Senin, 22 Februari 2021

Banjir di zaman Nabi Nuh alaihissalam juga karena curah hujan yang kelewat batas wajar.Kaum ‘Ad juga binasa oleh angin yang berhembus kelewat batas kecepatannya.Kaum Saba’ juga celaka karena bendungan kebanggaan mereka jebol, lagi lagi faktor alam.Fir’aun dan kaumnya juga pernah diazab dengan populasi belalang, kodok dan kutu yang populasinya kelewat batas.Dan demikian seterusnya, azab demi azab yang menimpa ummat ummat terdahulu juga dengan faktor alam yang kurang bersahabat dan kelewat batas kewajaran.

Oh, negri sejuta mimpi.

Banjir di zaman Nabi Nuh alaihissalam juga karena curah hujan yang kelewat batas wajar.

Kaum ‘Ad juga binasa oleh angin yang berhembus kelewat batas kecepatannya.

Kaum Saba’ juga celaka karena bendungan kebanggaan mereka jebol, lagi lagi faktor alam.

Fir’aun dan kaumnya juga pernah diazab dengan populasi belalang, kodok dan kutu yang populasinya kelewat batas.

Dan demikian seterusnya, azab demi azab yang menimpa ummat ummat terdahulu juga dengan faktor alam yang kurang bersahabat dan kelewat batas kewajaran.

Lalu, bagaimana dong anda membedakan bencana yang menimpa anda, azab atau cobaan untuk menguji kesabaran?

Caranya beli cermin yang besar bahkan dilengkapi pembesar.

Sudah malas sholat, malas puasa, malas bayar zakat, rajin berbuat dosa, jauh dari agama Allah, perintah Allah dijauhi, larangan-Nya dilanggar, pengikut Nabi-Nya  shallallahu alaihi wa sallam dimusuhi, dan kekufuran digalakkan, masih saja merasa dicoba agar bisa bersabar.

Coba bandingkan diri anda dengan gambaran kaum Saba’ yang dikisahkan pada ayat berikut:

Bisa jadi anda merasa sama dengan mereka karena sama sama memiliki negri yang makmur.

لَقَدْ كَانَ لِسَبَإٍ فِى مَسْكَنِهِمْ ءَايَةٌ ۖ جَنَّتَانِ عَن يَمِينٍ وَشِمَالٍ ۖ كُلُوا۟ مِن رِّزْقِ رَبِّكُمْ وَٱشْكُرُوا۟ لَهُۥ ۚ بَلْدَةٌ طَيِّبَةٌ وَرَبٌّ غَفُورٌ

Sesungguhnya bagi kaum Saba' ada tanda (kekuasaan Tuhan) di tempat kediaman mereka yaitu dua buah kebun di sebelah kanan dan di sebelah kiri. (kepada mereka dikatakan): "Makanlah olehmu dari rezeki yang (dianugerahkan) Tuhanmu dan bersyukurlah kamu kepada-Nya. (Negerimu) adalah negeri yang baik dan (Tuhanmu) adalah Tuhan Yang Maha Pengampun". (Saba’ 15)

Namun mungkin anda terlalu girang sehingga lupa untuk membaca ayat selanjutnya.

فَأَعْرَضُوا فَأَرْسَلْنَا عَلَيْهِمْ سَيْلَ الْعَرِمِ وَبَدَّلْنَاهُم بِجَنَّتَيْهِمْ جَنَّتَيْنِ ذَوَاتَيْ أُكُلٍ خَمْطٍ وَأَثْلٍ وَشَيْءٍ مِّن سِدْرٍ قَلِيلٍ

Tetapi mereka berpaling maka Kami datangkan kepada mereka banjir yang besar dan Kami ganti kedua kebun mereka dengan dua kebun yang ditumbuhi pohonpohon yang berbuah pahit pohon Atsel dan sedikit dari pohon Sider ( Saba’ 16)

Kaum Saba’ dinyatakan telah berpaling, apa menurut anda berpaling dari mempelajari tekhnologi atau perniagaan moderen atau kesetaraan gender atau sekulerisme atau kapitalisme? 

Tentu saja bukan, karena pertanian mereka sangat maju dan mereka telah mampu membangun bendungan yang hebat dan mengatur irigasi dengan tepat.

Namun petaka tetap menghampiri mereka.

Semua itu karena mereka berpaling dari ajaran Allah, sehingga mereka ditimpa petaka . 

Jadi yang salah negrinya atau penghuninya?

Kata wong ndeso : mbok yo ngilo githo’e to mas mas. (Seyogyanya bercermin).

Jangan sampai seperti pepatah: buruk muka cermin dibelah.

Kawan, yuk bersama sama belajar bercermin bersama kami di kampus https://stdiis.ac.id/
Ust Dr Muhammad Arifin Badri Ma