Selasa, 02 Februari 2021

al-Hakīm at-Tarmidhi al-Hanafi (w 320 H) menegaskan :

Sebuah catatan. 
--
al-Hakīm at-Tarmidhi al-Hanafi (w 320 H)  menegaskan :

إن الذي يؤمر بالشيء فلا يرى زين ذلك الأمر ، وينهى عن الشيء فلا يرى شينه هو في عمى من أمره ... فإذا رأى زين ما أمر به وشين ما نهي عنه عمل على بصيرة ، وكان قلبه عليه أقوى ، ونفسه به وحمد على ذلك وشكر ، والذي يعمى عن ذلك فهو جامد القلب كسلان الجوارح ثقيل النفس بطيء التصرف. 

Sesungguh-nya orang yang diperintahkan untuk melakukan sesuatu, namun dia tidak melihat tujuan,  keindahan, dan maslahat dari perintah tersebut. 

begitupun ketika dilarang dari sesuatu, dan dia tidak melihat keburukan, kerusakan dari apa yang dilarang, maka dia hanyalah orang yang buta dalam urusan-nya (tidak memahami hakikat sebenar-nya dari perintah dan larangan). 

Sebalik-nya jika dia bisa melihat (memahami) tujuan dan maslahat yang ada dalam perintah, atau keburukan dan kerusakan yang ada dalam apa yang dilarang, niscaya dia akan beramal diatas bashirah (ilmu), keyakinan hati-nya terhadap perintah dan larangan itu semakin kuat, jiwa-nya semakin lapang menerima, hingga dia akan semakin memuji dan bersyukur atas ada-nya perintah dan larangan tersebut. 

Namun orang yang tertutupi dari-nya tujuan dari perintah dan larangan maka dia hanyalah orang yang hati-nya keras, malas, dan jiwa-nya berat serta lamban menjalankan perintah dan larangan [ Nawadir al-Usul / 77 ].

beliau juga tegaskan :

فمن فقه أسباب هذه الأمور التي أمر ونهى ، بماذا أمر ونهى ، ورأى زين ما امر وبهاءه ، وشين ما نهى تعاظم ذلك عنده ، وكبر في صدره ، فكان اشد تسارعا فيما أمر ، وأشد هربا وامتناعا مما نهي. 

Barang siapa yang memahami faktor-faktor dan latar belakang dari sebuah perintah dan larangan, serta bisa melihat keindahan dan maslahat dari apa yang diperintah, serta keburukan dan kerusakan dari yang dilarang, maka perintah dan larangan itu akan nampak agung bagi-nya, hingga dia akan semakin cepat menjalankan perintah dan menjauhi larangan. [ ibid / 78 ].

Dari situ aku sadar, Fikih tidak cukup hanya mengetahui hukum² nya saja, namun juga harus faham ilat hukum, tujuan dan hikmah-nya, artinya tidak cukup hanya paham ini wajib, sunnah, itu haram atau makruh, namun juga harus faham maqosid, dan illat-nya, semoga dimudahkan. 

~ Bekasi, Feb, 02-21, Kang Ibnu