TIDAK KOKOH, MENCLA-MENCLE DAN PLIN PLAN
Jika seorang ulama atau ahlul ilmi, kemarin berpendapat A, beberapa waktu kemudian berpendapat B. Perubahan pendapat ini setelah dia mendengar dalil-dalil lain yang lebih kuat dan mendekati kebenaran yang dijelaskan kepadanya.
Hal ini biasa dalam dunia ilmu. Bukan dikatakan mencla-mencle, tidak kokoh dan plin plan, apalagi dikatakan bodoh.
Termasuk Imam Asy Syafi’i Rahimahullah Ta'ala, ada namanya qaul qodim (pendapat yang lama) dan qaul jadid (pendapat yang baru). Beliau merevisi pendapatnya yang lama.
Begitu pula Syekh Bin Baaz rahimahullah, ketika di tanya tentang ikut khuruj bersama Jamaah dakwah dari India. Fatwa pertama, berbeda dengan fatwa yang kedua. Karena beliau mendapatkan informasi yang lebih valid tentang jamaah tersebut.
Di masa pandemi ini, Syekh Kibar Madinah, Syeikh Abdul Muhsin hafidzohullôh, yang meralat fatwanya tentang larangan shalat jamaah yang renggang shafnya, setelah sekelompok kibar ulama lainnya memfatwakan bolehnya shaf renggang di masa pandemi.
Berkata Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullah:
مِنَ الأئمّة يقولُ القول ثم تتبيّن له الحجّة في خلافه فيقول بها،
Diantara para Imam, dia berkata dengan sebuah perkataan (pendapat), kemudian ada hujjah yang menyelisihinya menjelaskan kepadanya. Lalu dia berkata (berpendapat) dengannya (merubah fatwa dengan penjelasan yang datang padanya).
ولا يُقال له مذبذبٌ.فإنّ الإنسان لا يزال يطلب العلم والإيمان
Dan ini tidak dikatakan padanya orang yang bimbang (plin plan). Karena sesungguhnya manusia itu senantiasa belajar ilmu dan iman
فإذا تبيّن له من العلم ما كان خافياً عليه اتّبعه،وليس هذا مذبذباً؛ بل هذا مُهتدٍ زاده الله هُدىً
Maka jika dijelaskan padanya dari sebagian ilmu, apa yang masih tersembunyi atasnya, dia mengikutinya. Dan ini bukan orang yang bimbang (plin plan). Bahkan ini orang yang mendapat hidayah. Allah menambahnya hidayah. (Al Fatawa Kubro 2/108). Sumber : https://mobile.twitter.com/dr_albukhary/status/1282777957430431744
AFM