Kamis, 31 Agustus 2023

Romantika Cinta Sahabat Nabi : Kebencian Barirah dan Cinta Mughits

Romantika Cinta Sahabat Nabi : Kebencian Barirah dan Cinta Mughits

Oleh : Ustadz Badrul Tamam

Siapakah Barirah ?

Barirah adalah maula (mantan budak) 'Aisyah radhiyallah 'anha. Sebelumnya ia adalah budak milik seorang Anshar dari kabilah bani Hilal. Ia terkadang membantu 'Aisyah dengan upah sebelum dibeli oleh 'Aisyah dan dibebaskan.

Barirah seorang wanita yang pandai, perawi hadits dan faqihah serta memiliki firasat yang tajam dan tepat. Ia hidup sampai masa kepemimpinan Mu’awiyah radhiyallah 'anhu.

Diriwayatkan dari Abdul Malik bin Marwan (seorang raja dari bani Umayyah), ia berkata: 
"Aku pernah datang kepada Barirah di Madinah, lalu ia berkata kepadaku: "wahai Abdul Malik, aku melihat pada dirimu ada beberapa sifat yang baik, sesungguhnya engkau layak menerima perkara ini (menjadi pemimpin), jika kamu telah menjadi pemimpin, waspadalah terhadap urusan darah, sesungguhnya aku telah mendengar Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda :

إِنَّ الرَّجُلَ لَيُدْفَع عَنْ بابِ الْجَنَّةِ بَعْدَ أن يُظْهَرَ إليه بِمِلْئِ مَحْجَمَةٍ مِنْ دَمٍ يُرِيْقُهُ مِنْ مُسْلِمٍ بِغَيْرِ حَقٍّ

"Sesungguhnya seorang laki-laki akan dijauhkan dari pintu surga setelah dinampakkan kepadanya satu mangkuk bekam berisi darah seorang muslim yang telah dia alirkan (membunuhnya) tanpa hak (jalan yang benar)."

Siapakah Mughits ?

Mughits adalah suami Barirah. Dia seorang budak hitam, maula Abu Ahmad bin Jahsy Al-Asadi. Istrinya meminta pisah darinya sesudah dimerdekakan oleh 'Aisyah. Ketika itu, Mughits masih berstatus sebagai budak (berdasarkan pendapat yang lebih tepat).

Disebutkan di dalam Shahih Al-Bukhari dari jalan Khalid Al-Hadda’, dari Ikrimah, dari Ibnu Abbas :
"Bahwasanya suami Barirah adalah seorang budak, bernama Mughits, saya melihatnya berjalan di belakangnya sambil menangis, sampai-sampai air matanya mengalir ke jenggotnya, lalu Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:

يَا عَبَّاس ! أَلا تَعْجَبُ مِنْ حُبِّ مُغِيثٍ بَرِيْرَةً وَمِنْ بُغْضِ بَرِيْرَةٍ مُغِيْثاً

"Wahai Abbas, tidakkah engkau merasa heran dengan cintanya Mughits terhadap Barirah dan bencinya Barirah terhadap Mughits.” (Insya Allah akan dipaparkan pada kisah di bawah nanti).

Kisah Perkawinan Barirah dengan Mughits

Abu Ahmad bin Jahsy, salah seorang sahabat Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, tuan dari Mughits, sangat menyayangi dan kagum terhadap budaknya itu. Ia seorang budak yang amanat, jujur, dan bersemangat dalam berkhidmat terhadap tuannya sehingga ia berhasil mempersembahkan banyak manfaat untuk tuannya. Oleh karena itu, ketika tuannya menyerunya untuk beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, segera saja ia menyambutnya. Sebagai balasannya, ketika Mughits meminta sesuatu kepada tuannya, dengan suka rela tuannya pun mengabulkan permintaannya.

Pada suatu hari, Mughits meminta kepada tuannya untuk menikahkannya. Dan tuannya-pun menyanggupinya, tapi nanti setelah mereka tiba di Yatsrib untuk hijrah.

Abu Ahmad dan Mughits keluar dari Makkah menuju Madinah. Di tengah perjalanan, Abu Ahmad menyenandungkan syair yang memuji istrinya, hal ini membuat hati Mughits semakin menggebu-gebu untuk menikah. Oleh karena itu, di tengah-tengah perjalanan yang masih sangat jauh dari Madinah, Mughits senantiasa mengulang-ulang permintaannya kepada tuannya.

Setelah mereka tiba di Yatsrib dan telah mendapatkan tempat, Mughits mengulangi lagi permintaannya kepada tuannya untuk segera dinikahkan. Maka Abu Ahmad menyuruhnya untuk mencari calon istri dari budak wanita yang ada di Yatsrib.

Mulailah Mughits berkeliling di perkampungan Madinah. Pada akhirnya, hatinya terpaut dengan seorang budak wanita yang cantik di salah satu rumah kaum Anshar. Ia bernama Barirah. Maka ia bersegera pulang menemui tuannya dan mengabarkan berita gembira ini.

Abu Ahmad pun bersegera pergi ke tempat kaum Anshar tadi, dan menyatakan keinginannya. Merekapun menyambutnya dengan baik. Tapi Barirah tidak menyukai laki-laki ini. Ia memberitahu pada tuannya bahwa ia tidak menyukainya, lalu ia masuk ke dalam sambil menangis. Maka tuannya menyampaikan kepada Abu Ahmad bahwa ia telah ridha dengan ini, tapi Barirah tidak menghendakinya. Maka ia meminta waktu beberapa hari untuk melunakkan hati Barirah.

Mughits sangat sedih dengan tanggapan Barirah. Maka ia meminta tuannya untuk terus mendesak keluarga Barirah agar hatinya luluh. Ia menyampaikan kepada tuannya bahwa ia telah jatuh cinta kepada Barirah dan tidak mau menikah dengan selainnya.

Abu Ahmad merespon permintaan Mughits, dan ia pun berkali-kali datang ke keluarga Barirah untuk meminta budaknya. Pada akhirnya, ia berhasil, hati Barirah-pun luluh.

Kisah Kehidupan Keluarga Barirah Bersama Mughits

Pada awalnya Barirah tidak mau menikah dengan Mughits, tapi karena desakan yang terus menerus dari tuannya, akhirnya ia pun menyatakan keridhaannya, menerima lamaran Mughits, secara zhahirnya saja. Lalu pernikahan pun dilangsungkan.

Mughits amat merasa bahagia dengan pernikahannya ini. Dia berhasil menyunting gadis cantik pujaannya. Tapi, berbeda dengan Barirah. Ia merasa telah menipu dirinya, ia menikah dengan laki-laki yang sama sekali tidak ia cintai, sampai-sampai ia berujar:

وَاللهِ مَا أَرَدْتُهُ وَلاَ رَغِبْتُهُ ,  وَلَكِنْ مَا حِيْلَتِي وَالْقَدَرُ غَالِبٌ

"Demi Allah, aku tidak menginginkan dan tidak menyukainya, tapi apa yang bisa kuperbuat, takdir pastilah menang."

Kesedihan Barirah sangat luar biasa, tetapi Allah telah mempersiapkan satu hal untuk meringankan beban kesedihannya, yaitu dengan dibukanya pintu salah satu rumah istri Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, 'Aisyah radhiyallah 'anha. Barirah sering datang ke sana untuk membantu pekerjaan Ummul mukminin.

Barirah sangat menyukai 'Aisyah radhiyallah 'anha, beliau menyambutnya dengan ramah dan memperlakukannya dengan baik. Pada akhirnya Barirah mau mengungkapkan seluruh isi hatinya kepada bunda 'Aisyah tentang perasaannya terhadap suaminya, Mughits. Ia berkata:

وَاللهِ لَقَدْ أَكْرَهَنِي أَهْلِي عَلَى الزَّوَاجِ مِنْهُ وَمَا أَجِدُ لَهُ فِي قَلْبِي مَيْلاً وَمَا أَدْرِي مَاذَا أَصْنَعُ

"Demi Allah, aku dipaksa oleh keluargaku untuk menikah dengannya. Dalam hatiku tidak ada kecondongan (kecintaan) kepadanya, dan aku tidak tahu apa yang harus aku perbuat."

Tetapi Bunda 'Aisyah memintanya untuk tetap bersabar dan ridha dengan takdirnya. Beliau menasihatkan:

يَا بَرِيْرَة ! اِتَّقِي اللهَ وَاصْبِرِي عَلَى زَوْجِكِ فَإِنَّهُ رَجُلٌ صَالِحٌ وَعَسَى اللهُ أَنْ يُذْهِبَ هَمَّكِ وَأَنْ يَرْزُقَكِ مَحَبَّةَ زَوْجِكِ

"Wahai Barirah! Bertakwalah kepada Allah dan bersabarlah dengan suamimu, sungguh ia adalah laki-laki shalih dan semoga Allah menghilangkan kegundahanmu dan menganugerahkan kecintaan kepada suamimu."

Berulang-ulang kali Barirah mengadu kepada bunda 'Aisyah dan berulang-ulang kali pula beliau menasihatkan supaya tetap bersabar dengan suaminya, berusaha terus untuk mencintainya dan ridha dengan bagian yang Allah tetapkan padanya. Barirah-pun berusaha melaksanakan nasihat bunda 'Aisyah, dan berusaha membuka hatinya untuk suaminya.

Setelah waktu berlalu cukup lama, ia terus mencobanya, tapi ia tetap tidak bisa, bahkan bertambahnya hari hanya menambah rasa benci kepada suaminya.

Barirah mengadu lagi kepada bunda 'Aisyah tentang suaminya, ia berkata: "Demi Allah wahai Ummul mukminin, sungguh hatiku ini sangat membenci Mughits, aku sudah berusaha mencintainya dan aku tetap tidak bisa. Aku tidak tahu apa yang bisa ku lakukan dalam hidup bersamanya."

'Aisyah pun menasihatinya: "Bersabarlah wahai Barirah, semoga Allah memberikan jalan keluar dari masalahmu ini."

"Demi Allah, aku tidak menginginkan dan tidak menyukainya, tapi apa yang bisa kuperbuat, takdir pastilah menang." senandung Barirah.

Bagaimana dengan Keadaan Mughits

Mughits amat merasa sedih dengan sikap istrinya, ia telah mencurahkan segala cintanya kepada istrinya tapi ia membalasnya dengan kebencian yang besar. Dia meminta tolong kepada tuannya, Abu Ahmad, untuk menasihati istrinya supaya bersikap lembut kepadanya, tapi tidak juga membawa perubahan. Dia juga meminta bantuan pada keluarga Barirah, tapi mereka kurang meresponnya.

Pada suatu hari istri Abu Ahmad melihat Mughits sedang bersedih, lalu ia berusaha menghiburnya. Ia berkata: "Kenapa kamu ini wahai Mughits! Sepertinya kamu terlalu memikirkan Barirah, wanita selain dia kan banyak!!"

Mughits menjawab: "Tidak, demi Allah, wahai tuanku, aku tidak bisa membencinya dan tidak bisa mencintai wanita selainnya." Kata Mughits kepada tuannya.

Tuannya berkata: "Kalau begitu bersabarlah, sampai ia melahirkan anakmu, semoga setelah itu hatinya mulai berubah dan bisa mencintaimu."

Mughits amat bahagia mendengarnya dan mulailah ia berhayal.

Sebaliknya dengan Barirah, bertambahnya hari dan bergantinya siang dan malam, hanyalah menambah rasa benci terhadap suaminya, bahkan hal ini bertambah setelah ia melahirkan. Ia berangan-angan tidak pernah melahirkan seorang anak-pun dari Mughits.

Ummul Mukminin, 'Aisyah radhiyallah 'anha mengunjunginya ketika ia masih dalam keadaan nifas. Beliau mengucapkan selamat dan mendoakan atas kelahiran anaknya. Tapi, Barirah malah menangis tersedu-sedu di hadapannya, sampai-sampai 'Aisyah-pun menjadi sangat kasihan padanya. Beliau berkata: "Wahai Barirah, mungkinkah engkau untuk membeli dirimu, jika engkau lakukan hal ini maka masalahmu akan bisa teratasi dan engkau berhak atas dirimu sendiri, dan jika engkau mau, engkau bisa berpisah dari suamimu."

Barirah berkata: "Aku telah mencoba berkali-kali memohon mereka untuk memerdekakanku, tapi mereka tidak menerimanya, seolah-olah tidak ada budak selainku yang bisa membantu mereka. Tetapi aku akan tetap bersabar sehingga Allah menghilangkan rasa sedih dan gundahku."

Setelah berlalu beberapa tahun, datanglah hari yang ditunggu-tunggu, keluarga Barirah menyatakan mau memerdekakannya jika ia siap membayar sejumlah harta selama sembilan tahun.

Barirah amat sangat senang mendengar berita ini, lalu bersegeralah ia menuju ke rumah bunda 'Aisyah mengabarkan bahwa keluarganya menawarkan mukatabah  dengan sembilan awaq dalam waktu sembilan tahun. Setiap tahunnya satu 'uqiyah (12 dirham), maka ia meminta bantuan kepada 'Aisyah untuk membelinya. Ia berkata kepadanya: "Ini adalah hari yang aku tunggu-tunggu wahai Ummul Mukminin, hilangkanlah kesusahanku maka Allah akan menghilangkan kesusahan Anda."

Lalu 'Aisyah tertawa dan berkata: 
“Bergembiralah wahai Barirah, demi Allah beberapa hari ini aku ingin bertaqarrub kepada Allah dengan memerdekakan budak, dan tiada yang lebih aku senangi kecuali memerdekakanmu dan menghilangkan duka citamu. Kemarilah wahai Barirah, ambilah harta ini, timbanglah dan berikan sembilan awaq kepada tuanmu, lalu bayarlah sekaligus dan dirimu menjadi milikmu."

Datanglah Barirah menemui tuannya untuk membayar pembebasannya. Tuannya bersedia menerima tapi dengan sebuah syarat, agar hak wala’ (perwalian) ada padanya. Lalu berita ini didengar oleh Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, maka beliau bersabda kepada 'Aisyah untuk membeli dan membebaskannya, karena wala’ bagi orang yang memerdekakan. Kemudian beliau shallallahu 'alaihi wasallam keluar menemui orang-orang dan berkhutbah: “kenapa ada laki-laki di antara kalian yang membuat syarat yang tidak terdapat di dalam Kitabullah? Setiap syarat yang tidak terdapat dalam Kitabullah adalah batil, walaupun sebanyak seratus syarat. Dan syarat Allah lebih berhak dipenuhi dan lebih kuat."

Barirah membawa uang itu kepada tuannya dan menyerahkannya sekaligus, lalu ia kembali kepada Sayyidah 'Aisyah, berterima kasih dan memujinya. Ia berkata kepada nya:

اَلْحَمْدُ للهِ يَا أُمَّ الْمُؤْمِنِيْنَ، لَقَدْ فَرَّجَ عَنِّي هَمِّي وَكَشَفَ غَمِّي، وَلَقَدْ وَجَدْتُ الصَّبْرَ شَيْئًا عَظِيْمًا

"Al-Hamdulillah, wahai Ummul Mukminin, Allah telah menghilangkan duka citaku dan menyingkapkan kegundahanku, dan aku telah mendapatkan sesuatu yang besar dengan kesabaran."

Barirah juga menyampaikan kepadanya bahwa ia akan segera meminta kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam untuk memisahkan dia dari Mughits. 

Pada sore harinya, ia datang ke kamar Aisyah dan meminta izin bertemu Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, ia pun diizinkan. Lalu ia mengucapkan salam dan menyampaikan maksudnya kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam. “Wahai Rasulullah, aku memohon, kiranya baginda sudi menceraikanku dari suamiku Mughits, aku sekarang telah merdeka sedangkan dia masih sebagai budak, aku sudah tidak kuat lagi hidup bersamanya. Tanyalah pada Ummu Abdillah, 'Aisyah. Pasti beliau akan memberitahukan bagaimana nasib kehidupanku bersamanya."

Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam tersenyum akan ucapan Barirah dan mengabulkan permintaannya. Lalu beliau mengutus seseorang untuk menyampaikan kabar berita ini kepada Mughits.

Ketika mendengar berita ini, Mughits langsung pingsan, ia dirundung kesedihan yang sangat luar biasa. Bumi yang luas ini terasa sempit dan seolah-olah nyawanya sudah pergi meninggalkan jasadnya.

Setelah mendapat berita tadi, Mughits selalu mengikuti Barirah, berlari-lari di belakangnya, sepanjang perjalanannya di lorong-lorong kota Madinah. Berpindah dari satu tempat ke tempat lainnya. Ia merayunya dengan kata-kata terindahnya, berbicara kepadanya dengan ucapan terhalusnya, tapi Barirah tidak sedikitpun terpengaruh.

Mughits meminta bantuan kepada siapa saja yang dikenalnya untuk berbicara kepada Barirah, tapi tidak juga membuahkan hasil.

Pada hari berikutnya, Mughits mengiba kepada Barirah dengan selalu berjalan dan mengikuti di belakangnya memasuki pasar kota Madinah sambil menangis sampai-sampai air matanya membasahi janggutnya, tapi hal itu juga tidak membuat luluh hati Barirah.

Pemandangan ini membuat hati setiap orang yang menyaksikannya menjadi terenyuh, kasihan dan merasa sedih, di antaranya adalah Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam. Ketika itu beliau bersama pamannya Abbas, berada di pasar Madinah. Lalu beliau berkata kepadanya:

يَا عَبَّاس ! أَلا تَعْجَبُ مِنْ حُبِّ مُغِيثٍ بَرِيْرَةً وَمِنْ بُغْضِ بَرِيْرَةٍ مُغِيْثاً 

"Hai Abbas, tidakkah engkau heran dengan cintanya Mughits kepada Barirah dan bencinya Barirah terhadap Mughits."

Abbas pun menjawab; "betul, Demi Dzat yang mengutusmu, sungguh urusan mereka sangat aneh."

Ketika Mughits melihat Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, ia pun mendatangi beliau dan meminta pertolongannya untuk menyampaikan kepada Barirah agar mau kembali kepadanya.  

Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam merasa sedih melihat kondisi Mughits. Lalu beliau memanggil Barirah dan bersabda kepadanya: "Wahai Barirah, bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya ia adalah bapak dari anakmu, kalau seandainya kamu mau, ruju'lah kepadanya."

Barirah-pun memandang Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam dengan diliputi kesedihan, dan berkata: "Wahai Rasulullah, baginda memerintahkanku?"

Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam menjawab: "tidak,….. sesungguhnya aku hanyalah syafi' (sebagai perantara saja)."

Barirah pun menjawab: "Kalau begitu aku tidak merasa butuh kepadanya, aku tidak bisa hidup bersamanya, aku memilih sendiri."

*** *** *** ***

Inilah kisah kehidupan Barirah dengan suaminya. Suaminya sangat mencintainya, tapi Barirah sangat membencinya. Ia mampu bersabar bersamanya dalam kurun waktu yang cukup lama dengan berangan-angan ingin berpisah dari suaminya.

Pada akhirnya, datanglah hari yang ia tunggu-tunggu, Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam memisahkan keduanya. Ia merasa seolah-olah telah keluar dari Neraka. Tetapi, sebuah kalimat dari Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam hampir saja menghapus seluruh harapan yang sudah lama ia nantikan, ia harus mengesampingkan seluruh perasaan bencinya terhadap suaminya dan akan kembali ke pangkuannya dengan penuh keridhaan dan kerelaan, karena taat kepada Allah dan Rasul-Nya.

Inilah sosok seorang mukminah sejati, yang selalu mendahulukan firman Allah dan sabda Rasulnya daripada keinginan dirinya. Allah berfirman:

إِنَّمَا كَانَ قَوْلَ الْمُؤْمِنِينَ إِذَا دُعُوا إِلَى اللَّهِ وَرَسُولِهِ لِيَحْكُمَ بَيْنَهُمْ أَنْ يَقُولُوا سَمِعْنَا وَأَطَعْنَا وَأُولَئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ

"Sesungguhnya jawaban orang-orang mukmin, bila mereka dipanggil kepada Allah dan Rasul-Nya agar Rasul menghukum (mengadili) di antara mereka ialah ucapan. "Kami mendengar, dan kami patuh". Dan mereka Itulah orang-orang yang beruntung." (QS. An-Nur : 51)

وَمَا كَانَ لِمُؤْمِنٍ وَلَا مُؤْمِنَةٍ إِذَا قَضَى اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَمْرًا أَنْ يَكُونَ لَهُمُ الْخِيَرَةُ مِنْ أَمْرِهِمْ وَمَنْ يَعْصِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ ضَلَّ ضَلَالًا مُبِينًا

"Dan tidaklah patut bagi laki-laki yang mukmin dan tidak (pula) bagi perempuan yang mukminah, apabila Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan (yang lain) tentang urusan mereka. Dan barangsiapa mendurhakai Allah dan Rasul-Nya, maka sungguhlah dia telah sesat, sesat yang nyata." (QS. Al-Ahzab : 36)
FB Pengetahuan muslim 

Ada sebuah kisah cinta yang menarik yang terjadi di masa ketika Nabi ṣhallallāhu ‘alaihi wa sallam masih hidup, tentang kehidupan antara Mughītṡ dan Barīrah. Berikut kisahnya.

حَدَّثَنَا مُحَمَّدٌ أَخْبَرَنَا عَبْدُ الْوَهَّابِ حَدَّثَنَا خَالِدٌ عَنْ عِكْرِمَةَ عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ
أَنَّ زَوْجَ بَرِيرَةَ كَانَ عَبْدًا يُقَالُ لَهُ مُغِيثٌ كَأَنِّي أَنْظُرُ إِلَيْهِ يَطُوفُ خَلْفَهَا يَبْكِي وَدُمُوعُهُ تَسِيلُ عَلَى لِحْيَتِهِ فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لِعبَّاسٍ يَا عَبَّاسُ أَلَا تَعْجَبُ مِنْ حُبِّ مُغِيثٍ بَرِيرَةَ وَمِنْ بُغْضِ بَرِيرَةَ مُغِيثًا فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَوْ رَاجَعْتِهِ قَالَتْ يَا رَسُولَ اللَّهِ تَأْمُرُنِي قَالَ إِنَّمَا أَنَا أَشْفَعُ قَالَتْ لَا حَاجَةَ لِي فِيهِ

Telah menceritakan kepada kami Muhammad Telah mengabarkan kepada kami Abdul Wahhab Telah menceritakan kepada kami Khalid dari Ikrimah dari Ibnu Abbas, 

"Sesungguhnya suami Barirah adalah seorang budak yang bernama Mughits. Aku ingat bagaimana Mughits mengikuti Barirah kemana dia pergi sambil menangis (karena mengharapkan cinta Barirah, pent). Air matanya mengalir membasahi jenggotnya. Maka Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: “Wahai Abbas, tidakkah engkau heran betapa besar rasa cinta Mughits kepada Barirah namun betapa besar pula kebencian Barirah kepada Mughits.” Nabi bersabda kepada Barirah, “Andai engkau mau kembali kepada Mughits?!” Barirah mengatakan, “Wahai Rasulullah, apakah engkau memerintahkanku?” Nabi bersabda, “Aku hanya ingin menjadi perantara.” Barirah mengatakan, “Aku sudah tidak lagi membutuhkannya” 
(HR. Bukhari no. 5283)

Dalam riwayat lain, Ibnu ‘Abbas mengatakan,

ذَاكَ مُغِيثٌ عَبْدُ بَنِى فُلاَنٍ – يَعْنِى زَوْجَ بَرِيرَةَ – كَأَنِّى أَنْظُرُ إِلَيْهِ يَتْبَعُهَا فِى سِكَكِ الْمَدِينَةِ ، يَبْكِى عَلَيْهَا

“Itu adalah Mughits, budak milik bani fulan, dia adalah suami dari Barirah. Mughits terus membuntuti Barirah di jalan-jalan kota Madinah, sambil mengharap belas kasihan dari Barirah.” 
(HR. Bukhari no. 5281)

حَدَّثَنَا عُثْمَانُ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ حَدَّثَنَا جَرِيرٌ عَنْ مَنْصُورٍ عَنْ إِبْرَاهِيمَ عَنْ الْأَسْوَدِ عَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا قَالَتْ
اشْتَرَيْتُ بَرِيرَةَ فَاشْتَرَطَ أَهْلُهَا وَلَاءَهَا فَذَكَرْتُ ذَلِكَ لِلنَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ أَعْتِقِيهَا فَإِنَّ الْوَلَاءَ لِمَنْ أَعْطَى الْوَرِقَ فَأَعْتَقْتُهَا فَدَعَاهَا النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَخَيَّرَهَا مِنْ زَوْجِهَا فَقَالَتْ لَوْ أَعْطَانِي كَذَا وَكَذَا مَا ثَبَتُّ عِنْدَهُ فَاخْتَارَتْ نَفْسَهَا

Telah menceritakan kepada kami 'Utsman bin Abi Syaibah telah menceritakan kepada kami Jarir dari Manshur dari Ibrahim dari Al Aswad dari 'Aisyah radhiallahu 'anha berkata :

"Aku pernah membeli seorang budak bernama Barirah. Lantas pemilik sebelumnya menyaratkan hak wala’ padanya (artinya warisan jadi milik pemiliknya yang dulu, bukan pada orang yang memerdekakannya). Aku pun menceritakan hal itu pada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, lantas beliau berkata, “Bebaskanlah Barirah. Hak wala’ tetap jadi milik orang yang memerdekakan.”
Aku pun memerdekakan Barirah. Setelah merdeka, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam memanggil Barirah lalu memberikan hak pilih kepada Barirah antara tetap menjadi istri Mughits atau berpisah dari suaminya yang masih berstatus budak.
Barirah mengatakan, “Walau Mughits memberiku sekian banyak harta aku tidak mau menjadi isterinya”. Barirah memilih untuk tidak lagi bersama suaminya.” 
(HR. Bukhari no. 2536)

Adapun kisah tentang pembebasan Barirah oleh ‘Aisyah disebutkan dalam hadits berikut.

حَدَّثَنَا عَلِيُّ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ قَالَ حَدَّثَنَا سُفْيَانُ عَنْ يَحْيَى عَنْ عَمْرَةَ عَنْ عَائِشَةَ قَالَتْ
أَتَتْهَا بَرِيرَةُ تَسْأَلُهَا فِي كِتَابَتِهَا فَقَالَتْ إِنْ شِئْتِ أَعْطَيْتُ أَهْلَكِ وَيَكُونُ الْوَلَاءُ لِي وَقَالَ أَهْلُهَا إِنْ شِئْتِ أَعْطَيْتِهَا مَا بَقِيَ وَقَالَ سُفْيَانُ مَرَّةً إِنْ شِئْتِ أَعْتَقْتِهَا وَيَكُونُ الْوَلَاءُ لَنَا فَلَمَّا جَاءَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ذَكَّرَتْهُ ذَلِكَ فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ابْتَاعِيهَا فَأَعْتِقِيهَا فَإِنَّ الْوَلَاءَ لِمَنْ أَعْتَقَ ثُمَّ قَامَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَلَى الْمِنْبَرِ وَقَالَ سُفْيَانُ مَرَّةً فَصَعِدَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَلَى الْمِنْبَرِ فَقَالَ مَا بَالُ أَقْوَامٍ يَشْتَرِطُونَ شُرُوطًا لَيْسَ فِي كِتَابِ اللَّهِ مَنْ اشْتَرَطَ شَرْطًا لَيْسَ فِي كِتَابِ اللَّهِ فَلَيْسَ لَهُ وَإِنْ اشْتَرَطَ مِائَةَ مَرَّةٍ

Telah menceritakan kepada kami 'Ali bin 'Abdullah berkata, telah menceritakan kepada kami Sufyan dari Yahya dari 'Amrah dari 'Aisyah berkata, 

"Bahwa Barirah (budak wanita dari kaum Anshar) pernah mendatangi Aisyah, lantas ia meminta pada Aisyah untuk memerdekakan dia (dengan membayar sejumlah uang pada tuannya, disebut akad mukatabah, -pen). Aisyah mengatakan, “Jika engkau mau, aku akan memberikan sejumlah uang pada tuanmu untuk pembebasanmu. Namun hak wala’mu untukku -di mana wala’ itu adalah hak warisan yang jadi milik orang yang memerdekakannya nantinya-.
Lantas majikan Barirah berkata, “Aku mau, namun hak wala’mu tetap untukku.”
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam kemudian datang dan Aisyah menceritakan apa yang terjadi. Beliau pun bersabda, “Bebaskan dia -Barirah-, tetapi yang benar, hak wala’ adalah bagi orang yang memerdekakan.” Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pun berkata di atas mimbar,

“Mengapa bisa ada kaum yang membuat suatu persyaratan yang menyelisihi Kitabullah. Siapa yang membuat syarat lantas syarat tersebut bertentangan dengan Kitabullah, maka ia tidak pantas mendapatkan syarat tersebut walaupun ia telah membuat seratus syarat.” 
(HR. Bukhari no. 456)

Petikan pelajaran :

1. Budak itu tidak sekufu alias setara dalam pernikahan dengan orang merdeka. Oleh karena itu, Barirah memiliki hak untuk memilih antara tetap bersama Mughits ataukah berpisah untuk mencari suami yang lain.

2. Para sahabat Nabi itu memelihara jenggotnya. Di antara mereka adalah Mughits sehingga dikatakan bahwa air mata Mughits itu membasahi jenggotnya. Sehingga orang yang demikian benci dengan jenggotnya sampai-sampai dikerok secara berkala adalah orang yang tidak mau meneladani para sahabat Nabi dalam masalah ini bahkan tergolong tidak mau taat kepada Nabi yang memerintahkan umatnya untuk memilhara jenggot. Seorang laki-laki itu akan semakin gagah dan berwibawa mana kala memelihara jenggot. Dikatakan bahwa Abu Hurairah suatu ketika pernah berkata,

إن يمين ملائكة السماء والذي زين الرجال باللحى والنساء بالذوائب

“Sesungguhnya ucapan sumpah para malaikat yang ada di langit adalah kalimat demi zat yang menjadikan seorang pria itu makin tampan dengan jenggot dan menjadikan perempuan semakin menawan dengan jalinan rambut.” 
(Tarikh Dimasyq karya Ibnu ‘Asakir tahqiq Abu Said Umar bin Gharamah Al ‘Amrawi, juz 36 hal 343, terbitan Darul Fikr Beirut tahun 1416 H)

3. Saran atau nasihat Nabi itu berbeda dengan perintahnya. Saran Nabi untuk person tertentu itu hasil finalnya kembali kepada pilihan person tersebut. Sedangkan perintah Nabi itu adalah sesuatu yang harus ditaati tanpa ada pilihan yang lain.

إِنَّمَا كَانَ قَوْلَ الْمُؤْمِنِينَ إِذَا دُعُوا إِلَى اللَّهِ وَرَسُولِهِ لِيَحْكُمَ بَيْنَهُمْ أَنْ يَقُولُوا سَمِعْنَا وَأَطَعْنَا وَأُولَئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ (51)

“Sesungguhnya perkataan orang-orang yang beriman, bila mereka dipanggil kepada Allah dan Rasul-Nya agar Rasul memberi keputusan hukum di antara mereka ialah ucapan, “Kami mendengar, dan Kami patuh”. Dan hanya merekalah orang-orang yang beruntung.” (QS. An Nuur : 51)

وَمَا كَانَ لِمُؤْمِنٍ وَلَا مُؤْمِنَةٍ إِذَا قَضَى اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَمْرًا أَنْ يَكُونَ لَهُمُ الْخِيَرَةُ مِنْ أَمْرِهِمْ وَمَنْ يَعْصِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ ضَلَّ ضَلَالًا مُبِينًا (36)

“Dan tidaklah patut bagi laki-laki yang mukmin dan tidak (pula) bagi perempuan yang mukmin, apabila Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan (yang lain) tentang urusan mereka. Dan barangsiapa durhaka terhadap Allah dan Rasul-Nya maka sungguh dia telah sesat dengan kesesatan yang nyata.” (QS. Al Ahzab : 36)

4. Kisah di atas menunjukkan bahwa cinta itu terkadang bertepuk sebelah tangan. Dalam kisah di atas nampak sekali besarnya rasa cinta Mughits kepada Barirah namun Barirah demikian benci kepada Mughits.

5. Cinta itu tidak harus memiliki. Terkadang rasa cinta tidak harus berujung dengan pernikahan yang langgeng. Lihatlah kandasnya cinta Mughits dan sebuah kenyataan pahit harus ditelan oleh Mughits yaitu tidak bisa lagi memiliki Barirah.

6. Kisah di atas juga menunjukkan bahwa cinta yang over dosis itu bisa menghilangkan rasa malu sehingga menyebabkan pelakunya melakukan berbagai hal yang sebenarnya memalukan.

7. Rasa benci tidak mesti dari dua pihak, boleh saja yang satu benci dan yang satu malah menginginkan cintanya. Namun umumnya hati itu akan saling benci dan saling cinta.

8. Mughits adalah budak hitam sebagaimana disebutkan dalam riwayat lain,

كَانَ زَوْجُ بَرِيرَةَ عَبْدًا أَسْوَدَ يُقَالُ لَهُ مُغِيثٌ

“Ada suami dari Barirah, seorang budak hitam yang bernama Mughits.” 
(HR. Bukhari no. 5282) 

Semoga bermanfaat.
 
Referensi :

Fathul Bari Syarh Shahih Al Bukhari, Ibnu Hajar Al Asqalani, terbitan Dar Thiybah, cetakan keempat, tahun 1432 H.

Fathu Dzil Jalali wal Ikram Syarh Bulughil Maram, Syaikh Muhammad bin Shalih Al ‘Utsaimin, terbitan Madarul Wathan, cetakan pertama, tahun 1435 H.

Rabu, 30 Agustus 2023

Resep Bahagia

📒 Resep Bahagia

Syekh Abdurrazzaq bin Abdulmuhsin al-Badr hafizhahullahu ta'ala menuturkan, "Sekiranya kita berpegang teguh dengan Alquran, dekat dengannya dan benar-benar mengikuti petunjuknya, niscaya kita menjadi orang yang paling berbahagia."

| Jami' al-Muallafat wa ar-Rasail, jilid 14, hal. 297.

🇮🇩🇸🇦 ICC DAMMAM KSA
Channel Telegram: https://t.me/iccdammamksa

di zaman yg serba online ini sangat mudah untuk belajar agama

Ustadz Yani fahriansyah 

Sedikit sekali orang yang memperhatikan penjelasan ini,

Sedikit sekali orang yang memperhatikan 
penjelasan ini, sehingga engkau akan mendapati banyak manusia yang membaca Al-Qur`an namun bersamaan itu mereka juga terjatuh di dalam kesyirikan dan meremehkan tauhid. Padahal perkara tauhid dan syirik ini adalah perkara yang jelas di dalam Kitab Allah dan di dalam Sunnah Rasulullah shallallahu 
‘alaihi wa sallam, Hal ini dikarenakan mereka berjalan di atas adat kebiasaan dan apa yang mereka dapati dari ayah-ayah mereka dan tokoh-tokoh mereka. Sehingga yang menjadi patokan menurut mereka adalah apa yang mereka dapati dari bapak-bapak, tokoh-tokoh, dan penduduk negeri mereka. Mereka tidak berfikir walau sebentar untuk merenungi dan mentadaburi Al-Qur`an, kemudian mereka 
bandingkan dengan perilaku hidup manusia, apakah yang mereka lakukan itu benar atau tidak.
Ustadz Nurcholish 

Sesuai dengan kadar Tauhid yang direalisasikan, maka semakin sempurna pula ketaatan kepada Allah.”

“Sesuai dengan kadar Tauhid yang direalisasikan, maka semakin sempurna pula ketaatan kepada Allah.” (Majmu’ al-Fatawa Ibnu Taimiyyah, 10/260)

Ya Allah berikanlah kami karunia untuk merealisasikan Tauhid

- Twitt Syaikh Prof. Dr. Shalih Sindy حفظه الله pada 2 Dzulqa’dah 1435 H -
ustadz Noviyardi Amarullah 

Meluruskan Kerancuan Aqidah Ahli Kalam tentang Kalamullah

Meluruskan Kerancuan Aqidah Ahli Kalam tentang Kalamullah

Mudah sekali untuk mengetahui kerancuan aqidah ahli kalam, tanyakan saja, yang berbicara kepada Nabi Musa 'alaihissalam itu apakah Allah langsung, atau suara yang Allah ciptakan, ataukah perantara yang menyampaikan firman Allah?

Kalau suara yang diciptakan (makhluk) yang berbicara, maka ini keyakinan syirik, karena di dalamnya ada perkataan, "Sesungguhnya Aku adalah Allah." (QS. Thaha : 14). Ini berarti menuhankan makhluk. Tidak boleh makhluk berkata, "Aku adalah Allah."

Kalau perantara yang menyampaikan firman Allah, maka tidak bisa dikatakan, "Allah berbicara kepada Musa dengan sebenar-benar pembicaraan" (QS. An-Nisa : 164). Kalau dengan perantara tidak bisa Nabi Musa dikatakan sebagai kalimullah, yang itu merupakan kestimewaannya. 

Maka tidak ada kemungkinan lain melainkan yang berbicara adalah Allah langsung.

Kalau ini diterima, maka konsekwensinya adalah meyakini bahwa kalamullah itu dengan huruf dan suara, tentu yang sesuai dengan keagungan Allah, tidak sama dengan huruf dan suara makhluk. Karena yang didengar oleh Nabi Musa, sebagai manusia, adalah berupa huruf dan suara. 

Kemudian meyakini bahwa kalamullah itu secara satuannya adalah baharu (mutajaddid) dan secara jenisnya adalah qadim (sejak dahulu, tidak bermula). Artinya, secara jenisnya Allah itu mutakallim (yang berbicara), sejak dahulu tidak bermula. Tidak pernah Allah itu tidak mampu bicara lalu berubah menjadi mampu bicara. Namun secara satuannya ia baharu, artinya sebelumnya Allah tidak berbicara kepada Nabi Musa, lalu kemudian berbicara kepadanya. Baharu di sini bukan berarti makhluk yang diciptakan, tidak ada konsekwensi seperti itu. Baharu di sini maksudnya adalah perbuatan Allah yang dilakukan sesuai kehendak-Nya, jika Ia berkehendak Ia berbicara, jika tidak berkehendak Ia tidak berbicara. Ini yang disebut sifat fi'liyyah atau sifat ikhtiyariyyah yang mencakup berbicara, mencintai, murka, meridhai, marah, datang, turun, dsb.

Inilah tiga pokok aqidah Ahlus Sunnah tentang kalamullah, yaitu : (1) menetap pada zat Allah (qaim bidzatillah) artinya Allah langsung yang berbicara, (2) ia berupa huruf, suara dan makna sekaligus, dan (3) qadim secara jenis dan baharu secara satuan (qadimun nau', mutajaddidul aahaad).

Wallahul Muwaffiq

(Muhammad Atim)


inggih punika setunggaling kebahagian kagem tiang jaler naliko piyambakipun ndadosaken semahipun ingkang shalihah ngrencangi lebet njagi keimananipun

Merupakan sebuah Kebahagian bagi seorang suami tatkala ia menjadikan istrinya yang shalihah membantunya dalam menjaga keimanan nya"
Ustadz Nurcholish 
inggih punika setunggaling kebahagian kagem tiang jaler naliko piyambakipun  ndadosaken semahipun ingkang shalihah ngrencangi lebet njagi keimananipun

4 hewan yg tidak boleh di bunuh

Apabila Rasa malu telah cabut dari seorang wanita maka janganlah kamu bertanya tentang akibat buruk setelahnya

"Apabila Rasa malu telah cabut dari seorang wanita maka janganlah kamu bertanya tentang akibat buruk setelahnya"
Ustadz Nurcholish 
Menawi roso lingsem sampun di pun Pendet saking tiang Estri lajeng panjenengan mboten sah Tangled Malih akibat awon saklajengipun 

Syaikh Abdurrahman bin Nashir As Sa'diy membuat perumpamaan yang sangat indah tentang belajar

▪︎BELAJAR▪︎ 

Syaikh Abdurrahman bin Nashir As Sa'diy membuat perumpamaan yang sangat indah tentang belajar.
Beliau tuliskan dalam kitab " Adabul Mu'allimin wal muta'allimin " 

فإن التعلم بمنزلة الغرس للأشجار، والدرس والمذاكرة والإعادة بمنزلة السقي لها، وإزالة الأشياء المضرة لتنمو وتزداد على الدوام.

Belajar itu ibarat seseorang yang menanam pohon, ketika ia mendapatkan pelajaran baru kemudian mengulanginya dan mengingat-ngingatnya ia sejatinya sedang menyiraminya. Lalu tatkala ia melihat ada sesuatu yang mengganggu atau merusaknya ia menyingkirkannya dan membersihkannya, maka sungguh ia lakukan itu karena ingin menjaganya agar tetap indah, tumbuh, mekar dan kokoh.

Tanam - sirami - dan jaga dari berbagai hal yang mengganggunya dan merusaknya.

Madinah, 30 Agustus 2023
MHF
Ustadz Muhammad Husein Fahrudin 

Menghadap kiblat adalah syarat sahnya sholat kecuali pada tiga keadaan

Menghadap kiblat adalah syarat sahnya sholat kecuali pada tiga keadaan 
" Tidak mampu/ Lumpuh, Keadaan yang menakutkan, melaksanakan sunnah dalam safar".
Ustadz Nurcholish 

Di tanyakan kepada seorang hakim "Wahai hakim Perkara apa yang paling indah dari apa yang engkau lihat ?

Di tanyakan kepada seorang hakim 
"Wahai hakim Perkara apa yang paling indah dari apa yang engkau lihat ? 
Ia berkata "Aku tidak pernah melihat perkara yang paling indah dari seseorang yang ia melihat semua aibku namun ia senantiasa mencintaiku".
Beginilah  sifat seorang yang shalih yang selalu memandang kepada saudaranya di atas kebaikan
Ustadz Nurcholish 

pendapat sadl/irsal dalam madzhab Maliki. (Sadl adalah meluruskan tangan di sisi badan saat berdiri dalam shalat - tidak bersedekap seperti umumnya madzhab lain).

pendapat sadl/irsal dalam madzhab Maliki.

(Sadl adalah meluruskan tangan di sisi badan saat berdiri dalam shalat - tidak bersedekap seperti umumnya madzhab lain). 

Kemudian buka Bidayatul Mujtahid Ibnu Rusyd Al Maliki (cet Baitul Afkar Ad Dauliyah). Beliau mengisyaratkan pendapat Maliki ini berdasar pada Hadits Al Bukhori. (Timbang ra iso turu), buka Shahih Bukhari (cet muasasah ar risalah), no 740. 
Ustadz prasetyo 

Umumnya, kaum Asya'iroh itu menolak jah (arah) bagi Allah.lucunya,mereka paling rajin memperingati Malam Nuzulul Qur'an.

Dagelan 

Umumnya, kaum Asya'iroh itu menolak jah (arah) bagi Allah.

lucunya,

mereka paling rajin memperingati

Malam Nuzulul Qur'an.
Mereka memperingati Al Qur'an, Kalam Allah yang disampaikan kepada Malaikat Jibril di atas langit, lalu dibawa turun Malaikat Jibril kepada Rasulullah sholallohu'alaihiwassalam di bumi

Malam Isro' dan Mi'raj Rasulullah.
Mereka memperingati mu'jizat Rasulullah sholallohu'alaihiwassalam melakukan perjalanan malam (isro') dari Makkah ke Al Quds, kemudian shalat malam dan mengimami para Nabi dan Rasul di Baitul Maqdis.
Lalu naik (mi'raj) ke atas langit untuk bertemu Allah dan menerima perintah shalat 50 waktu. Lalu terjadi diskusi antara Rasulullah dan Musa sholallhu'alaihim wassalam di langit ke enam agar Rasulullah meminta keringanan jumlah shalat, akhirnya terjadi bolak balik dari atas langit ke tujuh dan langit enam, dan hasilnya shalat menjadi 5 waktu saja.

Kalau menolak arah, lalu apa yang dirayakan?
Ingat, arah bagi Allah tidak sama arah bagi makhluk, jadi jauhkan pikiran dari tasybih dan tajsim!
Ustadz prasetyo 

Ada yang memberikan syubhat, bahwa membagi Tauhid menjadi tiga itu, menyerupai (tasyabuh) dengan Ahli Kitab Nashrani

Ada yang memberikan syubhat, bahwa membagi Tauhid menjadi tiga itu, menyerupai (tasyabuh) dengan Ahli Kitab Nashrani.

Ngene yo Mas.

Tauhid Rububiyah, Tauhid Asma' Wa Shifat dan Tauhid Uluhiyah, semuanya adalah satu.

Tapi tidak setara, ada urutannya dalam memposisikan.

Tauhid Rububiyah dan Asma wa Shifat itu posisinya setelah Tauhid Uluhiyah!
(jangan salah dipahami bahwa kedua Tauhid tersebut baru (mudats) tetapi bersamaan dan azali).

Artinya?

Allah yang berhak disembah itu, adalah Dia yang sudah seharusnya mampu menciptakan dan mengatur segala sesuatu, dan Dia adalah yang paling esa, satu-satunya dalam segala sifat dan perbuatanNya, tidak ada yang bisa sama dalam sifat dan perbuatanNya.

وتوحيد الإلهية متضمن لتوحيد الربوبية دون العكس، فمن لا يقدر على أن يخلق يكون عاجزا، و العاجز لا يصلح أن يكون إلها.
"Maka Tauhid Uluhiyah itu, termuat didalamnya Tauhid Rububiyah bukan sebaliknya, maka siapa saja yang tidak mampu menciptakan maka ia adalah "yang tidak mampu" (yang lemah), maka yang tidak mampu (lemah) itu tidak pantas untuk menjadi sesembahan". (Ali Ibnu Abil Izz Al Hanafi)
Ustadz prasetyo

Selasa, 29 Agustus 2023

Iya. Berhati-hatilah! jangan sampai Allah mewafatkanmu sedang dirimu dalam keadaan lalai

📒 Sebuah Wasiat

Dari Zuhair bin Abi Nu'aim rahimahullah, bahwasanya ada seorang laki-laki berkata kepadanya, "Wahai Abu Abdurrahman, apakah kamu hendak berwasiat sesuatu?" Beliau jawab, "Iya. Berhati-hatilah! jangan sampai Allah mewafatkanmu sedang dirimu dalam keadaan lalai."

| Shifatus ash-Shafwah, 4/9.

🇮🇩🇸🇦 ICC DAMMAM KSA
Channel Telegram: https://t.me/iccdammamksa
Wonten wasiat kesaenan
Saking Zuhair bin abi nu'aim Mugi Mugi Allah Paringi katresnan kalih piyambakipun
Wonten tiang jaler menika mungal kalih piyambakipun,  
Bapake Abdurahman, mbok bilih  jenengan badhe nyukani wasiat? 
Piyambakipun mungal : Njih, atos Atos ampun ngantos Allah menika 
Mejahke jenengan wanci panjenengan menika saweg kesupen

Kaserat wonten shifatus shahwah sekawan/songo Ibnul Jauzi Mugi (Mugi Allah Paringi katresnan)

Wonten tigo babagan ingkang jalari tiang muslim menika bingah wonten alam dunyo Njih menika


ustadz Nurcholish 
Rasulullah shalallahu alaihi wasallam ngendiko :
Wonten tigo babagan ingkang jalari tiang muslim menika bingah wonten alam dunyo Njih menika :
Setunggal tanggi ingkang sae
Kaping kalih griyo ingkang Wiyar
Kaping tigo tunggangan ingkang sekeco 
Keserat wonten silsilah shahihah Syaikh Al Albani (Mugi Mugi Allah katresnan kalih piyambakipun)
Alih boso: Al faqir ilallah 

hamba yg kanud

قال الشيخ حامد أكرم البخاري :لا يذق لذة طلب العلم لمن لا يقرأ سير أعلام النبلاء

قال الشيخ حامد أكرم البخاري  :لا يذق لذة طلب العلم لمن لا يقرأ سير أعلام النبلاء

Pada saat qiro’ah Sunan Tirmidziy, beliau memberikan ta’liq, bahwa seorang tholib dikatakan belum merasai manisnya menuntut ilmu kalau belum membaca Kitab Siyar A’lam Annubala’.
Al akh Aris sulistian
.

wanci tiang muslim menika dungo angsal salah setunggile ingkang tigo kawontenan

wanci tiang muslim menika dungo angsal salah sijineng telu piwales

Saking sahabat abu said Mugi Mugi Allah nyukani ridho kalih piyambakipun 
Saking nabi Muhammad shalallahu alaihi wasallam menika ngendika mekaten 
Menawi tiang muslim menika wanci dungo lan dungonipun menika mboten wonten isine menika duso menopo medhotke silaturahmi 
Allah badhe nyukani salah setunggile tigo piwales
Setunggal Njih menika Allah badhe Paringi ingkang di puruni wonten dungonipun
Kaping kalih Njih menika Allah badhe nebihke piyambakipun saking musibah ingkang babag/sami kalih dungonipun
Kaping ketigo Njih menika Allah badhe nyimpen dungonipun lebeting Rupo pahala kagem piyambakipun wonten akhirat 
Saking Hadist riwayat Ahmad,hakim, turmudzi, di shahihkan oleh Syaikh mustowa Al adawi

 

pitutur ingkang SAE saking ustadz Abdurahman zahier

Ustadz Abdurahman zahier menika ngendika 
Mboten kepareng Rudito anggene dungo Kulo lan panjenengan sami dereng di sukani (ijabah) kalih Allah ingkang Moho kuaos, mbok bilih Allah nangguhke nopo badhe nyukani ingkang langkung sae
Monggo sami khusnudzon kalihan Allah dan sami bersyukur amargi Kulo kalian panjenengan sami taseh disukani saged junjung asto nggih menika wanci dungo kalihan Allah mbok bilih Allah dereng nyukani nopo nopo ingkang Kulo kalian panjenengan sami suwun 

wonten sekawan Babakan ingkang jalari rejeki menika dados seret

Ibnu Rojab Al Hambali ngendika

jangan pernah kamu sudah sukses

Aneh?! Tapi, begitulah mereka... Beliau adalah seorang ulama besar dan rujukan madzhab Maliki, Muhammad bin Sahnun.

Aneh?! Tapi, begitulah mereka... 

Beliau adalah seorang ulama besar dan rujukan madzhab Maliki, Muhammad bin Sahnun. 

Muridnya bertutur:
Suatu ketika Muhammad bin Sahnun mengajar dalam keadaan yang tidak seperti biasanya. Tampak kesedihan di wajah beliau. 

Biasanya ketika kajian, beliau menjelaskan hukum beserta kaidah-kaidahnya dengan panjang lebar.
Tapi hari itu, beliau hanya berbicara sedikit. Tidak ada penjelasan yang panjang. Kami mengira, guru kami itu sedang ada masalah dalam urusan dunianya. 

Lalu ditengah kajian , datanglah salah seorang pembantu beliau dan membisikkan sesuatu. Guru kami pun langsung bahagia, raut wajahnya berubah. Dan beliau pun mengajar dengan penuh semangat seperti biasanya.

Di akhir kajian, Muridnya ini pun tidak bisa menahan rasa penasaran. Apa yang dibisikkan pembantu gurunya tadi? Akhirnya, ia bertanya setelah  kajian.
Ada Apa gerangan duhai guru?

Muhammad bin Sahnun menjawab rasa penasaran muridnya tersebut:
"pembantuku tadi bilang, kalau salah satu kebunku kebakaran. Aku pun langsung girang mendengarnya. Karena sebulan ini, belum ada musibah yang menimpa diriku, hartaku, atau anakku. 
Maka, aku khawatir kalau-kalau ini istidraj untukku, atau Allah akan hancurkan aku dalam satu waktu.

Ketika aku tahu, ternyata ujianku hanya kebun yang terbakar, aku pun girang."!!

Aneh kan? 
Sedih dan khawatir ketika belum ada musibah yang menimpa selama sebulan, karena bisa jadi itu istidraj. Dan senang ketika mendengar kebunnya terbakar, karena beliau merasa, Allah ingin menggugurkan dosa-dosa nya.

Tapi, begitulah mereka...
Orang-orang yang sangat mengerti hakikat dunia ini.

📝 Faedah kajian Syaikh Abdussalam Syuwai'ir:
إنهم أوليأء الله
Ustadz Ihsan Muhammad 

Senin, 28 Agustus 2023

Barang siapa menjual rumah dan tidak dia jadikan harga (hasil penjualannya) untuk (membeli rumah) yang semisalnya, maka dia tidak akan diberkahi dalam penjualannya tersebut.”

Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda :
" Barang siapa menjual rumah dan tidak dia jadikan harga (hasil penjualannya) untuk (membeli rumah) yang semisalnya, maka dia tidak akan diberkahi dalam penjualannya tersebut.”
(Shahih Ibnu Majah 2036)
Ustadz Enggar suprantara 
Penjelasan :
menurut Al Mula Ali Qari' Al.... Tanah termasuk dalam makna hadits ini. Beliau berkata dalam kitab Mirqatil mafatih syarh misykatil mashabih :

قَالَ الْمُظْهِرُ: " يَعْنِي: بَيْعُ الْأَرَاضِي وَالدُّورِ وَصَرْفُ ثَمَنِهَا إِلَى الْمَنْقُولَاتِ غَيْرُ مُسْتَحَبٍّ، لِأَنَّهَا كَثِيرَةُ الْمَنَافِعِ قَلِيلَةُ الْآفَةِ لَا يَسْرِقُهَا سَارِقٌ وَلَا يَلْحَقُهَا غَارَةٌ بِخِلَافِ الْمَنْقُولَاتِ، فَالْأَوْلَى أَنْ لَا تُبَاعَ وَإِنْ بَاعَهَا فَالْأَوْلَى صَرْفُ ثَمَنِهَا إِلَى أَرْضٍ أَوْ دَارٍ

Al-Muzh-hir berkata :
" Yakni menjual tanah dan rumah lalu dialokasikan hasil penjualannya untuk berbagai perabot (barang-barang yang bergerak) tidaklah dianjurkan. Karena hasil penjualan rumah (jika dibelikan rumah lagi) maka akan lebih banyak manfaatnya, sedikit bahayanya yang mana pencuri tdk bisa mencurinya dan tidak akan terkena perampokan. Hal ini berbeda barang-barang perabot. Maka yang lebih pantas adalah tanah dan rumah tidak dijual. Dan jika mesti menjualnya maka yang selayaknya adalah dialokasikan untuk beli tanah atau rumah."

Tetapi ini hanya bersifat arahan ya ustaz?

Tidak ada kaitan dengan halal dan haram ya?

وسواء كان الحديث صحيحا أو ضعيفا، فلم يقل أحد من أهل العلم بأنه يجب على من باع داره أو عقاره أن يضع الثمن في مثله، وإنما هذا من باب الإرشاد، وقد سئل العلامة ابن عثيمين رحمه الله عن هذا الحديث، فأجاب: بأن شواهد الشريعة تدل على أنه ليس بصحيح، لأن الإنسان إذا باع بيته، فإنه يتصرف في ثمنه بما شاء، لأنه ملكه، سواء اشترى به بدله أو حج به.... انتهى.

وقد وجه ابن عيينة الحديث السابق بقوله: إن الله تعالى يقول: وبارك فيها وقدر فيها أقواتها. فلما خرج من البركة ثم لم يعدها في مثلها لم يبارك له. انتهى.
https://www.google.com/amp/s/www.islamweb.net/amp/ar/fatwa/96001/
Nukilan dari Ustadz nurhadi nugroho

Nur Hadi Nugroho iya... Syaikh Utsaimin juga menyebutkan demikian :

هذا الحديث شواهد الشريعة تدل على أنه ليس بصحيح لأن الإنسان إذا باع بيته فإنه يتصرف في ثمنه بما شاء لأنه ملكه سواء اشترى به بدله أو حج به أو بذله في إعانةٍ على طلب العلم أو غير ذلك مما أباح الله له
Nukilan dari ustadz enggar


ati ati karo bandha lan wayah ngomong

ulami ibrahim an nakhoi (muga-muga Allah menehake rahmat kanggo piyambake)
piyambake ngendiko :
ati ati karo bandha lan wayah ngomong diantara kang nyebabake manungsa ajur yaiku keluwihen jroning bandha lan kakean jroning ngomong 
jamiul ulum wal hikam jilid siji halaman telung atus telung puluh sanga

Hati-Hati Dengan Harta Dan Saat Berbicara

✍️ | Hati-Hati Dengan Harta Dan Saat Berbicara

Ibrahim an-Nakhai rahimahullah menegaskan :

يهلك الناس في فضول المال والكلام

“(Di antara yang menyebabkan) manusia binasa adalah berlebih-lebihan dalam harta dan berlebih-lebihan dalam berbicara.”

(Jami’ul ‘Ulum wal Hikam, jilid 1, hlm. 339)

➖➖➖➖➖
Yayasan Dakwah Islam Daar Eldzikr
👥 Facebook : @ydidaareldzikr
🔐 Instagram :@ydidaareldzikr
🌎 Website : www.daareldzikr.org
☎️ CP 62851-7977-7796

Ikuti Group Sukoharjo Mengaji untuk mendapatkan update informasi jadwal Kajian Sunnah di Sukoharjo dan Sekitarnya :
Klik ▶️ linktr.ee/sukoharjo.mengaji
#amal #ikhlas #Kemuliaan

jalaran dosa kangge penggalih panjenengan

ulami ibnu qoyim Al jauzziyah Mugi Allah nyukani Rahmat kagem piyambakipun  

piyambakipun ngendiko : 
jalaran dosa kangge penggalih panjenengan ingkang ngelampahi dosa,  kados racun kagem kalbu, senadyan dosa mboten saged mejahi kalbu ananging mesthi ndamel ringkih kalbu. 
menawi sampun melemah kekuatanipun kalbu mboten saged nglawan leloro
wonten waosan Anami Zaadul ma'ad seratan ulami Ibnu qoyim Al jauzziyah jilid sekawan, halaman  setunggal atus wolongdoso gangsal 

tolak ukur keutamaan seorang hamba

✍️ | AGAR NIKMAT BETAHAN LAMA

Ibnu Rajab al-Hanbali rahimahullah menyampaikan,
مَنْ كثُرتْ عليهِ النِّعم فليُقيدها بالشكر، وإلا ذهبتْ.

“Barang siapa yang memiliki banyak nikmat, hendaknya ia ikat nikmat tersebut dengan syukur. Kalau tidak, nikmat tersebut akan pergi.”
(Majmu’ Rasail Ibnu Rajab, jilid 1, hlm. 379)

➖➖➖➖➖
Yayasan Dakwah Islam Daar Eldzikr
👥 Facebook : @ydidaareldzikr
🔐 Instagram :@ydidaareldzikr
🌎 Website : www.daareldzikr.org
☎️ CP 62851-7977-7796

Ikuti Group Sukoharjo Mengaji untuk mendapatkan update informasi jadwal Kajian Sunnah di Sukoharjo dan Sekitarnya :
Klik ▶️ linktr.ee/sukoharjo.mengaji

Riya

Riya didefinisikan sebagai upaya menampakkan suatu ibadah secara sengaja demi dilihat oleh orang lain atau dapat diartikan pula sebagai kepura-puraan dalam melakukan amal ibadah atau gerakannya atau jejaknya. [lihat Al-Mufid (hal. 128)]

Tentu saja riya sekarang jauh lebih buruk dari riya dulu, meski dua-duanya buruk di sisi Allah.

Semoga Allah melindungi kita dari riya dan segala ambisi mengejar sanjungan atau pujian manusia.

#iman
#alukatsir
ustadz Dr Sadam Husein Al katiri Ma 
Di sharel oleh Dr Iqbal Gunawan Ma 

Minggu, 27 Agustus 2023

Berendam dengan niat wudhu antara Syafi'iyah dan Hanabilah

Berendam dengan niat wudhu antara Syafi'iyah dan Hanabilah..

Syafi'iyah dan Hanabilah sepakat bahwa tertib adalah rukun dalam wudhu. 

Bagaimana jika seseorang berendam dalam air ( banyak ) dengan niat wudhu, sahkah wudhunya ?

Hanabilah mengatakan, tidak sah wudhunya, karena tidak ada tertib. 

Oleh sebab itu, Hanabilah mengatakan: berendam dalam air dengan niat wudhu tidak sah, kecuali ia keluar dari air dengan tertib/ urut. 

Yakni ia keluar dengan wajah dahulu, kemudian kedua tangan, kemudian kepala, kemudian kedua kaki. Ditambah ia harus madhmadhah dan istinsyaq sebelum masuk ke dalam air. 

Praktek seperti ini akan sangat sulit sekali. 

Sedangkan Syafi'iyah mengatakan sah. Dan kewajiban tertib pada kasus berendam ini gugur. 

Tartib menurut Syafi'iyah ada 2 :
1. Tartib haqiqi. Ini pada wudhu.
2. Tartib taqdiri. Ini pada berendam atau yang semisalnya.

Yang lebih selamat adalah ia berwudhu secara terpisah. Tidak meniatkan wudhu pada saat berendam atau mandi dengan mengguyur karena tidak ada tertib padanya. 

Wallahu a'lam
Ustadz supriyono 

Perbedaan Ibnu Baz dan Ibnu Utsaimin tentang pensyaratan niat mengangkat hadats kecil pada mandi wajib

Perbedaan Ibnu Baz dan Ibnu Utsaimin tentang pensyaratan niat mengangkat hadats kecil pada mandi wajib

* Syekh Ibnu Baz : Mandi wajib itu mencukupi dari wudhu dengan syarat ia berniat mengangkat hadats besar dan hadats kecil sekaligus. 

Inilah yg masyhur dari Imam Ahmad. Yaitu : pensyaratan niat mengangkat hadats kecil pada mandi janabah. 

* Syekh Ibnu Utsaimin: Mandi wajib itu mencukupi dari wudhu dengan syarat niat mengangkat hadats besar. Hadats kecil ikut terangkat karena ia berada di bawah hadats besar. 

Inilah madzhab jumhur ulama: Hanafiyah, Malikiyah dan Syafi'iyah.

HARAP DIPERHATIKAN !!

- Wallahu ta'ala a'lam -
Ustadz supriyono 

Kok syariah mahal?

Kok syariah mahal?

Ustadz muhammad arifin badri hafidzahullah kemarin memberikan suatu analogi yang benar-benar unik pada suatu acara di muslim lifefest 2023 dalam menganalogikan antara akad non syariah dan akad syariah kira-kira sebagai berikut:

"Jika kita mau membeli barang yang legalitasnya lengkap dengan barang yang legalitasnya bodong lebih mahal mana?

Lebih mahal yang legalitasnya lengkap dong.

Begitu dengan syariat, akad yang sesuai syariat adalah akad yang "legalitas"nya lengkap disisi Allah subhanahu wa ta'ala, dan sebaliknya akad yang tidak sesuai syariat karena riba, gharar, dll sebagainya itu akad "bodong" disisi Allah ta'ala

Maka sewajarnya transaksi yang "legal" disisi Allah ta'ala lebih mahal dari akad "bodong""

Terkadang kita harus berkorban sesuatu untuk mendapatkan sesuatu yang halal, dan pengorbanan ini tidak harus berupa materiil juga, terkadang bisa non materiil seperti persyaratan yang ribet dll sebagainya.

Yuk berkorban demi meraih ridha Allah ta'ala.

Wallahu a'lam
Ustadz Devin Halim wijaya

Fenomena Risywah (Sogok-Menyogok / Suap)

Fenomena Risywah (Sogok-Menyogok / Suap)

Allah Ta’ala berfirman,

سَمَّاعُونَ لِلْكَذِبِ أَكَّالُونَ لِلسُّحْتِ

“Mereka itu (orang-orang Yahudi) adalah orang-orang yang suka mendengar berita bohong, banyak memakan as-suht’” (QS. al-Maidah : 42)

Dan para ulama tafsir menjelaskan diantara makna as-suht’ adalah risywah (uang sogok / suap). Dan perbuatan ini menjadi salah satu karakter orang-orang Yahudi.

Nabi shalallahu ‘alaihi wasallam juga bersabda,
 
لَعَنَ رَسُوْلُ اللهِ الرَاشِى، وُاْلمُرْتَشَىِ

“Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam melaknat yang memberi suap dan yang menerima suap” (HR. at-Tirmidzi)
 
Sebab utama seseorang melakukan sogok-menyogok adalah cinta dunia dan terlena dengan harta. Ingin membahagiakan anak dan istrinya setelah mendengar tangis dan rengekan mereka, tapi sayangnya tidak menempuh jalur yang semestinya. Padahal kita akan ditanya oleh Allah. Kelak di hari kiamat istri dan anak-anak kita tidak memikirkan kita, Allah berfirman,

يَوْمَ يَفِرُّ ٱلْمَرْءُ مِنْ أَخِيهِ (34) يَوْمَ يَفِرُّ ٱلْمَرْءُ مِنْ أَخِيهِ (35) وَصَٰحِبَتِهِۦ وَبَنِيهِ (36) لِكُلِّ ٱمْرِئٍ مِّنْهُمْ يَوْمَئِذٍ شَأْنٌ يُغْنِيهِ (37)

“pada hari ketika manusia lari dari saudaranya, dari ibu dan bapaknya, dari istri dan anak-anaknya. Setiap orang dari mereka pada hari itu mempunyai urusan yang cukup menyibukkannya.” (QS. ‘Abasa : 34-37)

Risywah itu dilarang karena didalamnya ada unsur membenarkan sesuatu yang bathil dan membathilkan sesuatu yang benar.

(Faedah Nasehat Singkat Ustadz Dr. Abdullah Roy, MA حفظه الله subuh hari ini Senin, 11 Shafar 1445 H / 28 Agustus 2023 di Masjid Al-Mukhlishin Pontianak)

_Akhukum Noviyardi Amarullah_

——
Untuk fawaid lainnya bisa disimak di channel telegram https://t.me/darulilminoviyardi/598

salahkanlah dirimu

Puncak Keburukan

📒 Puncak Keburukan

“Alasan keji dan bobroknya kesyirikan ialah karena secara langsung ia membatalkan hak Allah atas hambaNya dalam hal rububiyah, uluhiyyah, asma’ dan sifat. Juga karena dipalingkannya hak Allah kepada selainNya. Tentu saja ini puncak keburukan. Tahukah kalian, seluruh umat manusia menganggap buruk durhaka kepada orang tua dan bakti kepada selain keduanya; sebab hak orang tua amatlah besar dan keduanya harus diutamakan daripada selainnya. Nah, syirik jauh lebih parah dari ini. Syirik merupakan dosa paling besar yang dengannya Allah didurhakai.”

| Syekh Soleh al-'Ushoimiy hafizhahullahu 

🇮🇩🇸🇦 ICC DAMMAM KSA
Channel Telegram: https://t.me/iccdammamksa

hakekat kebenaran

📒 Hakikat Kebenaran

Kebenaran tidak diambil dari mimpi, perasaan, kebiasaan umumnya masyarakat, ataupun amalan syekh/guru. Akan tetapi kebenaran diambil dari Alquran dan hadis yang sahih atau hasan.

Syekh Muhammad bin Soleh al-'Utsaimin rahimahullah ta'ala mengatakan, "Sejatinya kebenaran ialah yang berdasar pada dalil. Dan kebenaran itu tidaklah berdasar pada apa yang dilakukan oleh banyak manusia."

| al-Fatawa, jilid 7, hal. 367

🇮🇩🇸🇦 ICC DAMMAM KSA
Channel Telegram: https://t.me/iccdammamksa

maka bersabarlah dengan kesabaran yg baik

Dosa ghibah itu lebih berat daripada dosa berhutang, karena hutang bisa dilunasi sedangkan ghibah tidak bisa dibayar•••

••• Sufyan Bin Uyainah Rahimahullah pernah berkata: " Dosa ghibah itu lebih berat daripada dosa berhutang, karena hutang bisa dilunasi sedangkan ghibah tidak bisa dibayar••• [hilyatul auliya /7/278]
Ustadz Agus Andriyanto 

mengikuti dalil

Seorang Ulama Masyhur pernah mendakwahkan Kitab Imam Bukhari ini di majelisnya dan diikuti banyak kaum muslimin.

Seorang Ulama Masyhur pernah mendakwahkan Kitab Imam Bukhari ini di majelisnya dan diikuti banyak kaum muslimin.

Kitab ini (خلق أفعال العباد) adalah kitab Aqidah Ahlus Sunnah wal Jama'ah, Ahlul Hadits dan para Aimmatul Huda (Imam 4 Mazhab).
Ditulis oleh Imam Al-Bukhori (pemilih kitab Shohih Bukhori), Rahimahullah..

Kesesatan dan kebid'ahan Aqidah yang dijelaskan didalam kitab itu yang dipaparkan oleh Ulama ini adalaj kesesatan para Ahlul Kalam, Jahmiyah, Mu'tazilah dan para Zanadiqah (orang" Zindiq).

Namun dalam majelis itu tegaklah seorang yang mungkin dia juga ahli ilmu lantas dengan suara lantang mengatakan kepada Ulama yang sedang membahas kitab ini.

Kata orang tersebut : "wahai Syeikh, apakah yang anda maksud adalah Asya'iroh"..?

Padahal Ulama ini sedang menyampaikan pandangan" Ulama Ahlus Sunnah Ahlul Hadits dan para Imam tentang kesesatan kelompok sempalan yang disebutkan didalam kitab (Imam Bukhori) ini.
Bukan sedang membicarakan Asya'iroh.

Merasa tersinggung dengan kajian kitab ini, dikarenakan pemahaman orang tadi (yang bersuara) mungkin serupa atau mengadopsi sebagian pandangan kelompok sempalan yang pernah ada pada masa Imam Ahmad, Imam Syafi'i dan Bukhori lantas orang tadi menyulut api 🔥 permusuhan.

Maka dilaporkanlah ulama (yang mengisi kajian) tadi kepada Penguasa, dan dituduhkan lah bahwa Ulama ini memecahbelah ummat, ulama ini membawa Pemikiran baru atau ulama ini menyebar faham sesat, dan Ulama ini adalah orang yang Menghalalkan darah kaum muslimin, dsb.

Begitulah fitnah yang dilemparkan kepada Ulama yang mendakwahkan Kitab Kholqu Af'alul Ibad (Imam Bukhori) tadi.

Akhirnya, Ulama tersebut dimasukkan kedalam penjara dan Ummat terus digembosi untuk membenci Ulama tersebut.

Allahu Musta'an.

Jika kita ingin tahu Aqidahnya Imam Bukhori dan Gurunya Imam Syafi'i dan Imam Ahmad bin Hanbal maka baca buku ini..!!
Kita ikuti mereka maka kita adalah Ahlus Sunnah wal Jama'ah. 
Bukan aliran sesat atau tertuduh sesat oleh orang yang suka menyesat-nyesatkan orang lain.

Wallahu A'lam.
Ustadz abu Abdurahman 

كتاب "خلق أفعال العباد" للإمام البخاري

كتاب "خلق أفعال العباد" للإمام البخاري براءة من فرية قوله بـ"اللفظ".
وهو من كتب الرد على الجهمية، وكان بعض الأشاعرة يكره إقراء هذا الكتاب، ويقول لمن أقرأه إنما يعنينا!
ومسلمٌ تبعٌ لأئمة السنة في عدم قول: لفظي بالقرآن مخلوق.
والإمام أحمد: يرى بأن اللفظية جهمية.
وقوله بالبدعية إنما في "الإطلاق" في مسألة اللفظ نفياً أو إثباتاً وعدم التفصيل، ولكون نفيه وإثباته من الألفاظ المحدثة، ومذهب أهل السنة الاعراض عن المُحدثات من الألفاظ، وعدم نفيها أو إثباتها حتى يُبين مراد قائلها.

Ustadz abu Abdurahman

Yang Mau membaca kita Imam Al-Bukhori, خلق أفعال العباد

Yang Mau membaca kita Imam Al-Bukhori, خلق أفعال العباد

Pandai bahasa Arab namun kalau malas baca, ya sama saja Zonk dan tidak akan pernah menemukan hakikat informasi atau kebenaran yang harus diketahui..

Silahkan Bisa miliki kitab ini dengan mendownload pdf nya.

Link : 👇🏻👇🏻👇🏻

https://www.noor-book.com/%D9%83%D8%AA%D8%A7%D8%A8-%D8%AE%D9%84%D9%82-%D8%A3%D9%81%D8%B9%D8%A7%D9%84-%D8%A7%D9%84%D8%B9%D8%A8%D8%A7%D8%AF-%D9%88%D8%A7%D9%84%D8%B1%D8%AF-%D8%B9%D9%84%D9%89-%D8%A7%D9%84%D8%AC%D9%87%D9%85%D9%8A%D8%A9-%D9%88%D8%A3%D8%B5%D8%AD%D8%A7%D8%A8-%D8%A7%D9%84%D8%AA%D8%B9%D8%B7%D9%8A%D9%84-%D8%AA%D8%A7%D9%84%D9%81%D9%87%D9%8A%D8%AF-pdf

Aqidah Ahlus Sunnah wal Jama'ah
Aqidah Imam Al-Bukhori
Aqidahnya Ahlul hadits wal Atsar
Aqidah para Imam Mazhab.
Ustadz abu Abdurahman


كتاب "شرح السنة" للإمام أبي إبراهيم إسماعيل بن يحيى المزني (١٧٥-٢٦٤)

كتاب "شرح السنة" للإمام أبي إبراهيم إسماعيل بن يحيى المزني (١٧٥-٢٦٤)
◉ كتاب عظيمٌ نافعٌ للغاية
على عقيدة أهل السنة، وإن رغمت أنوف الأشاعرة، وحاولوا صرف كلامه عن ظاهره، وليس تحوير الكلام وتحريفه غريباً عنهم، فقد صنعوا ذلك مع كلام الله تعالى وكلام رسولهﷺ ، فكيف بكلام عامة الخلق؟!
👈🏻 ولو كانوا صادقين:
لنشروا أخبار الصفات، ولكن حرّفوها، ثم منعوا التحديث بها!
👈🏻 وكذلك هم يصنعون مع كتب أهل السنة!
فلو كانوا صادقين أن "المزني" على عقيدتهم، لنشروا كتابه، واهتموا به، وعلقوا عليه؛ أكثر من اهتمامهم بـ: الجوهرة والسنوسية! ونحوها من كتب الجهمية.
ولكنهم قوم يكذبون!
◉ وعقيدة الإمام المزني ثابتة إليه بالنسبة والإسناد، وقد نسبها إليه ابن القيم والذهبي، وأسندها إليه أبو طاهر السِّلَفي وغيره.
◉ ولا غرابة أن تكون هذه عقيدته وشيوخه أئمة أهل السنة كالشافعي ونعيم بن حماد حُرقة أكباد الجهمية.
ومخرجاته وتلاميذه ابن خزيمة وابن أبي حاتم وهما من هما في نقض عقائد الجهمية.
══════ ❁✿❁ ══════
◉ ومن أجمل وأندر ما تجده في هذه العقيدة قوله رحمه الله تعالى عن علو الله:
«عال على عرشه، بائنٌ من خلقه، موجود وليس بمعدوم ولا بمفقود».
❁ وما أجملها من كلمة، وما أقواها من حجة، يرد بها على طائفتين جهميتين:
▪️أولاهما: الذين يقولون: «الله لا داخل العالم ولا خارجه!!» فربهم بذلك معدوم! ولا حقيقة له في الوجود!
فرد عليهم المزني بقوله: «عال على عرشه .. وليس بمعدوم» أي موجود مباين لخلقه.
▪️ والثانية: الكذابون المرتابون الذين يقولون: «موجود بلا مكان!!» وهؤلاء لا يدرون أين ربهم! فجعلوه مفقودا! جل الله وتنزه! فرد عليهم المزني بقوله: «عال على عرشه ... ولا بمفقود».
══════ ❁✿❁ ══════
وقد يسر الله لي إقراء هذا الكتاب والتعليق عليه والإجازة به أكثر من ٢٠ مرة، لأكثر من خمسمائة طالباً من طلاب الحديث، والحمد لله.
وإنني أجيز كل من نظر في هذه الأسطر وقَبِل ممن هو أهل للتحمل والرواية؛ أن يرويه عني بالإسناد إلى الإمام المزني رحمه الله تعالى، ووصيتي له: قراءة الكتاب، والعناية به، ومراجعة ما هو منشور من تعليقاتي عليه.

كتبه: بدر بن علي بن طامي العتيبي.

Do’a adalah sebab bagi kita untuk mendapatkan kebaikan dan kita diperintahkan untuk mengambil sebab sebagaimana diperintahkan untuk beriman kepada takdir.”

“Kalau kita kumpulkan doa-doa Nabi shalallahu ‘alaihi wasallam maka kita dapati bahwa Nabi  shalallahu ‘alaihi wasallam begitu banyak berdoa kepada Allah; seperti meminta ilmu yang bermanfaat, berlindung dari sifat bakhil dan selainnya. Nabi shalallahu ‘alaihi wasallam terus berdoa, padahal takdir telah ditentukan . Do’a adalah sebab bagi kita untuk mendapatkan kebaikan dan kita diperintahkan untuk mengambil sebab sebagaimana diperintahkan untuk beriman kepada takdir.”

(Ustadz Dr. Abdullah Roy, MA حفظه الله dalam kajian malam ini di Masjid Raya Mujahidin Pontianak)

_Akhukum Noviyardi Amarullah_

jika ada Ikhwan ganteng perbanyak menundukan pandangan

di zaman Nabi Yusuf para umahat tak terasa mengiris tangannya. Begitu pula di zaman Umar Bin Khattab ada laki-laki yg super ganteng membuat para wanita tergoda. 

Dalam Ath-Thabaqat Al-Kubra Ibnu Sa’ad, yang dinilai shahih oleh Ibnu Hajar dalam kitabnya Al-Ishobah:

فلما أصبح سأل عنه فإذا هو من بني سليم فلما نظر إليه عمر إذا هو من أجمل الناس فقال له عمر أنت والله ذئبهن مرتين أو ثلاثا والذي نفسي بيده لا تجامعني بأرض أنا بها

“Ketika pagi tiba Umar bertanya-tanya tentang siapakah gerangan (yang membuat para wanita tergoda), ternyata dia adalah seorang lelaki dari Bani Sulaim (bernama nashr). Ketika Khalifah Umar melihat tampangnya ternyata dia adalah laki-laki yang sangat ganteng. Umar pun berkata kepadanya, “Demi Allah, kamulah yang menggoda mereka para perempuan”.
AFM 

Sabtu, 26 Agustus 2023

Hukum ngobrol perkara duniawi di dalam masjid selama bukan obrolan dosa maka itu mubah menurut madzhab syafi'iyyah. Tapi makruh menurut madzhab hanabilah, malikiyyah dan hanafiyyah

Hukum ngobrol perkara duniawi di dalam masjid selama bukan obrolan dosa maka itu mubah menurut madzhab syafi'iyyah. Tapi makruh menurut madzhab hanabilah, malikiyyah dan hanafiyyah.
https://www.islamweb.net/ar/fatwa/126039/%D9%85%D8%B0%D8%A7%D9%87%D8%A8-%D8%A7%D9%84%D8%B9%D9%84%D9%85%D8%A7%D8%A1-%D9%81%D9%8A-%D8%A7%D9%84%D8%AD%D8%AF%D9%8A%D8%AB-%D8%A8%D8%A3%D9%85%D9%88%D8%B1-%D8%A7%D9%84%D8%AF%D9%86%D9%8A%D8%A7-%D9%81%D9%8A-%D8%A7%D9%84%D9%85%D8%B3%D8%AC%D8%AF?fbclid=IwAR0Wed0dhHO8WtQNDGYCsTH8LLCjlkWU3b9hcDdPIzpee8Wmi86rXe7NZQY
Ustadz asep 


Hendaknya seorang alim berusaha untuk terkenal dan menampakkan dirinya, agar bisa memberikan faidah (orang banyak), walaupun maqom masyhur itu maqom yg berbahaya

"Hendaknya seorang alim berusaha untuk terkenal dan menampakkan dirinya, agar bisa memberikan faidah (orang banyak), walaupun maqom masyhur itu maqom yg berbahaya.." 

~Imam Al-Qorofi
__ 

Cukup berbahaya karena godaannya besar. Siap-siap harus membentengi hati dari riya, sum'ah, ujub, dan takabbur. 

Tapi, mau nggak mau ia harus keluar, menyampaikan ilmu dan mencerahkan ummat.
Jika terkenal, jangkauan ilmunya semakin luas. Kebermanfaatannya semakin besar. 

Imam Bukhori meriwayatkan kalam Robi'ah bin Abdurrahman dalam shohihnya, 

"لَا يَنْبَغِي لأَحَدٍ عِنْدَهُ شَيْءٌ مِنَ الْعِلْمِ أَنْ يُضَيِّعَ نَفْسَهُ" 

"Tidak semestinya bagi seorang yg memiliki ilmu untuk menyia-nyiakan dirinya" 

Di antara penjelasan kalam tersebut, Imam Ibnu Hajar mengatakan, 

"قيل مراده: أن يُشْهِر العالمُ نفسَه ويتصدى للأخذ عنه لئلا يضيع علمُه"
[فتح الباري، ١\١٧٨] 

"Hendaknya seorang alim untuk menampakkan dirinya dan bersedia untuk diambil (ilmunya), agar jangan sampai ilmunya lenyap"
___ 

Untuk ahli ibadah dan bukan alim, jalur khumul dan tersembunyi baginya lebih aman dan selamat. 

Imam Al-Qorofi menyampaikan, 

(يَنْبَغِي لِلْعَابِدِ السَّعْيُ فِي الْخُمُولِ وَالْعُزْلَةِ لِأَنَّهُمَا أَقْرَبُ إِلَى السَّلامَة) 
[الذخيرة للإمام القرافي]
نسأل الله السلامة
Ustadz asep 

rumah tangga dan sholat wustho (shalat ashar)

orang yg tertipu

memilih pasangan yg selektif

Kisah Abu Lahab dan istrinya Ummu Jamil yang divonis neraka oleh Allah di dalam Quran menjadi pelajaran berharga bagi kita. Pada asalnya, suami dan istri memang tidak saling tanggung menanggung dosa, tapi keduanya tetap saling mempengaruhi dan terpengaruh.

Betapa banyak suami yang tidak menjadi bersyukur sebab istrinya? Betapa banyak istri yang menjadi bermaksiat kepada Allah sebab suaminya?

Ya, memilih pasangan pada akhirnya adalah memilih teman hidup terlama, maka mustahil mendapatkan yang terbaik kalau tidak selektif.

#tadabur 
t.me/abdurrahmaanzahier

sebuah kezhaliman bagi saudaramu, saat engkau hanya bisa mengingat sisi buruknya saja dan melupakan kebaikannya

قال ابن سيرين  رحمه الله:

ظلماً لأخيك، أن تذكر فيه أسوأ ما تعلم، وتكتم خيره.

 الزهد لوكيع [٤٥٦].

Al imam Ibnu Sirin Rahimahullah berkata : sebuah kezhaliman bagi saudaramu, saat engkau hanya bisa mengingat sisi buruknya saja dan melupakan kebaikannya.
Ustadz Ibnu hiban

dunia telah engkau miliki,

قال ابن السماك - رحمه الله :

هب أن الدنيا في يديك، ومثلُها ضُم إليك، والمشرق والمغرب يجيء إليك، فإذا جاءك الموت، فماذا في يديك؟!

- سير أعلام النبلاء ( ٣٣٠/٨) -

Al Imam Ibnus sammak Rahimahullah berkata:
Anggap saja dunia telah engkau miliki, kemudian ada dengan ukuran yang semisal juga engkau dapatkan, seisi timur dan barat telah kau kuasai, tapi saat kematian menjemputmu, adakah yang tersisa di tangannmu??

اللهم اغفر وارحم....
Ustadz Ibnu hiban 

hidup bermasyarakat itu ibarat berada dalam perahu yg sama

Diantara keberkahan terbesar dari al-Qur’an adalah meraih keimanan dan menguatkan keimanan tersebut.”

Syaikh Prof. Dr. Sulaiman ar-Ruhaily حفظه الله dalam dars beliau sore ini pada Kitab at-Taudhih wa al-Bayan Lii Syajarati al-Iman di Haram Nabawi menuturkan,

من أعظم بركة القرآن حصول الإيمان وتقويّته

“Diantara keberkahan terbesar dari al-Qur’an adalah meraih keimanan dan menguatkan keimanan tersebut.”

_Akhukum Noviyardi Amarullah_

Harus tau perbedaan hal² berikut ini, biar tidak "sepaneng" terus..

Harus tau perbedaan hal² berikut ini, biar tidak "sepaneng" terus....

Bedakan syariat dengan fikih, syariat itu milik Allah ma'shum dari segala kesalahan, tapi kalau fikih itu produk ulama atau ahli ijtihad yang tidak ma'shum dari kesalahan. Jadi orang yang berbeda fikih dgmu, atau dengan gurumu jangan langsung dianggap menyimpang dari syariat.

Yang kedua, bedakan antara fatwa dan Qodho, fatwa itu tidak mengikat dan tidak berkekuatan hukum, berbeda dg Qodho; ia merupakan keputusan pengadilan, mengikat dan berkekuatan hukum. 

Jadi kalau anda berpegang dengan fatwa ustadz, maka jangan paksa orang lain untuk mengikuti fatwa ustadz anda tersebut.
Ustadz Dr Fadlan fahamsyah 

Seorang hamba tidak tahu di jejak kehidupannya yang mana yang banyak berkahnya. Syaikh Dr. Sa'id bin Wahf al-Qahthani rahimahullah punya sekitar 130 tulisan.

Seorang hamba tidak tahu di jejak kehidupannya yang mana yang banyak berkahnya. Syaikh Dr. Sa'id bin Wahf al-Qahthani rahimahullah punya sekitar 130 tulisan. Akan tetapi dikenal dan terkenal, bahkan dinisbatkan ke karya dengan ukuran terkecil beliau. Sehingga dikenal sebagai: penulis Hishnul Muslim.

Bisa jadi sebuah tweet yang niatnya benar lebih banyak manfaatnya, lebih besar dampaknya dan lebih agung pahalanya daripada kitab dengan jilidan eksklusif. Dalam hadits dikatakan, "Ada seseorang yang mengatakan perkataan yang disenangi Allah, yang tidak dia sadari, dengan sebab itu Allah angkat dirinya beberapa derajat"
Ustadz P Haryo