Senin, 06 September 2021

Kedudukan yang Tinggi, Kezuhudan, dan Kewara'an 'Atha' bin Abi Rabah

Kedudukan yang Tinggi, Kezuhudan, dan Kewara'an 'Atha' bin Abi Rabah

Utsman bin Atha' Al-Khurasani rahimahullah berkata,

"Aku berangkat bersama ayahku untuk menemui Hisyam bin Abdul Malik (Khalifah). Ketika kami sudah dekat dari istana, tetiba ada seorang Syaikh yang mengendarai keledai hitam dan mengenakan gamis yang kotor, jubahnya juga kotor, peci kecil yang kotor, pijakan pelananya terbuat dari kayu, maka aku menertawakannya dan berkata kepada ayahku,

"Siapakah A'rabi (Arab badui) ini?"

Ayahku menjawab, "Diamlah kamu! Dia adalah pemimpin para ahli fiqihnya negri Hijaz, Atha' bin Abi Rabah."

Ketika ia telah dekat dari kami, ayahku turun dari baghlah (baghl betina)nya dan beliau pun turun dari keledainya. Maka mereka berdua saling berpelukan dan bertanya kabar. Kemudian mereka kembali menaiki hewan tunggangan mereka dan bertolak hingga berhenti di depan pintu istana Hisyam.

Maka mereka berdua tetap duduk di atas tunggangan mereka hingga mereka berdua diizinkan masuk. (Umumnya para tamu kerajaan memasuki istana dengan turun dari hewan tunggangannya dan berjalan kaki, pent. Wallahu A'lam)

Ketika ayahku sudah keluar dari istana, aku berkata kepadanya, "Beritahukan kepadaku, apa yang kalian berdua lakukan?"

Ayahku berkata, "Ketika dikatakan kepada Hisyam, sesungguhnya Atha' bin Abi Rabah berada di pintu, ia mengizinkannya masuk. Demi Allah, aku tidak akan bisa masuk kecuali lantaran dia (Atha' bin Abi Rabah). Ketika Hisyam melihatnya, ia berkata, "Marhaban marhaban, di sini di sini." Ia terus-menerus mengatakan, "di sini di sini" hingga aku duduk bersama Atha' di ranjang singgasananya. Hisyam menyentuhkan lututnya dengan lutut Atha'. Pada saat itu terdapat orang-orang yang mulia sedang berbincang, maka seketika itu mereka terdiam.

Hisyam berkata kepadanya, "Apa kebutuhanmu wahai Abu Muhammad (kun-yah Atha' bin Abi Rabah)?"

Atha' berkata, "Wahai Amirul Mukminin, penduduk Haramain (Makkah dan Madinah) merupakan keluarga Allah dan para tetangga Rasul-Nya, hendaknya dibagikan kepada mereka rizki dan hadiah yang pantas bagi mereka."

Hisyam berkata, "Wahai anak muda (pegawainya, pent.), tuliskanlah untuk penduduk Makkah dan Madinah hadiah dan rizki mereka selama setahun."

Kemudian Hisyam kembali bertanya, "Apakah kamu memiliki kebutuhan lainnya wahai Abu Muhammad?"

Beliau berkata, "Iya, wahai Amirul Mukminin. Penduduk Hijaz dan penduduk Najd, mereka merupakan asalnya Bangsa Arab, para pemimpin islam, hendaknya engkau lembalikan kelebihan shadaqah mereka.

Hisyam berkata, "Iya, wahai anak muda, tuliskanlah agar kelebihan shadaqah mereka dikembalikan."

Kemudian Hisyam kembali bertanya, "Apakah kamu memiliki kebutuhan lainnya wahai Abu Muhammad?"

Atha' berkata, "Iya, wahai Amirul Mukminin. Ahlus Tsughur (para mujahidin yang ditugaskan berjaga di perbatasan dengan wilayah musuh), mereka mencegah (keburukan) dari belakang kalian, memerangi musuh kalian, hendaknya engkau mengalirkan rizki mereka dan engkau curahkan kepada mereka, karena jika mereka mati, hilanglah sudah perbatasan!"

Hisyam berkata, "Wahai anak muda, tuliskanlah untuk membawakan rizki mereka."

Kemudian Hisyam kembali bertanya, "Apakah kamu memiliki kebutuhan lainnya wahai Abu Muhammad?"

Atha' berkata, "Iya, wahai Amirul Mukminin. Orang yang kau lindungi (Ahludz Dzimmah dari kalangan Yahudi dan Nasrani) janganlah dibebani dengan apa yang tidak kuasa mereka lakukan. Karena apa yang kau wajibkan dari mereka sangat membantumu untuk melawan musuhmu."

Hisyam berkata, "Wahai anak muda, tuliskanlah untuk Ahli Dzimmah agar mereka tidak dibebani dengan apa yang mereka tak mampu! Apakah kamu memiliki kebutuhan lainnya wahai Abu Muhammad?"

Atha' berkata, "Iya, hendaknya engkau bertakwa kepada Allah pada dirimu sendiri, sesungguhnya engkau diciptakan dalam keadaan sendirian, engkau akan mati dalam keadaan sendirian, engkau akan dikumpulkan dalam keadaan sendirian, enkau akan dihisab dalam keadaan sendirian, dan tidak pula demi Allah, tidak akan ada seorangpun yang akan menemanimu dari apa yang kamu lihat saat ini!"

Maka Hisyam jatuh tersungkur ke tanah dan dia menangis. Maka Atha' berdiri.

Ketika kami sampai di pintu, ada seseorang yang mengikutinya dengan membawa kantong yang aku tidak tahu apa isinya dan dia berkata, "Sungguh Amirul Mukminin  memerintahkanmu untuk menerima ini."

Maka Atha' menjawab dengan membacakan ayat,

 { وَمَا أَسْأَلُكُمْ عَلَيْهِ مِنْ أَجْرٍ إِنْ أَجْرِيَ إِلَّا عَلَى رَبّ الْعَالَمِينَ } ،
"Dan aku sekali-kali tidak minta upah kepadamu atas ajakan-ajakan itu; upahku tidak lain hanyalah dari Tuhan semesta alam." (Asy-Syu'arâ, 109)

Maka demi Allah, Atha' bahkan tidak minum setetes air pun dari Hisyam."

Al-Muntazhim fî Târîkhil Mulûki wal Umam, karya Imam Abdurrahman bin Ali bin Muhammad bin Al-Jauzi hal. 508/597
_______

Alih bahasa : ART

Pakaian yang kotor bukan berarti jorok, tapi bisa jadi beliau hanya memiliki satu baju sehingga jarang dicuci. Kendaraan beliau pun merupakan yang termurah, keledai. Pemandangan seperti ini sering kami jumpai di Yaman.

Potret kezuhudan dari seorang Alim besar dari kalangan Tabi'in. Namun beliau menginginkan kesejahteraan bagi orang lain, terkhusus bagi warga Makkah dan Madinah. Rahimahullahu rahmatan wasiah.
Ustadz abu razin taufiq