhub melanjutkan :

يَدُلُّ عَلَى ذَلِكَ مَا رَوَاهُ الْبَرَاءُ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ أَنَّهُ قَالَ : سَمِعْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ " يَقْرَأُ: وَالتِّينِ وَالزَّيْتُونِ فِي العِشَاءِ، وَمَا سَمِعْتُ أَحَدًا أَحْسَنَ صَوْتًا مِنْهُ أَوْ قِرَاءَةً 

Hal ini ditunjukkan oleh Al-Bara” Radhiyallahu Anhu, dia berkata, “Aku mendengar Rasulullah Shallailahu Alaihi wa Sallam membaca wat Tiini waz Zaitun ketika shalat isya, dan aku tidak mendengar seseorang yang bersuara indah atau bacaan selain beliau." (HR Bukhari : 769)

وَفِيْ اسْتِحْبَابِ تَحْسِيْنِ الصَّوْتِ بِالْقِرَاءَةِ أَحَادِيْثُ صَحِيْحَةٌ فَمِنْهَا : قوله صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : لَمْ يَأْذَنِ اللَّهُ لِشَيْءٍ، مَا أَذِنَ لِنَبِيٍّ أَنْ يَتَغَنَّى بِالْقُرْآنِ  

Dan anjuran untuk mengindahkan suara ketika membaca Al Qur an ada beberapa hadits shahih. Di antaranya: Sabda Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam, “Allah Ta'ala sama sekali tidak mengizinkan sesuatu selain yang diizinkan kepada Nabi-Nya, yaitu mengindahkan suara ketika membaca Al-Qur an.” (Diriwayatkan Al-Bukhari, (5023): dan Muslim, (792)

قَالَ ابْنُ كَثِيْرٍ: وَمَعْنَاهُ: أَنَّ اللَّهَ مَا اسْتَمَعَ لِشَيْءٍ كَاسْتِمَاعِهِ لِقِرَاءَةِ نَبِيٍّ يَجْهَرُ بِقِرَاءَتِهِ وَيُحَسِّنُهَا، 

Ibnu Katsir berkata, “Maknanya adalah bahwasanya Allah Ta'ala tidak mendengarkan sesuatu seperti mendengarkan bacaan Nabi-Nya yang membaca dengan keras dan mengindahkannya.

وَذَلِكَ أَنَّهُ يَجْتَمِعُ فِي قِرَاءَةِ الْأَنْبِيَاءِ طِيبُ الصَّوْتِ لِكَمَالِ خَلْقِهِمْ وَتَمَامِ الْخَشْيَةِ، 

Hal itu karena suara para nabi sangat indah, karena kesempurnaan penciptaan mereka dan rasa takut yang sempurna.

وَذَلِكَ هُوَ الْغَايَةُ فِي ذَلِكَ. وَهُوَ، سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى، يَسْمَعُ أَصْوَاتَ الْعِبَادِ كُلِّهِمْ بَرِّهِمْ وَفَاجِرِهِمْ 
 
Inilah yang menjadi tujuan. Dan Allah Subhanahu wa Ta'ala mendengar semua suara hamba-hambaNya, baik yang berbakti maupun yang bermaksiat. (Fadhaail Quran hal. 179)

قَالَ أَحْمَدُ: يُحَسِّنُ الْقَارِئُ صَوْتَهُ بِالْقُرْآنِ وَيَقْرَؤُهُ بِحُزْنٍ وَتَدَبُّرٍ وَهُوَ مَعْنَى قَوْلِهِ: عَلَيْهِ السَّلَامُ: «مَا أَذِنَ اللَّهُ لِشَيْءٍ كَإِذْنِهِ لِنَبِيٍّ يَتَغَنَّى بِالْقُرْآنِ» 

Imam Ahmad berkata, “Seorang pembaca Al-Qur'an mengindahkan suaranya, dan membacanya dengan kesedihan dan perenungan. Dan inilah makna sabdanya Shallallahu Alaihi wa Sallam,  Allah Ta'ala tidak mengizinkan bagi sesuatu seperti Dia mengizinkan bagi Nabi-Nya untuk mengindahkan suaranya ketika mem baca Al-Quran (Al Adab As Syar’iyyah 2/297) 

وَمِنْهَا قَوْلُهُ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: لَيْسَ مِنَّا مَنْ لَمْ يَتَغَنَّ بِالْقُرْآنِ 

Di antaranya juga sabda Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam,  “Bukan termasuk dari kami orang yang tidak mengindahkan suaranya ketika membaca Al-Qur 'an.” (Diriwayatkan Abu Dawud)

وَمِنْ حَدِيْثِ الْبَرَّاءِ بْنِ عَازِبٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قال: قال رسول الله صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: (زَيِّنُوْا أَصْوَاتَكُمْ بِالْقُرْآنِ) 

Dan dari Al-Bara” bin Azib Radhiyallahu Anhu, dia berkata, Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda, “Hiasilah Al-Our'an dengan suara kalian.” (HR Abu Dawud, (1468). Al-Albani berkata, “Shahih.)” 

وَالْمَرَادُ مِنْ تَحْسِينِ الصَّوْتِ بِالْقُرْآنِ : تَطْرِيبُهُ وَتَحْزِينُهُ وَالتَّخَشُّعُ بِهِ ، قَالَهُ ابْنُ كَثِيْرٍ 
 
Yang dimaksud dengan mengindahkan suara dengan Al-Qur'an di sini adalah melagukannya, membacanya dengan suara sendu, dan khusyu'. Ini dikatakan oleh Ibnu Katsir.” (Fadhail Al-Qur'an, hlm. 190)

وَلَمَّا اسْتَمَعَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِلَى قِرَاءَةِ أَبِيْ مُوْسَى الْأَشْعَرِيُّ قَالَ لَهُ : لَوْ رَأَيْتَنِي وَأَنَا أَسْتَمِعُ لِقِرَاءَتِكَ الْبَارِحَةَ، لَقَدْ أُوتِيتَ مِزْمَارًا مِنْ مَزَامِيرِ آلِ دَاوُدَ»

Ketika Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam mendengar Suara tilawah Abu Musa Al-Asy'ari, Rasul bersabda kepadanya,  “Kalau engkau melihat aku saat aku mendengarkan bacaanmu tadi malam. Sungguh, engkau diberi seruling (maksudnya suara yang indah) dari seruling keluarga Nabi Dawud.” (Muttafaq alaih)” 

وَفِيْ رِوَايَةٍ عِنْدَ أَبِيْ يَعْلَى زِيَادَةً قَالَ أَبُوْ مُوْسَى : أَمَا إِنِّي لَوْ عَلِمْتُ بِمَكَانِكَ لَحَبَّرْتُهُ لَكَ تَحْبِيرًا 
 
Dalam riwayat Abu Ya'la sebagai tambahan, Abu Musa berkata, “Adapun jika aku mengetahui engkau mendengarkan aku, niscaya aku akan perindah suaraku lagi untuk engkau.” (Fathul Bari ) 

فَدَلَّ قَوْلُ أَبِيْ مُوْسَى عَلَى جَوَازِ التَّكَلُّفِ فِيْ الْقِرَاَءةِ، وَلَا يَعْنِيْ هَذَا إِخْرَاجُ الْقِرَاءَةِ عَنْ حَدِّهَا الْمَشْرُوْعِ، مِنْ تَمْطِيْطِ الْكَلَامِ

Ucapan Abu Musa ini menunjukkan kepada bolehnya memaksakan diri untuk memperindah suara ketika membaca Al-Quran. Tapi bukan berarti mengeluarkan bacaan Al-Qur'an dari batas yang dibolehkan, seperti terlalu memanjangkan

وَعَدَمِ إِقَامَتِهِ، وَالْمُبَالَغَةُ فِيْهِ حَتَّى يَنْقَلِبَ لَحْناً لَا. هَذَا لَيْسَ بِمَشْرُوْعٍ الْبَتَّةَ. وَكَرِهَ الإِمَامُ أَحْمَدُ الْقِرَاءَةَ بِالْأَلْحَانِ وَقَالَ هِيَ بِدْعَةٌ. 
 
dan tidak membaca huruf sesuai makhrajnya, dan tidak keterlaluan hingga mengubahnya menjadi nyanyian. Bukan, bukan ini yang dimaksud. Imam Ahmad memakruhkan bacaan dengan dinyanyikan dengan berkata, “Bacaan seperti itu bid'ah.” (Al Adab As Syar'iyyah 2/301)

وَقَالَ الشَّيْخُ تَقِيُّ الدِّينِ: قِرَاءَةُ الْقُرْآنِ بِصِفَةِ التَّلْحِينِ الَّذِي يُشْبِهُ تَلْحِينَ الْغِنَاءِ مَكْرُوهٌ مُبْتَدَعٌ كَمَا نَصَّ عَلَى ذَلِكَ مَالِكٌ وَالشَّافِعِيُّ وَأَحْمَدُ بْنُ حَنْبَلٍ وَغَيْرُهُمْ مِنْ الْأَئِمَّةِ.

Syaikh Taqiyuddin berkata, “Membaca Al-Quran dengan cara menyanyikannya serupa lagu itu dimakruhkan dan bid'ah. Sebagaimana yang dinashkan oleh Imam Malik, Syafi'i, dan Ahmad bin Hanbal, serta para imam lainnya.”” (Al Adab As Syar'iyyah 2/302)

(Kitabul Adab , hal. 25)
Ust abu Ghozie  as sundawie
https://www.facebook.com/100010496524332/posts/1424312597928611/