Senin, 31 Mei 2021

Sering mendengar: “Sudahlah, enggak usah kenceng-kenceng, masalahnya khilaf juga”Akhirnya bermudah-mudah dalam permasalahan khilaf padahal terkadang ada sangkut pautnya dengan permasalahan akidah; syirik dan tauhid, bidah dan sunnah.

Sering mendengar: “Sudahlah, enggak usah kenceng-kenceng, masalahnya khilaf juga”
Akhirnya bermudah-mudah dalam permasalahan khilaf padahal terkadang ada sangkut pautnya dengan permasalahan akidah; syirik dan tauhid, bidah dan sunnah.
Sering mendengar: “Emang ente lebih alim dari imam fulan”
Semoga penjelasan Asy Syaikh Al ‘Allamah Saleh Al Fauzan hafizhahullah bisa menguatkan kembali untuk selalu berpegang teguh dengan dalil sahih dan pemahaman yang sahih yaitu pemahaman para salaf saleh.

يترك الأدلة الشرعية بحجة: المسألة فيها خلاف أو يقول: أنت أعلم من فلان
1. ويزين للناس الإعراض عن الكتاب والسنة إلى التقليد الأعمى تقليد الأقوال أخذ الأقوال التي لا دليل عليها, الاجتهادات التي لا مستند لها.
2. إذا قلت لهم شيئأ, قالوا: المسألة فيها خلاف! صلاة الجماعة فيها خلاف؟! الحجاب فيها خلاف؟! يأخذ بما تشتهيه الأنفس!
فقل له: الله لم يتعبدنا بالخلاف والله تعبدنا بالكتاب والسنة فما وافق الكتاب والسنة من الأقوال والاجتهادات أخذنا بها و ما خالف تركناه
3. إذا قلت لهم : يترك الخطأ, فأجابوا: لا المسألة فيها خلاف؟! 
فقل له: والدليل ؟!, قالوا : ما علينا من الدليل لأن المسألة فيها  خلاف.
فقل له: إذن هذا مثل الذين {اتَّخَذُوا أَحْبَارَهُمْ وَرُهْبَانَهُمْ أَرْبَابًا مِنْ دُونِ اللَّهِ وَالْمَسِيحَ ابْنَ مَرْيَمَ وَمَا أُمِرُوا إِلَّا لِيَعْبُدُوا إِلَهًا وَاحِدًا} [التوبة: 31] هذا من شرك الطاعة والعياذ بالله.
{ وَإِنْ أَطَعْتُمُوهُمْ إِنَّكُمْ لَمُشْرِكُونَ } [الأنعام: 121]
4. إذا قلت لهم شيئا, سيقولون لك: أنت أعلم من قلان؟
قل: ما علينا من عالم ما علي من الدليل, العالم يزيغ ويخطئ وإن كان عالما جليلا ما هو معصوم, المعصوم هو رسول الله صلى الله عليه وسلم, العلماء يخطئون ويصيبون.

Meninggalkan dalil-dalil syariat kemudian mengatakan: “Permasalahan ini terjadi khilaf” atau berkata: “Kamu lebih Alim dari Fulan”.

1. Syetan memperindah bagi manusia untuk meninggalkan Alquran dan Assunnah kepada taklid buta, taklid pendapat-pendapat, mengambil pendapat-pendapat yang tidak ada dalil atasnya, ijtihad-ijtihad yang tidak ada sandarannya.
2. Jika kamu menasehati mereka (yang terlalu taasub dengan madzhab-pen) sesuatu kepadanya (menasehati tentang hukum-pen), maka mereka akan menjawab: “Permasalahan ini terjadi khilaf, hukum shalat berjamaah ada khilaf, hukum hijab bagi wanita ada khilaf, mengambil pendapat sesuai dengan kehendaknya.”
Maka jawablah: “Allah tidak memerintahkan kita beribadah dengan khilaf, dan Allah memerintahkan kita beribadah dengan Alquran dan Assunnah, apa saja yang sesuai dengan Alquran dan Assunnah dari pendapat dan ijtihad kita ambil dan apa saja yang menyelisihinya maka kita tinggalkan.
3. Jika kamu nasehati mereka: “Yang salah harus ditinggalkan”, 
Mereka akan menjawabmu: “Enggak bisa begitu, karena permasalahan ini ada khilaf!”
Maka jawablah: “ini dalilnya”, 
mereka akan menjawab: “Kami tidak perlu dalil karena permasalahan ini terjadi khilaf di dalamnya!”
maka jawablah: “Kalau begitu ini seperti orang-orang yang (Mereka menjadikan orang-orang alimnya, dan rahib-rahib mereka sebagai tuhan selain Allah, dan (juga mereka mempertuhankan) Al Masih putra Maryam; padahal mereka hanya disuruh menyembah Tuhan Yang Maha Esa) QS. At Taubah:31. dan ini adalah termasuk dari SYIRIK KETAATAN, kita berlindung hanya kepada Allah.
(dan jika kamu menuruti mereka, sesungguhnya kamu tentulah menjadi orang-orang yang musyrik) QS. Al An’am:121.
4. Jika kamu menasehati mereka, maka mereka akan menjawab: “Kamu lebih alim dari fulan?!”
Maka jawablah: “Kewajiban kita bukan mengikuti alim, tetapi kewajiban kita mengikuti dalil, seorang ahli illmu terkadang salah, meskipun seorang alim yang besar, beliau tidak maksum (terjaga dari kesalahan), yang maksum hanya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, para ulama bisa salah bisa benar.
Ust Ahmad Zainuddin 
https://m.facebook.com/story.php?story_fbid=10222050820237415&id=1168938597

Siapa yang suka dicintai Allah dan Rasul-Nya maka hendaknya membaca Al-Qur'an pada mushaf." [Silsilah as-Shahihah no 2342]

Membaca Al-Qur'an dengan Mushaf

"Siapa yang suka dicintai Allah dan Rasul-Nya maka hendaknya membaca Al-Qur'an pada mushaf." [Silsilah as-Shahihah no 2342]
Ust Irfan helmi

Di Darul Hadits al Fuyusy Syaikhunaa Yaslam Hafidzahullah pernah membuka silsilah Fiqih Madzhab Imam Asy-- Syafi' i, namun sepeninggal Muasis markiz Rahimahullah, ada bebrapa mustafid menyarankan beliau untuk tidak melanjutkan silsilah tersebut dgn berbagai alasannya,

Di Darul Hadits al Fuyusy Syaikhunaa Yaslam Hafidzahullah pernah membuka silsilah Fiqih Madzhab Imam Asy-- Syafi' i, namun sepeninggal Muasis markiz Rahimahullah, ada bebrapa mustafid menyarankan beliau untuk tidak melanjutkan silsilah tersebut dgn berbagai alasannya, 

disebabkan itulah beliau mendirikan markiz tersendiri di kampungnya Asy- Syi' bi Lahij terfokuskan dengan Silsilah Fiqih dan Ushul Fiqh dari Madzhab Asy- Syafi' iy hingga saat ini, 

Beliau memiliki hafalan yang luar biasa, dan murah senyum serta ketawadu'annya, memiliki thariqah pengajaran yang luar biasa, setiap malam santri di markiznya dipaksa untuk mengulang fawaid dari ilmu yg telah beliau sampaikan,

Alhamdulillah beberapa kali ziarah ke markiz beliau disambut dengan hangat, pernah di paksa " ilqo kalimah " namun siapalah saya, tas pantas rasanya bicara sementara beliau duduk di bawah mendengarkan ..

Selain beliau yang pernah mengajarkan silsilah Madzhab Imam Asy- Syafi' iy Adalah Syaikhunaa Khalid Marjah Hafidzahullah namun beliau mengajar di rumahnya sebab nya sama seperti di atas ada beberapa yang tak suka jika thullab Mempelajari fiqih dengan washilah Madzhabiyah, maka kitab fiqih yang beliau syarah maupun Ta' liq akan terasa betul pengaruh dari qaul madzhab Syafi' iy terlebih lagi qaul dari Imam An- Nawawiy Rahimahullah,

Selain beliau ada Mustafid dari Somalia bernama Abdullah As- sumaliy Hafidzahullah beliau dikenal sebagai nahwiy dikarenakan mutqin nya dalam syawahid nahwiy, Syaikhunaa Anis Al Muhandis beberapa kali memberikan tasyji' kepada beliau tentang syawahid nahwiiyah, di dalam Dars Amm Syaikh Anis selalu memanggil nama Abdullah Assumaliy untuk menjelaskan 'irab ataupun syair, selain itu beliau mutqin dalam fiqih madzhab Syafi' iy tak banyak yang tahu tentang hal ini namun jika ada yang meminta beliau senang hati mengajarkan insyaAllah mau, saat beberapa kawan Indo yang sudah mutqin bahasa dan pelajaran lain bertanya siapa mustafid yang dapat mengajar Fiqih Madzhab Syafi' iy maka saya mengarahkan kepada beliau alhamdulillah sampai saat ini dars tetap berlangsung secara diam - diam dgn lokasi belajar yang selalu berpindah - pindah, 

Selain mereka adalagi Asy - Syaikh Abdul Ghafur As- saqqaf Al Lahjiy ( Assegaf klo pakai lahjah hadramiy), salah satu syaikh salafy yaman yang memiliki gelar Doktor dari Jamiah Islamiyyah madinah, dan ini jarang ikhwah indonesia yg baru mengetahuinya, pernah saat beberapa kawan yg ingin melanjutkan kuliah ke UIM dan mencari Tazkiyah saya menyarankan untuk menemui beliau di Masjid nya dikota Aden alhamdulillah diberikan tazkiyah tersebut namun belum ada yg lolos qadarullah,

Beliau Hafidzahullah termasuk yang menyarankan kepada thullab untuk belajar fiqih dgn washilah madzhab Asy- syaf' iy sebelum masuk kepermasalahan fiqih yang lebih luas begitu yang beliau sampaikan kepada Thullab di Markiz ..

Adapun Syaikhunaa Bashar Al Adniy beliau lebih mempopulerkan Qaul Fiqih dari Asy Syaikh Abdurrahman Al Mar' iy Rahimahullah sehingga bagi Ikhwah yang ingin mendalami qaul fiqih dari Syaikh Ad- Daar maka mengikuti pelajaran fiqih bersama Syaikhunaa Bashar al Adniy, saat ini Silsilah beliau sudah masuk Subussalam syarah bulughul Maram ..

Syaikh Anis Al Muhandis Hafidzahullah untuk permasalahan Fiqih beliau banyak mengikuti Qaul Fiqih Ulama Sa' udy .. 

Begitu juga Syaikhunaa Abdillah Al Mar' iy Hafidzahullah yang pilihan fiqih nya mengikuti Ulama Saudiy terutama Qaul dari Syaikhnya Asy Syaikh Al Utsaimin Rahimahullah ..
https://m.facebook.com/story.php?story_fbid=10214321261060234&id=1677978471

berbicara tentang madzhab Syafi'i, kurang lengkap rasanya kalau tidak mengetahui keseharian beliau, al Imam asy Syafi'i. Rabi' bin Sulaiman bercerita

berbicara tentang madzhab Syafi'i, kurang lengkap rasanya kalau tidak mengetahui keseharian beliau, al Imam asy Syafi'i. Rabi' bin Sulaiman bercerita

√• “ belum pernah aku melihat Asy Syafi'i radhiyallahu'anhu makan di siang hari dan tidak pula tidur di malam hari dikarenakan kesibukannya dalam tashnif (menulis ilmu) ” ( Tadzkirotus Sami') 

√• “dahulu Asy Syafi'i duduk di majlisnya setelah shalat subuh. Maka datanglah para ahlul Qur'an ( penghafal al Qur'an) padanya.

 Apabila matahari telah terbit, mereka beranjak pergi dan datanglah para ahli hadits. Mereka bertanya kepadanya tentang tafsirnya dan makna maknanya.

Apabila matahari telah meninggi, mereka beranjak pergi dan halaqah menjadi tempat untuk mudzakarah dan menelaah. 

Apabila dhuha telah meninggi, mereka berpisah dan datanglah ahli bahasa arab, ilmu 'Arudh, nahwu dan Sya'ir hingga mendekati pertengahan siang, dan mereka pun pergi. rahimahullah” ( Manaqib asy Syafi'i lil Baihaqi) 

√• dan ketika Imam Malik melihat kecerdasan asy Syafi'i tatkala belajar dengannya. Maka Imam Malik berkata “ sesungguhnya aku melihat bahwa Allah telah meletakkan cahaya di dalam hatimu. Maka jangan kau padamkan cahaya itu dengan gelapnya maksiat! ” (ad da-u wad Dawaa'

Beliau menyibukkan dirinya dengan ilmu, jika kita menisbatkan diri padanya, sudah selayaknya kita juga sibuk dengan ilmu sebagaimana beliau rahimahullah.  Hanya sekedar berbagi semangat, agar kita tidak juga semangat debat tapi juga semangat belajar khususnya pemula seperti saya. Hehe. 

å Zakariya Abu Zakiyyah

MAKAR LICIK ORANG-ORANG YANG BANGKRUT HUJJAH

MAKAR LICIK ORANG-ORANG YANG BANGKRUT HUJJAH

Ahlul bid'ah pernah bersekongkol untuk mencelakakan Al-Imam Al-Hafizh Abu Isma'il Abdullah bin Muhammad Al-Anshari Al-Harawi (wafat tahun 481 H) karena beliau menampakkan kebenaran dan tegas dalam membantah kebatilan. Mereka pun berusaha sekuat tenaga dengan menghalalkan segala cara untuk menghasut penguasa dan memprovokasinya agar menghukum dan menyiksa beliau. Hal ini dikarenakan mereka sudah bangkrut hujjah tidak bisa lagi membela kebatilan mereka di hadapan hujjah-hujjah kebenaran yang dibawakan oleh Al-Imam Al-Harawi yang berdasarkan kepada dalil-dalil yang terang benderang dari Al-Quran dan Sunnah Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam. Hingga sampailah kedengkian dan kebencian mereka untuk membuat makar licik dengan menaruh berhala/patung kecil dari tembaga di tempat shalatnya Imam Al-Harawi. Kemudian mereka pun menghasut penguasa saat itu seraya menuduh Al-Imam Al-Harawi sebagai mujassim (yang menyerupakan sifat Allah dengan makhluk-Nya), dengan bukti -kata mereka- adanya patung -yang telah mereka letakkan- di bawah sajadah beliau. Mereka berkata dengan kedustaan dan kebohongan bahwa Al-Imam Al-Harawi lah yang meletakkannya dan bahwasanya beliau mengklaim Allah sama dengan bentuk patung tersebut. Akan tetapi Allah membatalkan makar licik mereka dan menjadikan makar mereka sebagai bumerang atas mereka sendiri, hingga terbongkarlah kedok mereka serta kedustaan mereka di hadapan penguasa dan mereka pun akhirnya mengakui makar jahat/licik mereka.*

(Diterjemahkan dari muqaddimah tahqiq kitab Al-Iqtishad Fi Al-I'tiqad Imam Abdul Ghani Al-Maqdisi oleh Syaikh Dr. Ahmad bin Athiyah Al-Ghamidi)
----------------------------
[*] Lihat kisah ini di kitab Tadzkirah Al-Huffazh oleh Imam Adz-Dzahabi 3/1188 dan Siyar A'lam An-Nubala' 18/512.

Rasulullah shalallahu alaihi wasalam tidur diawal malam atau terkadang tidak tidur di awal malam

anak Rasulullah shalallahu alaihi wasalam

MENJADI MURID YANG SHALIH

Oleh: Ustad 
Nur Cholis Agus Santoso,  Dosen STAI ALI Bin Abi Tholib Surabaya 

MENJADI MURID YANG SHALIH

Jadilah murid yang Shalih dengan mendo'akan kebaikan untuk guru-guru yang telah banyak berjasa; karena ciri murid yang Shalih adalah mendoakan gurunya, Nabi bersabda :

إِذَا مَاتَ الْإِنْسَانُ انْقَطَعَ عَمَلُهُ إِلَّا مِنْ ثَلَاثَةٍ مِنْ صَدَقَةٍ جَارِيَةٍ وَعِلْمٍ يُنْتَفَعُ بِهِ وَوَلَدٍ صَالِحٍ يَدْعُو لَهُ

“Jika seseorang meninggal dunia, maka terputuslah amalannya kecuali tiga perkara (yaitu): sedekah jariyah, ilmu yang dimanfaatkan, atau do’a anak yang sholeh” (HR. Muslim no. 1631)

Di salah satu dauroh yang diadakan oleh STAI Ali bin Abi Thalib di Trawas salah satu pemateri (saya lupa pastinya siapa, akan tetapi kalau tidak Syaikh Sulaiman Ar Ruhaily -hafidzahullah- maka Syaikh Ali Hasan Al Halaby -Rahimahullah-, namun yg ada dibenak yang ana ingat adalah Syaikh Ali Hasan -Rahimahullah- ) beliau menjelaskan bahwa anak itu ada tiga :

1. Anak kandung
2. Anak Ilmu yaitu orang-orang yang diajari ilmu
3. Anak karangan buku, yaitu mereka yang mengambil manfaat dari karangan seseorang.

Beliau menjelaskan makna anak dalam hadis di atas mencakup tiga jenis anak, jadi do'a seorang murid untuk gurunya akan menjadi pahala bagi gurunya.

Dan do'a seorang murid untuk gurunya adalah tand dia murid yang Shalih.

Maka sangat disayangkan jika kita dapati diri kita tidak pernah sama sekali mendoakan guru-guru yang mengajari kita, terlebih yang mengajari agama dan Al Qur'an serta bahasa Arab.

Dan sangat menyedihkan jika kita justru mencela, mencaci, menuduh tidak-tidak, mencacatkan agama guru kita tanpa dalil.

Jika mendo'akan guru adalah bukti keshalihan murid
Tidak mendoakan guru salah satu  tanda ketidak shalihan murid
Maka mencela, menghina, merendahkan guru saya tidak tahu itu tanda apa........ ?????

Semoga Allah melapangkan hati kita untuk mendo'akan orang tua kita termasuk guru kita.

****

#edisikangenguru
#ustadzmubarokbamualim
#staialibinabitholibsurabaya
#surabaya31mei2021
https://www.facebook.com/100003903838917/posts/2098740363599404/

upaya menyebar kan ilmu syar'i

Manfaatkan umur yang tinggal sedikit ini bagaimana kita punya peran di dalam agama Allah ‎ﷻ, ‏dalam menyebarkan agama Allah ‎ﷻ ‏sesuai dengan kapasitas kita masing-masing, ‏sesuai dengan kemampuan kita masing-masing sehingga kita keluar dari dunia ini dalam keadaan kita punya peran di dalam tertolongnya agama Allah ‎ﷻالله ‏

بسم اللّه الرحمن الرحيم
السلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته
الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله وعلى آله وصحبه ومن والاه

Halaqah yang ke-76 dari Silsilah ‘Ilmiyyah Penjelasan Kitāb Al Ushūlu AtsTsalātsah wa Adillatuhā yang dikarang oleh Syaikh Muhammad bin Abdul Wahāb At Tamimi rahimahullāh

Beliau mengatakan

ودينه باقٍ

Agama beliau ﷺ akan terus ada. Kenapa disini di sebutkan

دينه باقٍ

agamanya terus ada, apa hubungannya antara kalimat ini dengan kematian Nabi ﷺ. Karena kita tahu bahwasanya agama ini yang membawa adalah Rasulullah ﷺ, risalah ini yang membawa adalah beliau ﷺ.

Ketika beliau ﷺ dipanggil oleh Allah ﷻ apakah berarti agama ini hancur, apakah risalah ini akan menjadi pudar dan rusak dan akan segera terkubur sebagaimana dikuburnya Rasulullah ﷺ yang membawa risalah ini, maka beliau menekankan di sini

ودينه باقٍ

Nabi memang meninggal dunia tapi agama yang beliau bawa akan terus ada beliau

فَانٍ, كُلُّ مَنْ عَلَيْهَا فَانٍ

Beliau meninggal dunia sebagaimana yang lain tetapi agama yang beliau bawa tidak akan rusak dan tidak akan binasa tetapi agama beliau adalah agama yang باقٍ akan terus ada. Terus ada dijaga oleh Allah  karena Allah  dia telah berjanji untuk menjaga agama ini.

Bagaimana Allah  menjaga agama ini diantaranya Allah  menjaga sumbernya, karena agama ada sumbernya, Al-Quran dan juga As-Sunnah. Kalau sumbernya dijaga maka agama tersebut akan terjaga

إِنَّا نَحْنُ نَزَّلْنَا الذِّكْرَ وَإِنَّا لَهُ لَحَافِظُونَ

[Al Hijr:9]

Sesungguhnya Kami telah menurunkan Adz-Dzhikro yaitu Al-Quran dan sesungguhnya Kami akan menjaga Al-Quran.

Kalau Al-Quran sebagai sumber agama Islam ini di situlah syariat Islam

“Kami tidak meninggalkan sedikitpun di dalam Al-Quran”

semuanya ada diterangkan oleh Allah ﷻ dan Allah ﷻ jaga Al-Quran dan As-Sunnah juga dijaga oleh Allah ﷻ sebagaimana Allah ﷻ menjaga Al-Quran dan sampai sekarang tidak ada orang yang bisa merubah Al-Quran.

Seandainya di sana ada orang yang berusaha untuk merubah meskipun satu huruf atau setengah huruf dari Al-Quran niscaya akan kelihatan dan akan dinampakkan oleh Allah . Allah ﷻ mudahkan manusia untuk menghafal Al-Quran dan dari generasi ke generasi ribuan bahkan tidak sedikit orang yang bisa menghafal Al-Quran dan ini adalah penjagaan dari Allah 

Seandainya di sana ada orang yang salah atau orang yang sengaja merubah Al-Quran pasti di sana ada orang yang siap untuk membongkar usaha tersebut sampai sekarang dan sampai hari kiamat maka Al-Quran adalah Al-Quran, tidak ada yang dirubah. Yang kita baca hari ini itulah yang dibaca oleh Rasulullah ﷺ di zaman beliau, karena yang menanggung untuk menjaga Al-Quran adalah Allah 

As-Sunnah juga demikian karena As-Sunnah adalah fungsinya untuk menerangkan apa yang ada di dalam Al-Quran. Allah  menjaga Al-Quran bukan hanya dari sisi lafadznya saja tapi Allah  menjaga Al-Quran juga dari sisi maknanya. Allah  menjaga Al-Quran baik lafadznya maupun maknanya, dua-duanya dijaga oleh Allah .

Yang menjelaskan makna yang ada di dalam Al-Quran adalah sunnah Rasulullah ﷺ yaitu

لِتُبَيِّنَ لِلنَّاسِ مَا نُزِّلَ إِلَيۡهِمۡ

[An Nahl:44]

Supaya engkau menjelaskan kepada mereka, menerangkan kepada mereka apa yang telah diturunkan kepada mereka berupa Al-Quran.

Makanya kalau Al-Quran dijaga oleh Allah baik lafadz maupun maknanya berarti Allah juga menjaga hadits-hadits Nabi ﷺ . Para ulama menjelaskan “termasuk penjagaan terhadap Al-Mubayyan yaitu Al-Quran adalah penjagaan terhadap Al-Mubayyin yaitu yang menjelaskan Al-Quran” yaitu sunnah Nabi ﷺ.

Makanya yang menghafal hadits-hadits nabi juga banyak, ratusan ribu hadith tapi ada ulama-ulama yang Allah ﷻ ciptakan mereka Allah berikan mereka kemampuan untuk menghafal seperti Imam Ahmad, Al-Bukhari, Muslim, Syu’bah, Sufyan Ats-Tsauri dan seterusnya sebagaimana mereka menghapal Al-Quran mereka juga menghapal hadist.

Dan tidak ada orang yang berusaha untuk memalsu hadist Nabi ﷺ kecuali pasti dibongkar oleh para ulama, dijaga sampai sekarang hadist-hadist Nabi ﷺ. Kalau sumbernya ini dijaga oleh Allah ﷻ maka agama ini akan dijaga oleh Allah  dan seterusnya.

ودينه باقٍ

Agama beliau ﷺ akan terus ada beliau meninggal dunia seperti yang lain tapi Allah yang akan menjaga agama beliau. Oleh karena itu kita berperan atau tidak Allah akan menjaga agama. Antum malas atau tidak dalam menuntut ilmu Allah  akan menjaga agama ini, kalau Antum tidak mau berperan Allah ﷻ akan mendatangkan orang-orang yang siap berkorban, siap berdakwah, Allah  menjaga dengan mereka agama ini. Agama tidak butuh dengan kita tapi kita yang butuh terhadap agama. Kita harus memiliki peran bagaimana kita berusaha menjadikan Allah  menjadikan kita memiliki peran di dalam agama ini. Baik peran dalam menyampaikan ilmu atau peran di dalam kalau kita memiliki harta atau kita memiliki jabatan maka hendaklah kita berusaha untuk menolong agama Allah ﷻ ini sesuai dengan kemampuan kita masing-masing dan waktu kita hanya sebentar di dunia ini.

Manfaatkan umur yang tinggal sedikit ini bagaimana kita punya peran di dalam agama Allah , dalam menyebarkan agama Allah ﷻ sesuai dengan kapasitas kita masing-masing, sesuai dengan kemampuan kita masing-masing sehingga kita keluar dari dunia ini dalam keadaan kita punya peran di dalam tertolongnya agama Allah 

الله تعالى أعلم
والسلام عليكم ورحمة الله وبركاته

________________________

Minggu, 30 Mei 2021

ADA YANG MENYEMBAH ALLAH DI TEPI* ADA YANG MURTAD KARENA MISKIN

* ADA YANG MENYEMBAH ALLAH DI TEPI
* ADA YANG MURTAD KARENA MISKIN

Allah Ta'ala berfirman,

‎﴿وَمِنَ النّاسِ مَن يَعبُدُ اللَّهَ عَلى حَرفٍ فَإِن أَصابَهُ خَيرٌ اطمَأَنَّ بِهِ وَإِن أَصابَتهُ فِتنَةٌ انقَلَبَ عَلى وَجهِهِ خَسِرَ الدُّنيا وَالآخِرَةَ ذلِكَ هُوَ الخُسرانُ المُبينُ﴾ [الحج: ١١]

"Dan di antara manusia ada yang menyembah Allah hanya di tepi; maka jika dia memperoleh kebajikan, dia merasa puas, dan jika dia ditimpa suatu cobaan, dia berbalik ke belakang. Dia rugi di dunia dan di akhirat. Itulah kerugian yang nyata." (QS. Al-Hajj: 11)

Dalam Tafsir Al-Mukhtashar ayat 11 disebutkan:
Dan di antara manusia ada orang yang gamang, dia menyembah Allah dalam keadaan ragu. Apabila ia memperoleh kebaikan berupa kesehatan dan kekayaan, ia akan terus beriman dan beribadah kepada Allah, namun apabila ia memperoleh suatu cobaan berupa penyakit atau kemiskinan, ia akan putus asa dari agamanya hingga murtad. Sungguh dia rugi di dunia, kekafirannya tidak akan menambahnya dari bagian harta dunia yang tidak ditetapkan baginya, dan ia juga rugi di Akhirat kelak karena adanya azab Allah yang akan menimpanya, hal yang demikian ini merupakan kerugian yang nyata.

Dalam Zubdatut Tafsir Min Fathil Qadir disebutkan;

‎11. وَمِنَ النَّاسِ مَن يَعْبُدُ اللهَ عَلَىٰ حَرْفٍ ۖ (Dan di antara manusia ada orang yang menyembah Allah dengan berada di tepi) Yakni ragu dalam agamanya, tanpa keyakinan, seperti orang yang berada di tepi jurang, hatinya akan bergetar dan kakinya akan lemas. Berbeda dengan orang yang beriman yang menyembah Allah dengan penuh keyakinan dan keteguhan. فَإِنْ أَصَابَهُۥ خَيْرٌ(maka jika ia memperoleh kebajikan) Yakni kebaikan dunia berupa kelapangan dan kesehatan serta kesejahteraan dan harta yang banyak. اطْمَأَنَّ بِهِۦ ۖ( tetaplah ia dalam keadaan itu) Yakni berpegang teguh pada agamanya dan tetap dalam ibadahnya. وَإِنْ أَصَابَتْهُ فِتْنَةٌ(dan jika ia ditimpa oleh suatu bencana) Suatu bencana pada keluarganya, hartanya, atau dirinya. انقَلَبَ عَلَىٰ وَجْهِهِۦ (berbaliklah ia ke belakang) Menjadi murtad dan kembali pada kekafiran. خَسِرَ الدُّنْيَا وَالْاٰخِرَةَ ۚ (Rugilah ia di dunia dan di akhirat) Ia kehilangan dunia dan akhiratnya, sehingga ia tidak bagian di dunia berupa ghanimah dan pujian yang baik dan tidak pula bagian di akhirat berupa pahala dan apa yang telah disiapkan Allah bagi hamba-hamba-Nya yang shalih. ذٰلِكَ (Yang demikian itu) Yakni kerugian di dunia dan di akhirat. هُوَ الْخُسْرَانُ الْمُبِينُ (adalah kerugian yang nyata) Yakni kerugian yang jelas yang tidak ada yang menandinginya. 

Zubdatut Tafsir Min Fathil Qadir / Syaikh Dr. Muhammad Sulaiman Al Asyqar, mudarris tafsir Universitas Islam Madinah

---

Catatan 19 Syawal 1442 H

Kalau ahlul bid'ah teriak-teriak, "Mari kita menolong dan membela agama Allah. Mari kita keluar memperjuangkan islam. Mari kita tegakkan kemuliaan islam. Jangan kita diam dan berpangku tangan saja. ."

PERJUANGAN AHLUL BID'AH

Kalau ahlul bid'ah teriak-teriak, "Mari kita menolong dan membela agama Allah. Mari kita keluar memperjuangkan islam. Mari kita tegakkan kemuliaan islam. Jangan kita diam dan berpangku tangan saja. ."

Ketahuilah, Allah tidak akan menolong islam ini dengan ahlul bid'ah dan islam tidak akan tegak dengan cara-cara yang tidak bersumber dari islam.

Berkata Ibnu Hazm rahimahullah :

ما نصر الله الإسلام بمبتدع .

"Allah tidaklah menolong Islam dengan ahlul bid'ah." (Al-Fashl fil Milal Wan Nihal).

AFM

sejelek jelek teman

Tidak boleh mengupload fotomu di sosial media

"Tidak boleh mengupload fotomu di sosial media."

Syaikh sholeh Al-Fauzan Hafidzhahullah
Ust Rizki

empat madzhab sepakat akan haramnya semua jenis alat musik

"Syaikh Al-Bani Rahimahullah berkata :"empat madzhab sepakat akan haramnya semua jenis alat musik."

Silsilah Ashahihah 1/154

Tidaklah seorang hamba yang Allah berikan karunia berupa kesabaran dalam menghadapi gangguan, menerima cobaan, dan menghadapi musibah, melainkan ia telah mendapatkan keutamaan yang diberikan kepada siapapun, setelah nikmat iman."

Ibrahim bin Yazid at Taimiy rahimahullahu berkata,

ما ‌من ‌عبد ‌وهب ‌الله ‌له صبرا على الأذى، وصبرا على البلاء، وصبرا على المصائب، إلا وقد أوتي أفضل ما أوتيه أحد، بعد الإيمان بالله

"Tidaklah seorang hamba yang Allah berikan karunia berupa kesabaran dalam menghadapi gangguan, menerima cobaan, dan menghadapi musibah, melainkan ia telah mendapatkan keutamaan yang diberikan kepada siapapun, setelah nikmat iman."

(As Shabru karya Ibnu Abid Dunya hlm. 28)
Ust Muhammad nur faqih

Siapa Yang Lebih Paham Akidah Salaf? Ahli Hadis Ataukah Ahli Kalam?

Siapa Yang Lebih Paham Akidah Salaf? Ahli Hadis Ataukah Ahli Kalam? 

Masalah seperti ini perlu kita jelaskan, agar kita tidak bingung akidah siapa yg benar dan akidah siapa yg asli tersambung kepada para sahabat lalu ke Nabi Muhammad shallaallahu alaihi wa sallam. 

Banyak dari kalangan saudara-saudaraku yg merasa bingung dengan akidahnya, bingung antara mengambil akidah dari ulama mutakallimin(ahli kalam) ataukah dari kalangan ahli atsar dan hadis?? 

Toyyib kita ajukan pertanyaan kepada saudara-saudaraku... 
Siapakah orang yg paling paham dengan seluk beluk para sahabat? kisah para sahabat, amalan mereka, ibadah mereka dan akidah mereka?? Apakah mereka orang-orang ahli kalam lebih paham dan mengerti amalan, akhlak, kehidupan dan akidah para sahabat ataukah ahli hadis yg pekerjaannya adalah menukil dan menghafal kisah-kisah mereka!? 
Jika anda ingin berobat, apakah anda berobat kepada orang yg profesinya bertani ataukah kepada dokter/Tabib? tentunya jawaban atas pertanyaan ini adalah kepada dokter. 

Begitu pula jika kalian ingin mengetahui akidah para sahabat maka kalian harus merujuk kepada ahli hadis dan sunah, merekalah orang-orang yg senantiasa menjaga hadis dan sunah-sunah Nabi Muhammad shallaallahu alaihi wa sallam. 

Sedangkan hadis dan sunah itu tidak menerima qiyas dan nalar-nalaran akal sehingga dapat menyebabkan perselisihan antar umat islam dan kontradiksi di dalam pemahaman, dan maksud dari sunah disini adalah seluruh yg datang dari Nabi shallaallahu alaihi wa sallam baik ucapan, perbuatan, akhlak, manhaj, akidah, dst. 

Bayangkan jikalau saja agama ini menjadikan akal, nalar dan qiyas sebagai asas utama dan satu-satunya utk berakidah?? tentunya akan menyebabkan perselisihan yg dahsyat.. akal siapa yg akan kita jadikan pedoman dan barometer kebenaran!? 

Sehingga tidak ada jalan lain utk meraih akidah kecuali melalui mereka ahli hadis yg senantiasa mendokumentasi dan mengarsipkan seluruh apa yg datang dari Rasulullah shallaallahu alaihi wa sallam dan para sahabat-sahabatnya baik akidah mereka, ucapan, amalan, akhlak, manhaj dan pemahaman. 

Wallahu a'lam
Ust abu musa

Maka inilah kisah yang seorang penuntut ilmu harus hati-hati, agar tidak menjadi seperti kisah orang buta ini, tidak akan melihat kecuali dari satu sisi sudut pandangnya, dan menjadikan tolak ukur segala sesuatu hanya yang dilihatnya saja.

Kisah seorang yang hanya mengukur sesuatu hanya dengan pengetahuan yang pada dirinya saja. Sebagaimana orang-orang tua (di Arab) sering mengulang-ulang cerita ini. 

Janganlah kamu menjadi seperti pemilik ayam jago! 

Dulu ada seorang buta yang tiba-tiba dia bisa melihat dan dilihatnya seekor ayam jago, maka dia bertanya kepada orang-orang. 

Orang buta :  Apakah ini? 

Maka mereka menjawab : Itu ayam jago. 

Kemudian orang tersebut buta kembali setelah bisa melihat, maka jika orang-orang berkata tentang sesuatu kepada orang buta tersebut, maka orang buta tersebut akan berkata "Apakah dia lebih besar atau kecil dari ayam jago?"

Jika manusia berkata tentang warna, maka si buta akan berkata "Apakah warnanya sama dengan ayam jago ataukah berbeda?".

Maka Syaikh berkata : Maka inilah kisah yang seorang penuntut ilmu harus hati-hati, agar tidak menjadi seperti kisah orang buta ini, tidak akan melihat kecuali dari satu sisi sudut pandangnya, dan menjadikan tolak ukur segala sesuatu  hanya yang dilihatnya saja. 

Asy Syaikh Muhammad bin Umar Bazmul hafizhahullahu.

Ya Allah, muliakanlah kami dengan menaati-Mu dan janganlah hinakan kami dengan memaksiati-Mu.” (ad-Daa’ wa ad-Dawa’)

Diantara doa sebagian salaf:

اللهمّ أعزني بطاعتك، ولا تذلّني بمعصيتك

“Ya Allah, muliakanlah kami dengan menaati-Mu dan janganlah hinakan kami dengan memaksiati-Mu.” (ad-Daa’ wa ad-Dawa’)
Ust noviyardi 

BERMADZHAB ITU TIDAK WAJIB

BERMADZHAB ITU TIDAK WAJIB

Al Lajnah Ad Daimah ditanya :

ما حكم التقيد بالمذاهب الأربعة واتباع أقوالهم على كل الأحوال والزمان ؟

Bagaimanakah hukumnya terikat dengan empat madzhab yang ada, mengikuti pendapat mereka dalam setiap kondisi dan waktu ?

فأجابت اللجنة :

Maka Lajnah Daimah menjawab:

والصلاة والسلام على رسوله وآله وصحبه وبعد :

أولا : المذاهب الأربعة منسوبة إلى الأئمة الأربعة الإمام أبي حنيفة والإمام مالك والإمام الشافعي والإمام أحمد ، فمذهب الحنفية منسوب إلى أبي حنيفة وهكذا بقية المذاهب.

ثانيا : هؤلاء الأئمة أخذوا الفقه من الكتاب والسنة وهم مجتهدون في ذلك ، والمجتهد إما مصيب فله أجران ، أجر اجتهاده وأجر إصابته ، وإما مخطئ فيؤجر على اجتهاده ويعذر في خطئه.

ثالثا : القادر على الاستنباط من الكتاب والسنة يأخذ منهما كما أخذ من قبله ولا يسوغ له التقليد فيما يعتقد الحق بخلافه ، بل يأخذ بما يعتقد أنه حق ، ويجوز له التقليد فيما عجز عنه واحتاج إليه.

رابعا : من لا قدرة له على الاستنباط يجوز له أن يقلد من تطمئن نفسه إلى تقليده ، وإذا حصل في نفسه عدم الاطمئنان سأل حتى يحصل عنده اطمئنان .

خامسا : يتبين مما تقدم أنه لا تتبع أقوالهم على كل الأحوال والأزمان ؛ لأنهم قد يخطئون ، بل يتبع الحق من أقوالهم الذي قام عليه الدليل ).

فتاوى اللجنة 5/28 .

“Segala puji bagi Allah, shalawat dan salam dihaturkan kepada Rasul-Nya, keluarga dan para sahabat beliau, selanjutnya:

1. Empat madzhab itu dinisbatkan kepada empat imam; imam Abu Hanifah, imam Malik, Imam Syafi’i, imam Ahmad. Madzhab hanafiyah dinisbatkan kepada Abu Hanifah, demikian juga madzhab lainnya.

2. Para imam tersebut telah mengambil fikih dari Al Qur’an dan Sunnah, mereka semua sebagai pada mujtahid. Seorang mujtahid bisa benar dan akan mendapatkan dua pahala; pahala dari hasil ijtihadnya dan pahala benarnya ijtihadnya. Dan bisa jadi salah, maka dia tetap mendapatkan pahala dari hasil ijtihadnya dan kesalahannya dimaafkan.

3. Orang yang mampu beristimbath (mengambil kesimpulan) dari Al Qur’an dan Sunnah, maka hendaknya ia melakukannya sebagaimana orang-orang sebelumnya juga melakukannya, tidak ada ruang baginya untuk bertaklid (meniru tanpa tahu dalilnya) pada saat kebenaran ada pada sisi lainnya, akan tetapi dia harus mengambil yang diyakininya sebagai kebenaran, ia boleh melakukan taklid pada saat ia lemah dan membutuhkannya saja.

4. Bagi siapa saja yang tidak mempunyai kemampuan untuk berijtihad, dibolehkan untuk bertaklid pada seseorang yang dia merasa tenang bersama pendapatnya, jika dia tidak merasa tenang hendaknya bertanya sehingga merasa tenang.

5. Melalui penjelasan sebelumnya telah menjadi jelas bahwa pendapat mereka tidak bisa diikuti dalam segala kondisi dan waktu; karena mereka bisa jadi salah, akan tetapi yang diikuti adalah kebenaran dari pendapat mereka yang berdasarkan dengan dalil.

(Fatawa Lajnah: 5/28)

وجاء في فتوى اللجنة رقم 3323

( من كان أهلا لاستنباط الأحكام من الكتاب والسنة ، ويقوى على ذلك ولو بمعونة الثروة الفقهية التي ورثناها عن السابقين من علماء الإسلام كان له ذلك ؛ ليعمل به في نفسه ، وليفصل به في الخصومات وليفتي به من يستفتيه . ومن لم يكن أهلا لذلك فعليه أن يسأل الأمناء الموثوق بهم ليتعرف الحكم من كتبهم ويعمل به من غير أن يتقيد في سؤاله أو قراءته بعالم من علماء المذاهب الأربعة ، وإنما رجع الناس للأربعة لشهرتهم وضبط كتبهم وانتشارها وتيسرها لهم.

ومن قال بوجوب التقليد على المتعلمين مطلقاً فهو مخطئ جامد سيئ الظن بالمتعلمين عموما ، وقد ضيق واسعا .

ومن قال بحصر التقليد في المذاهب الأربعة المشهورة فهو مخطئ أيضا قد ضيق واسعا بغير دليل . ولا فرق بالنسبة للأمي بين فقيه من الأئمة الأربعة وغيرهم كالليث بن سعد والأوزاعي ونحوهما من الفقهاء ) فتاوى اللجنة 5/41 .

Disebutkan dalam fatwa Lajnah Daimah: 3323

“Barang siapa yang mempunyai keahlian untuk menyimpulkan hukum dari Al Qur’an dan Sunnah, mampu melakukannya meskipun berbekal dengan perbendaharaan fikih yang telah diwariskan oleh ulama terdahulu, maka hal itu boleh dilakukan; diamalkan untuk dirinya sendiri, memutuskan perselisihan dan untuk memberi fatwa kepada mereka yang meminta fatwa. Dan barang siapa yang tidak mempunyai kemampuan itu, maka dia wajib bertanya kepada orang-orang yang amanah dan bisa dipercaya; agar mengetahui hukum dari buku-buku mereka dan mengamalkannya tanpa adanya keterikatan antara pertanyaan dan bacaannya dengan ulama tertentu dari ulama empat madzhab, masyarakat banyak merujuk pada empat madzhab karena mereka sudah masyhur, kitab-kitab mereka pun terpercaya, sudah menyebar kemana-mana dan keempatnya mudah (dijangkau) oleh ummat.

Barang siapa yang mewajibkan bertaklid bagi mereka para pelajar (ilmu syar’i) tanpa terkecuali, maka dia telah melakukan kesalahan, beku, berburuk sangka kepada semua para pelajar tersebut, dan dia telah mempersempit ruang yang luas.

Dan barang siapa yang berkata bahwa taklid hanya berlaku pada empat madzhab yang terkenal itu saja, hal itu juga merupakan sebuah kesalahan, dia telah mempersempit ruang yang luas tanpa dalil, tidak ada perbedaan antara seorang yang ummi (tidak membaca dan menulis) dengan seorang yang fakih dari para imam empat madzhab dan yang lainnya, seperti imam Laits bin Sa’d, Al Auza’i, dan lain sebagainya dari para ahli fikih”. (Fatawa Lajnah Daimah: 5/41)

وجاء في الفتوى رقم 1591 ما نصه :

( ولم يدعُ أحد منهم إلى مذهبه ، ولم يتعصب له ، ولم يُلزِم غيره العمل به أو بمذهب معين ، إنما كانوا يدعون إلى العمل بالكتاب والسنة ، ويشرحون نصوص الدين ، ويبينون قواعده ويفرعون عليها ويفتون فيما يسألون عنه دون أن يلزموا أحدا من تلاميذهم أو غيرهم بآرائهم ، بل يعيبون على من فعل ذلك ، ويأمرون أن يضرب برأيهم عرض الحائط إذا خالف الحديث الصحيح ، ويقول قائلهم " إذا صح الحديث فهو مذهبي " رحمهم الله جميعا .

ولا يجب على أحد اتباع مذهب بعينه من هذه المذاهب ، بل عليه أن يجتهد في معرفة الحق إن أمكنه ، أو يستعين في ذلك بالله ثم بالثروة العلمية التي خلفها السابقون من علماء المسلمين لمن بعدهم ، ويسروا لهم بها طريق فهم النصوص وتطبيقها . ومن لم يمكنه استنباط الأحكام من النصوص ونحوها لأمر عاقه عن ذلك سأل أهل العلم الموثوق بهم عما يحتاجه من أحكام الشريعة لقوله تعالى " فاسألوا أهل الذكر إن كنتم لا تعلمون " وعليه أن يتحرى في سؤاله من يثق به من المشهورين بالعلم والفضل والتقوى والصلاح )

فتاوى اللجنة الدائمة 5/56 . 

Disebutkan dalam Fatwa: 1591 yang redaksinya adalah sebagai berikut:

“Tidak satu pun dari mereka mengajak kepada madzhabnya, dan tidak berta’asub kepadanya, tidak juga mewajibkan orang lain untuk mengamalkan madzhab tertentu, akan tetapi mereka semua mengajak untuk mengamalkan al Qur’an dan Sunnah, mereka menjelaskan nash-nash agama, menjelaskan kaidah-kaidahnya, menentukan cabang-cabangnya, mereka berfatwa dengan apa yang mereka tanyakan tanpa mewajibkan salah satu dari murid-murid mereka atau yang lainnya untuk mengikuti pendapat mereka, bahkan mereka mencela orang-orang yang melakukan hal itu. Mereka menyuruh untuk membuang pendapat mereka jika bertentangan dengan hadits yang shahih, salah seorang mereka berkata: “Jika hadits itu shahih maka itu adalah madzhabku”. semoga Allah memberikan rahmatnya kepada mereka semua.

Tidak diwajibkan bagi seseorang untuk mengikuti salah satu madzhab yang ada, akan tetapi dia harus berijtihad untuk mengetahui kebenaran jika memungkinkan, atau meminta pertolongan kepada Allah dalam hal ini kemudian dengan bekal ilmiyah yang menjadi peninggalan ulama Islam terdahulu bagi para generasi berikutnya, mereka telah memudahkan jalan bagi generasi penerusnya untuk memahami nash-nash dan menerapkannya. Dan bagi siapa saja yang tidak mungkin untuk menyimpulkan hukum-hukum syari’at dari nash-nash yang ada atau yang serupa dengannya; karena sesuatu yang menghalanginya maka dia hasus bertanya kepada para ahlinya yang terpercaya sesuai dengan hukum syari’at yang dibutuhkan, berdasarkan firman Allah –Ta’ala-:

“Maka tanyakanlah olehmu kepada orang-orang yang berilmu, jika kamu tiada mengetahui”. (QS. Al Anbiya’: 7)

Maka dari itu dalam bertanya dia harus mencari orang yang terpercaya, terkenal keilmuannya, keutamaan, ketaqwaan dan keshalihannya”. (Fatawa Lajnah Daimah: 5/56). Sumber : Al Islam Sual Wa Jawab 21420

AFM

Ini faidah tuk para suami

Ini faidah tuk para suami

📍فائدة لا يعــرفها كــثير مـن الازواج

📌الوطء يزيد في سمع الولد وبصره

✍ قال : العلامة ابن القيم - رحمه الله-

" الوطء يزيد في خلقة الولد " - يعني كثرة وتكرار الجماع في فترة الحمل وخاصة المراحل الأولى - .

" كما قال الامام أحمد : 
الوطء يزيد في سمع الولد وبصره وهذا أرجح الأقوال 
وقد ثبت عن النبي - صل الله عليه وسلم : أنَّهُ 
أَتَى بامْرَأَةٍ مُجِحٍّ علَى بَابِ فُسْطَاطٍ، فَقالَ: لَعَلَّهُ 
يُرِيدُ أَنْ يُلِمَّ بهَا، فَقالوا: نَعَمْ، فَقالَ رَسولُ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عليه وسلَّمَ: لقَدْ هَمَمْتُ أَنْ أَلْعَنَهُ لَعْنًا يَدْخُلُ معهُ قَبْرَهُ، كيفَ يُوَرِّثُهُ وَهو لا يَحِلُّ له؟ كيفَ يَسْتَخْدِمُهُ وَهو لا يَحِلُّ له؟
رواه مسلم 

والمجح : الحامل المقرب . 

فهذا دليل على أن وطء الحامل ، إذا وطئت كثيراً ؛ جاء الولد عبلاً ممتلئاً ، وإذا هجر وطؤها ؛ جاء الولد هزيلاً ضعيفاً . 

فهذه أسرار شرعية موافقة للأسرار الطبيعية مبنية عليها والله أعلم " 

📚- التبيان في أقسام القرآن (ص 355) .

‏ust Abul hajaj Abdurahman 

Sesunguhnya seorang kadang mengetahui bahwa kebenaran berada pada pihak lain, sekalipun demikian, dia mengingkarinya karena dengki kepadanya, atau merasa lebih tinggi darinya, atau hawa nafsu yang membuatnya melampui batas atasnya, lalu dia pun menolak apa yang dikatakan (berupa kebenaran) dengan segala cara, dalam keadaan dia yakin bahwa kebenaran ada pada pihak lain."

Syaikhul-Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullah berkata, 

ﻓﺈﻥ اﻹﻧﺴﺎﻥ ﻗﺪ ﻳﻌﺮﻑ ﺃﻥ اﻟﺤﻖ ﻣﻊ ﻏﻴﺮﻩ ﻭﻣﻊ ﻫﺬا ﻳﺠﺤﺪ ﺫﻟﻚ ﻟﺤﺴﺪﻩ ﺇﻳﺎﻩ ﺃﻭ ﻟﻄﻠﺐ ﻋﻠﻮﻩ ﻋﻠﻴﻪ ﺃﻭ ﻟﻬﻮﻯ اﻟﻨﻔﺲ ﻭﻳﺤﻤﻠﻪ ﺫﻟﻚ اﻟﻬﻮﻯ ﻋﻠﻰ ﺃﻥ ﻳﻌﺘﺪﻱ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﻳﺮﺩ ﻣﺎ ﻳﻘﻮﻝ ﺑﻜﻞ ﻃﺮﻳﻖ ﻭﻫﻮ ﻓﻲ ﻗﻠﺒﻪ ﻳﻌﻠﻢ ﺃﻥ اﻟﺤﻖ معه

"Sesunguhnya seorang kadang mengetahui bahwa kebenaran berada pada pihak lain, sekalipun demikian, dia mengingkarinya karena dengki kepadanya, atau merasa lebih tinggi darinya, atau hawa nafsu yang membuatnya melampui batas atasnya, lalu dia pun menolak apa yang dikatakan (berupa kebenaran) dengan segala cara, dalam keadaan dia yakin bahwa kebenaran ada pada pihak lain."

[Majmu Al-Fatawa: 7/191]
Ust abu Muhammad 

Mazhab terbaik untuk dipelajari Syaikh Al-Albany pernah ditanya mazhab apakah yang terbaik untuk dipelajari? Maka beliau jawab : "Mazhab Asy-Syafi'iy dan Ahmad".

📝أفضل المذاهب للدراسة
📝Mazhab terbaik untuk dipelajari

   Syaikh Al-Albany pernah ditanya mazhab apakah yang terbaik untuk dipelajari? Maka beliau jawab : "Mazhab Asy-Syafi'iy dan Ahmad".

   Lalu beliau jelaskan bahwa Imam Asy-Syafi'iy menguasai banyak porsi Sunnah ditambah keilmuan beliau dalam istinbath hukum, Bahasa Arab serta beliaulah yang pertama kali menorehkan Ilmu Ushul Fiqh secara terpisah.

   Sedangkan Imam Ahmad bin Hanbal adalah imam yang paling banyak penguasaannya terhadap Sunnah, beliau telah keliling dunia ke Timur dan Barat dalam mengumpulkan Sunnah, bahkan itu diakui oleh gurunya sendiri Imam Asy-Syafi'iy.

   Kebanyakan para Ulama Hadits ada bermazhab Asy-Syafi'iy dan banyak khidmat mereka terhadap Sunnah di antaranya keberadaan kitab-kitab Takhrij Hadits, seperti "Al-Badrul-Munir" karya Imam Ibnul-Mulaqqin, "At-Talkhishul-Habir" karya Al-Hafizh Ibnu Hajar Al-Asqalaniy dan Takhrij Ihya-Ulumid-Din karya Imam Al-'Iraqiy dll.

   Yakin masih ogah mendirasahkan Fiqh mazhab? 
https://m.facebook.com/story.php?story_fbid=1605924039617445&id=100005995935102

MENGINGKARI BID'AH

MENGINGKARI BID'AH 

Kalau ada amalan bid'ah disuatu kampung, seseorang yang memiliki ilmu, jangan diam saja. Apalagi dengan menghadiri acara bid'ah tersebut karena tidak enak dengan keluarga, tetangga atau teman tanpa mengingkarinya. Lebih ajib lagi kalau mengatakan ada ulama yang membolehkan. Jika ini dibiarkan, maka nanti amalan tersebut akan dianggap sunnah oleh mereka. Dan sunnah yang kita amalan akan dianggap bid'ah oleh mereka. 

Berkata Imam al-Auza’i rahimahullah :

إذا ظهرت البدع فلم ينكرها أهل العلم صارت سنة

“Apabila bid’ah telah tampak, lalu ahlul Ilmi tidak mengingkarinya, maka (perbuatan tersebut) akan dianggap sunnah” ( Lihat Syarafu Ashhabil Hadits hal 17).

Berkata Abdullah bin Mas’ud radhiallahu ‘anhu :

كَيْفَ أَنْتُمْ إِذَا لَبِسَتْكُمْ الفِتْنَةُ يَرْبُو فِيهَا الصَّغِيرُ، وَيَهْرَمُ فِيهَا الْكَبِيرُ، وَيَتَّخِذُهَا النَّاسُ سُنَّةً، فَإِنْ غُيِّرَ مِنْهَا شَيْءٌ قِيلَ غُيِّرَتِ السُّنَّةُ» ، قَالُوا: مَتَى يَكُونُ ذَلِكَ يَا أَبَا عَبْدِ الرَّحْمَنِ ؟ قَالَ : « إِذَا كَثُرَتْ قُرَّاؤُكُمْ، وَقَلَّتْ أُمَنَاؤُكُمْ، وَكَثُرَتْ أُمَرَاؤُكُمْ، وَقَلَّتْ فُقَهَاؤُكُمْ، وَالْتُمِسَتِ الدُّنْيَا بِعَمَلِ الآخِرَةِ

“Bagaimana kalian jika di suatu zaman fitnah menyelimuti kalian sehingga membuat besar sebelum waktunya bagi anak kecil, membuat pikun orang dewasa, dan manusia menjadikan fitnah (bid'ah) itu sebagai sunnah, sehingga jika sunnah (bid'ah yang dianggap sunnah) tadi diubah, mereka mengatakan: “Sunnah kita telah diubah.”

Lalu beliau ditanya, “Kapan hal itu terjadi, wahai Abu ‘Abdirrohman?”Beliau menjawab, “Jika semakin banyak para qurroo’ (hanya pandai dalam bacaan alquran), semakin sedikit para fuqoha, semakin melimpah harta kalian, semakin langka orang-orang terpercaya dari kalian dan akhirat dijual dengan dunia.” (HR. Al Hakim - kitab Al Mustadrok (8570) 

AFM

Suami yang tak menganggap istrinya sebagai perhiasan yang paling berharga.

Suami yang tak menganggap istrinya
sebagai perhiasan yang paling berharga.

Uang aja disimpan ditempat yang tersembunyi biar gak dilihat dan diambil orang lain.

Tapi sebagian para suami membiarkan
istrinya dilihat oleh orang lain dan tidak cemburu ketika sang istri upload foto di media sosial.

نعوذ بالله من ذٰلك
Ust Indra 

Kenapa Iblis tak mendatangi anak Adam dari Atas????

Bismillah..

📝 Kenapa Iblis tak mendatangi anak Adam dari Atas????
.
Iblis berkata: "Karena Engkau telah menghukumku tersesat, maka aku benar-benar akan menghalang-halangi mereka dari jalan-Mu yang lurus, kemudian aku akan mendatangi mereka dari depan dan  belakang , dari kanan dan dari kiri mereka. Dan Engkau tidak akan mendapati kebanyakan mereka bersyukur (taat). (Qs. Al-a'raf: 16-17)

Dalam Ayat tersebut Iblis berkata akan mendatangi anak Adam dari seluruh Arah; depan, belakang, kanan dan kiri,

Tapi Kenapa iblis tidak menyebutkan arah atas?

Imam Ibnu Katsir berkata:

آتَاك يَا اِبْن آدَم مِنْ كُلّ وَجْه غَيْر أَنَّهُ لَمْ يَأْتِك مِنْ فَوْقك لَمْ يَسْتَطِعْ أَنْ يَحُول بَيْنك وَبَيْن رَحْمَة اللَّه

Dia (Iblis) mendatangimu dari seluruh segi (arah) akan tetapi dia tidak mendatangimu dari arah atasmu, dia tidak mampu menghalangi antara dirimu dengan rahmat tuhanmu (Allah). (Tafsir al-Qur'an al-Adzim, al-Imam Abu Fida Ibnu Katsir, tafsir al-A'raf ayat 17)
.
=====
.
Allah tinggi di atas seluruh makhluknya, baik dzatnya maupun sifat kemulian dan kekuasaannya.

Wallahu a'lam
.
✏ Ustadz Fadlan Fahamsyah

tidak akan mencium bau surga bagi wanita yg tidak menutup auratnya

Tidaklah Allah di ingat dalam keadaan sulit kecuali akan mudah, dalam keadaan susah kecuali akan gampang, dalam keadaan berat kecuali akan ringan, dalam keadaan sangat payah kecuali akan hilang, dalam keadaan susah kecuali akan bebaskan

Ibnul Qayyim rahimahullah berkata;
"Tidaklah Allah di ingat dalam keadaan sulit kecuali akan mudah, dalam keadaan susah kecuali akan gampang, dalam keadaan berat kecuali akan ringan, dalam keadaan sangat payah kecuali akan hilang, dalam keadaan susah kecuali akan bebaskan."

Al wabilus shayyib 105
Ust Ja'far partoyo 

penyebab engkau di ganggu jin dan manusia

Orang yang selalu berzikir akan masuk surga dalam keadaan tertawa.

Orang yang selalu berzikir akan masuk surga dalam keadaan tertawa.
Ibnul Qayyim-Al Wabil Ash Shayyib
Ust berian muntaqo

akhwat gadungan musik di bilang halal

https://m.facebook.com/story.php?story_fbid=10153454972218190&id=670058189

berjihad melawan diri dan hawa nafsu

CINTA KETENARAN SEBAB KEBINASAAN

CINTA KETENARAN SEBAB KEBINASAAN

Syaikh Ali bin Hasan Al-Halabi Al-Atsari rahimahullahu berkata: Aku tidak bisa menghitung berapa kali aku mendengar guru kami Imam Al-Albani rahimahullahu menasihatiku dan para pemuda sepertiku sejak seperempat abad yang lalu bahkan lebih dari itu (dengan ucapan di bawah ini):

Cinta ketenaran sebab kebinasaan
Cinta ketenaran sebab kebinasaan
Cinta ketenaran sebab kebinasaan

Aku berharap dengan penuh kecemasan semoga aku bisa mengambil manfaat dari wasiat yang berharga ini. Ya Allah ampuni diriku ini.

(Diterjemahkan dari channel telegram Syaikh Ali bin Hasan Al-Halabi rahimahullahu tanggal 28 Mei 2021)
Ust Abdurahman thoyib

“Bila dirimu ingin menguji akhlak seseorang, maka jangan lihat bagaimana dia memperlakukan atasannya dan teman temannya. Tapi lihatlah bagaimana caranya memperlakukan orang fakir dan miskin

إذا أردت أن تختبر خلق إنسان فلا تنظر إلى تعامله مع رؤسائه أو زملائه ولكن انظر إلى كيفية تعامله مع الفقراء والمساكين

“Bila dirimu ingin menguji akhlak seseorang, maka jangan lihat bagaimana dia memperlakukan atasannya dan teman temannya. Tapi lihatlah bagaimana caranya memperlakukan orang fakir dan miskin”

-Syaikh Sa’ad Al Khatslan حفظه الله
Ust Abdurahman 

Sutroh dalam madzhab syafi'i

Sutroh dalam madzhab syafi'i 
Oleh: Muhammad Riezky Pradana 

1. Apa itu Sutroh? 
Sutroh artinya segala sesuatu yang berdiri di depan orang yang sedang shalat, dapat berupa tongkat, atau tanah yang disusun, atau semacamnya untuk mencegah orang lewat di depannya. 

2. Apa hukum menggunakan Sutroh ketika sholat? 
Hukumnya sunnah menurut ulama syafi'iyah, dan ini adalah pendapat jumhur ulama, bahkan dinukilkan adanya Ijma' akan kesunnahannya. 

3. Bagaimana urutan Sutroh? 
Dalam madzhab syafi'i, Sutroh mempunyai 4 tingkatan yang mana seseorang tidak boleh berpindah ke tingkat selanjutnya tanpa uzur. Urutannya sebagai berikut :
a. Menggunakan sesuatu yang memang tsabit/tegak sejak awal, seperti dinding atau tiang
b. Jika tidak ada maka bisa menggunakan tas, kayu (seperti digambar), tongkat dan yang semisalnya 
c. Jika tidak ada juga maka bisa menggunakan sesuatu yang dihamparkan seperti sajadah dan semisalnya
d. Jika tidak ada juga maka pilihan terakhir adalah dengan menggambar garis baik didepan ('ardhan) atau disamping kiri/kanan dengan memanjang (thuulan), dan inilah yang lebih afdhol (dengan memanjang) 

Hal ini berdasarkan hadits nabi shallallahu alaihi wasallam : "Dari Abu Hurairah bahwasanya Rasulullah ﷺ bersabda: "Apabila salah seorang di antara kalian mengerjakan shalat, maka hendaklah dia meletakkan sesuatu di depannya. Jika dia tidak menemukan, hendaklah dia menancapkan sebuah tongkat. Jika dia tidak membawa tongkat, hendaklah dia membuat garis, kemudian tidak memudharatkannya sekalipun ada yang lewat depannya."
(HR. Abu Daud: 689)

4. Bagaimana standar Sutroh yang memenuhi syarat? 
Sutroh yang standar setidaknya harus memenuhi 4 syarat, yaitu:
a. Tingginya minimal lebih kurang 32 cm 
b. Jarak antara tumit orang yang sholat dengan Sutroh adalah lebih kurang 144 - 150 cm
c. Harus sesuai urutan yang disebutkan diatas
d. Tidak sholat ditempat lalu lalang orang seperti sholat di dekat pintu keluar masjid

5. Apa konsekuensi seseorang yang menggunakan Sutroh yang telah memenuhi syarat? 
Jika seseorang telah memenuhi 4 syarat diatas dalam menggunakan Sutroh maka dia telah mendapatkan pahala menggunakan Sutroh saat shalat dan juga diharamkan orang lain untuk lewat didepannya ketika shalat. Dan boleh baginya untuk menghalangi orang lewat tersebut. Maka sebaliknya jika salah satu syarat itu tidak terpenuhi maka dua konsekuensi tadi tidak berlaku baginya.

Wallahu a'lam bish shawab 

Referensi :
- Fathul Mu'in, Darul Faiha, hal 90-91
- I'anatu Ath-Thalibin, Darus Salam, 1/494-495

Bagi para penuntut ilmu yang ingin mendalami permasalahan tamadzhub (bermadzhab), saya menasehatkan untuk membaca kitab ini,

Bagi para penuntut ilmu yang ingin mendalami permasalahan tamadzhub (bermadzhab), saya menasehatkan untuk membaca kitab ini, 
3 jilid, 1680 halaman dengan daftar isi.
Semoga Allah memberkahi waktu kita untuk tetap belajar, membaca dan belajar lagi, membaca lagi.
semoga Kafin Syafin, jami’ mani’.

Disamping sangat banyak nilai dan pengaruh positif dalam bermadzhab atau menuntut ilmu dari madzhab yang disebutkan dalam kitab ini.

Penulis juga menyebutkan:
Pasal Kedua: Pengaruh Buruk Dalam Bermadzhab
Pembahasan pertama: Muncul taasub madzhab
Pembahasan kedua: Pengakuan tertutupnya pintu ijtihad dan memerangi siapa yang menyelisihi pendapat ini.
Pembahasan ketiga: Muncul sikap akal licik dalam hukum fikih.
Pembahasan keempat: Tidak ada keinginan menoleh kepada madzhab lain.

Pembahasan kedua: Muncul Taasub Madzhab, contoh praktiknya:
- Berpaling dari pendalilan Alquran dan hadits
- Menolak pendalilan ayat dan hafits shahih dan sangat berusaha untuk hal itu.
- Membela madzhab dengan hadits yang lemah/ngawur.
- Berdalil dengan hadits selama sesuai dengan pendapat madzhabmya dan menolak hadits yang sama ketiak bertentangan dengan pendapat madzhabnya.

Sebab terjadinya pengaruh buruk dalam bermadzhab:
1. Bersikap ghuluw (berlebih-lebihan dalam mengagungkan) para imam madzhab
2. Mengira bahwa tidak sesuatu yang luput dari ilmunya para imam madzhab
3. Mengikuti hawa nafsu
4. Taasub madzhab
5. Suka berdebat dan jidal.
Ust Ahmad Zainuddin 
https://www.facebook.com/1168938597/posts/10222055893844252/

Tanda-Tanda Terkena 'Ain

Tanda-Tanda Terkena 'Ain

Syaikhunâ Sulthan Hafizhahullah menyebutkan tanda-tanda seseorang terkena 'ain untuk menepis was-was pada dirinya apakah ia terkena 'ain atau tidak. Syaikhunâ menyebutkan tiga tanda yang menurut beliau secara gamblang menunjukkan bahwa yang bersangkutan terkena 'ain :
1. Perubahan drastis yang tiba-tiba terhadap kesehatan diri, rumah, kendaraan yang dimilikinya dan yang semisalnya tanpa ada sebab. Semisal setelah pulang dari perkumpulan tiba-tiba kondisi kesehatannya berubah drastis tanpa ada sebab.

2. Bermimpi buruk yang menakutkan dan setelah terbangun badan terasa sangat lelah. seperti bermimpi jatuh dari ketinggian, dikejar-kejar binatang buas.
Jika tanda ini dibarengi juga dengan tanda sebelumnya, maka kuat dugaan ia terkena 'ain.

3. Perasaannya dadanya merasa selalu sempit pada sebagian waktu, moodnya jelek bawaannya.
Termasuk juga sering menguap ketika membaca Al-Qur`an padahal tidurnya sudah cukup banyak.

Lebih lengkapnya penjelasan beliau ada dalam video
https://www.facebook.com/100034708846450/posts/537838060716484/

Adab Duduk di Majlis Ilmu

Adab Duduk di Majlis Ilmu

Ada dua duduk yang di jelaskan oleh Syaikh Sholih Al-Ushoimy Hafidzahullahu Ta'ala  di Kitab Syarh Tadzkirtus Sami wal Mutakallim yang bisa dilakukan seseorang ketika duduk di Majlis ilmu.

1. Seperti Tasyahud Awal dalam Sholat (Lihat Gambar),
2. Bersila (Lihat Gambar).

Tanpa nyandar.

Ini adalah dua duduk yang penuh Adab ketika di Majlis Ilmu.

Tentu ini hukum asalnya, adapun ketika sudah sepuh, atau sakit seperti kesemutan, rematik, asam urat atau yang lain, maka boleh duduk yang membuat dia nyaman agar tetap mengikuti kajian.

Diusahakan izin kepada Guru jika mampu, agar tidak terjadi suudzon, antara guru dan murid, maupun sesama murid.

Yusuf bin Husain berkata :
بالأدب تفهم العلم
"Dengan adab, kamu dapat memahami ilmu" 
________________________

~ Abu Yusuf ~

Disebutkan dalam kitab ini, diantara tanda bermanfaatnya ilmu seseorang adalah ketika ilmu seseorang dapat menggandengnya menjauh dari dunia dan bahkan ilmunya bisa mengajak pemiliknya menjauh dari rasa ingin dihormatkan di dunia begitupula dari ketenaran dan rasa ingin dipuji

Disebutkan dalam kitab ini, diantara tanda bermanfaatnya ilmu seseorang adalah ketika ilmu seseorang dapat menggandengnya menjauh dari dunia dan bahkan ilmunya bisa mengajak pemiliknya menjauh dari rasa ingin dihormatkan di dunia begitupula dari ketenaran dan rasa ingin dipuji. Karena dengan bersungguh-sungguh menjauhi dari hal diatas merupakan salah satu indikasi bahwasannya ilmu yang diemban adalah ilmu yang bermanfaat. Maka walaupun ia tidak sengaja terjatuh dalam lubang ketenaran, maka pasti tidak lain yang akan muncul pada diri seorang tersbut hanyalah rasa takut dan khawatir yang tinggi, karena dia sadar bahwasannya hal tersebut (keternaran dan semisalnya) merupakan bentuk makar dan istidrāj yang Allah timpakan padanya. 
Sebagaimana Imam Ahmad dahulu mengkhawatirkan hal tersebut terjadi padanya ketika nama beliau sudah mulai terkenal.

Kitab bagus untuk dibaca 
Ust Hamzah 

Sofyan At-tsauri rahimahullah berkata :"Tidak ada tempat terbaik bagi wanita daripada rumahnya walau sudah nenek2."

"Sofyan At-tsauri rahimahullah berkata :"Tidak ada tempat terbaik bagi wanita daripada rumahnya walau sudah nenek2."

At-tamhid 6/605
Ust rizki 

boleh jadi rezeki mu bukan di harta

Kitab al-Ibanah ini merupakan karya Imam Abul Hasan al-Asy'ariy (Rahimahullahu).

Kitab al-Ibanah ini merupakan karya Imam Abul Hasan al-Asy'ariy (Rahimahullahu).
.

Insya Allah akan kami konsultasikan dengan asatidzah terlebih dahulu hasil terjemahannya. Baru setelah itu turun cetak dan disebarkan. Biidznillah.

***

Apakah kitab ini bisa didapatkan secara free atau harus membeli ?
.

Jika rekan-rekan memiliki harta berlebih, kiranya berkenan  membeli kitab ini, insya Allah tidak mahal, yang mana 100% hasil dari penjualan ini untuk mendanai program Dakwah dari Tim Sahabat Tauhid, karena memang kami mencari pendanaan hanya melalui akad jual-beli, tidak akan pernah dgn donasi.
.

Namun jika rekan-rekan belum memiliki kelapangan untuk membelinya, insya Allah kami sudah siapkan file versi e-Book nya.

***

Hanya kepada Allah Ta'ala kami memohon taufiq. 

Bararakallahu Fiikum

-----------------------------------

~al-Faqiir Abu Musa al-Fadaniy

Membela Imam Abul Hasan al-Asy'ariy (Rahimahullahu)

:: Membela Imam Abul Hasan al-Asy'ariy (Rahimahullahu)
.

Bismillahirrahmanirrahim.
.

Terjadinya penolakan dari sebagian pengikut Imam Abul Hasan al-Asy'ariy akan sebuah fakta bahwa Imam Abul Hasan al-Asy'ariy telah rujuk kepada Manhaj para Salaf sebelum wafatnya merupakan fenomena yang dapat dipahami alasannya. 

Mengapa dapat dipahami alasannya ?

Bagaimana tidak, mereka sudah terlanjur bersusah payah mempelajari Aqidah lama Imam Abul Hasan al-Asy'ariy (ketika ia masih diatas Aqidah mu'tazilah / kullabiyah), pengorbanan harta dan waktu yang begitu panjang telah mereka curahkan, lalu tetiba mengetahui ternyata Imam Abul Hasan al-Asy'ariy ruju' kepada manhaj as-Salaf, maka betapa hancurnya perasaan mereka, terlebih tak tanggung-tanggung, sebagai bukti kesungguhan ruju'nya Imam Abul Hasan al-Asy'ariy  kepada Aqidah yang murni, yaitu aqidah yang dipahami oleh generasi as-Salaf (Radiyallahu 'anhum), ia telah menulis banyak buku membantah Aqidahnya yang lama.

***

Berbagai tuduhan dusta atas Imam Abul Hasan al-Asy'ariy disebarkan dari zaman ke zaman, tak ubahnya seperti kaset usang yang dipaksa untuk terus diputar, guna menutupi fakta yang amat menyakitkan bagi para pengekor hawa nafsu. 

Berbagai manuver keji mereka lancarkan untuk menolak fakta taubatnya Imam Abul Hasan al-Asy'ariy. 
.

Betul...
Tentu saja mereka harus menolak fakta tersebut, karena jika mereka mengakui ruju'nya Imam Abul Hasan al-Asy-'ariy kepada Manhaj Salaf, maka sama saja mengakui bahwa aqidah mu'tazilah yang mereka imani hingga hari ini  merupakan Aqidah yang bathil, aqidah yang menyimpang, dan Aqidah Salaf lah aqidah yang benar. 
.

Sehingga masuk akal jika mereka mati-matian menolak fakta sejarah bahwa Imam Abul Hasan al-Asy'ariy telah ruju' kepada Manhaj Salaf

***

Di dalam Aqidah Salaf, maka salaf (pendahulu) nya yaitu para Sahabat Nabi Radiyallahu 'anhum. Adapun Aqidah Mu'tazilah (yang digagas Washil bin ‘Atha’, mantan muridnya Imam Hasan al-Bashri Rahimahullahu). maka "salaf"nya bermuara kepada rahimnya Jahmiyyah. dengan puggawanya yaitu Jahm bin Shafwan,  

***

Berikut ini beberapa syubhat dari orang-orang yang menolak fakta ruju'nya Imam Abul Hasan al-Asy'ariy  kepada Manhaj Salaf, dan kami sertakan bantahannya, semoga dengan ini dapat mencerahkan bagi orang-orang yang memang jujur mengikuti kebenaran.
.
.

Syubhat #1 : Mereka mengklaim bahwa Imam Abul Hasan al-Asy'ariy tidak pernah membuat kitab al-Ibanah, adapun kitab al-Ibanah yang sudah tersebar tersebut merupakan karangan orang-orang "wahabi". Dan sekaligus mengklaim bahwa tidak pernah Imam Abul Hasan al-Asy'ariy rujuk kepada Manhaj as-Salaf.
.

Bantahan Syubhat-1 :
Pertama, ada puluhan ulama pada ratusan tahun lalu yang bersaksi bahwa Kitab al-Ibanah 'an ushuuli ad-Diyanah benar-benar ditulis oleh Imam Abul Hasan al-Asy'ariy (Wafat pada tahun 324 H), bahkan puluhan ulama Ahlus Sunnah tersebut menceritakan secara mendetail berkenan ruju'nya Imam Abul Hasan al-Asy'ariy kepada Manhaj as-Salaf. 
.

Mereka adalah ulama Ahlus Sunnah yang menjadi rujukan kaum muslimin sampai hari ini, apakah masuk akal puluhan ulama besar tersebut berdusta ? Tentu tidak mungkin. Berikut kami akan sebutkan satu per satu sebatas yang kami mampu, Biidznillah 
.

#1 al-Haafidz Ibnu 'Asaakir (wafat pada tahun 571 H)
Beliau menjelaskan berkenaan hal ini pada kitab beliau yang berjudul at-Tabyiin.
.

#2 Imam Abu Nashr as-Sajzi (wafat pada tahun 444 H)
Beliau menukilkan penjelasan Kitab al-Ibanah pada kitabnya yang membantah ahlul kalam
.

#3 Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah (wafat pada tahun 728 H)
Syaikhul islam menukilkan kitab al-Ibanah di banyak karya tulis beliau, diantaranya yang berjudul Bayanu Talbisi al-Jahmiyyah, al-Fatawa, dan Dar at-Ta'awudh
.

#4 Imam Ibnul Qayyim (wafat tahun 751 H)
Beliau menukilkan kitab al-ibanah di beberap buku beliau, satu diantaranya yg berjudul Ijtima'ul Juyusyil Islamiyyati
.

#5 Abu Bakr Ahmad bin al-Husain bin 'Ali al-khurosani al-Baihaqi (wafat tahun 458 H)
Beliau jelaskan di kitabnya yang berjudul al-I'tiqad wal Hidayah ila sabilir rasyad
.

#6 Syaikhul Islam Abu Ustman Isma'il bin Abdirrahman bin Ahmad ash-Shobuni (Lahir tahun 373 H)
Ibnu 'Asaakir menceritakan Imam Ash-Shobuni sering membawa Kitab al-Ibanah ditangannya ketika hendak mengajar
.

#7 Imam an-Nawawi (wafat 676 H)
Imam Adz-Dzahabi menceritakan di dalam kitab al-Uluw bahwa Imam an-Nawawi memiliki salinan Kitab al-Ibanah karya Imam Abul Hasan al-Asy'ari
.

#8 Imam Adz-Dzahabi (wafat 748 H)
Beliau jelaskan panjang lebar dalam kitabnya yang berjudul al-'Uluw Lil 'Aliyil Ghaffar dan Tarikh Islam
.

#9 Ibnu Farhuun al-Maliki (Wafat pada tahun 799 H)
Beliau menjelaskan terkait al-Ibanah karya Imam Abul Hasan al-Asy'ariy di kitab beliau yang berjudul Kitab ad-Dibaaj al-Madzhab
.

#10 Abu Fallah Abdul Hayyi bin 'Imaad al-Hanbali (wafat pada tahun 1098 H)
Beliau menjelaskan perihal kitab al-Ibanah di kitab beliau yang berjudul Syadzaraat adz-Dzahab Fii A'yanil Madzhab
.

#11 Sayyid Murtadha az-Zubaidy (wafat pada tahun 1205 H)
Beliau terangkan di kitab beliau yang berjudul Ithaafus Sa'adah al-Muttaqin bi Syarh Asraari Ihya' Ulumuddin
.

#12 al-Hafidz Taqiyuddin al-Maqrizi (wafat pada tahun 845 H)
Dijelaskan oleh beliau dalam kitabnya yang berjudul al-Mawa'itz wa' I'tibar
.

#13 al-Faaqih Abul Ma'aly Mujla (wafat pada tahun 550 H)
Beliau uraikan di kitab beliau yang berjudul Fiqih adz-Dzakhaair
.

#14 Imam Ibnu Abdil Baar (wafat pada tahun 463 H)
Secara tegas beliau uraikan di kitab beliau yang berjudul at-tamhid dan al-Istidzkar
.

#15 al-Haafidz Abu Bakr as-Sam'aniy al-khurasaniy (Mufti Khurasan, wafat pada tahun 562 H)
Hal ini telah diuraikan oleh Syaikhul Islam di kitab yang berjudul Bayanu Talbisi al-Jahmiyyah
.

#16 al-Qadhi Abu Bakr al-Baqilaniy (wafat pada tahun 402 H)
dipaparkan pada Kitabnya yang berjudul Thabaqat al-Fuqaha asy-Syafi'in
.

#17 Ibnu Darbas asy-Syafi'i (wafat tahun 605 H)
diuraikan secara mendetail pada kitabnya yang berjudul Risalah Fii adz-Dzab 'an abil Hasan al-Asy'ariy
.

#18 al-hafidz Ibnu Katsir (wafat pada tahun 774 H)
Beliau jelaskan di kitab Thabaqat asy-Syafi'iyyah & al-Bidayah wa an-Nihayah
.

#19 Abu Bakr Ibnu Faurak (Wafat 406 H)
Beliau menjelaskan secara detail kisah perjalanan Abul Hasan al-Asy'ariy dalam mencari hidayah, dan menyebutkan Imam Abul Hasan al-Asy'ariy keluar dari manhaj Mu'tazilah menuju Manhaj para as-Salaf pada tahun 300H
.

#20 al-Khatib al-Baghdadiy (wafat pada tahun 463 H)
Beliau uraikan di kitabnya yang berjudul Tarikh Baghdadiy
.

#21 Ibnu Khallikan (wafat pada tahun 681 H)
Beliau jelaskan di kitab yang berjudul Wafayatul a'ayan
.

#22 Imam Taajuddin as-Subki (wafat pada tahun 771 H)
Dipaparkan pada kitabnya yang berjudul Thabaqaatul asy-Syaafi'iyyah al-Kubra
.

#23  al-Hafidz Ibnu Hajar al-'Astqalaniy (wafat pada tahun 852 H)
Diuraikan di kitabnya yang berjudul Lisaanul Mizan
.

#24 Abu Muhammad Ibnu Thabbakh (wafat pada tahun 575 H)
Syaikhul Islam menjelaskan di kitab Bayanu Talbisi al-Jahmiyyah bahwa Ibnu Thabbakh banyak menukil dari kitab al-Ibanah 
.

#25 - ~ Para Ulama Kontenporer seperti Syaikh al-Utsaimin, Syaikh Shaalih al-Fauza, Syaikh Isma'il al-anshory, Syaikh 'abdul aziz bin Baaz
.

Dan masih banyak lagi yang belum kami sebutkan satu per satu karena keterbatasan kami.
.
.
Kemudian, framing mereka bahwa "wahabi" merupakan dalang atas kitab al-Ibanah, maka ini sangat membingungkan.  Karena mereka sendiri yang menyatakan bahwa "wahabi" dinisbatkan kepada sosok Syaikh Muhammad bin Abdil Wahab (Rahimahullahu), yang mana beliau lahir pada tahun 1206 H, maka bagaimana mungkin puluhan ulama Ahlus Sunnah yang telah mempersaksikan bahwa Imam Abul Hasan al-Asy'ariy ruju' kepada Manhaj Salaf juga diframingkan sebagai "Wahabi" ? Padahal para ulama tersebut wafat ratusan tahun sebelum Syaikh Muhammad bin Abdil Wahab lahir. Maka syubhat mereka pada poin ini sangatlah lemah.
.

******

Syubhat #2 : Sebagian Ahlul Bid'ah yang sedikit cerdas, tidak berani menuduh bahwa Kitab al-Ibanah tidak ditulis oleh Imam Abul Hasan al-Asy'ariy, namun mereka menebarkan syubhat bahwa isi dari Kitab al-Ibanah telah dipalsukan oleh "wahabi". Dan sebagian mereka memberikan syubhat  bahwa Kitab al-Ibanah cetakan non-arab saudi ada perbedaan dengan kitab al-Ibanah cetakan arab saudi. 
.

Bantahan Syubhat #2 :
Para pengikut hawa nafsu mungkin tidak tahu, bahwa diantara bukti kesungguhan Imam Abul Hasan al-Asy'ariy dalam membantah Aqidahnya yang lama, ia telah membantahnya dgn menulis kitab yang sangat banyak judulnya, sehingga Aqidah beliau di Kitab al-Ibanah 'an Ushuuli ad-Diyanah sama dengan kitab-kitab beliau lainnya yg ditulis saat ia ruju' kepada manhaj as-Salaf. 
.

Berikut diantara kitab-kitab yang ditulis oleh Imam Abul Hasan al-Asy'ariy dalam menjelaskan prinsip-prinsip Aqidah as-Salaf & membantah aqidah mu'tazilah :

- al-Mujiiz 

- Asyful Asrar wa Hatkul Asrar

- Mufiid Fii Radd 'ala Jahmiyyah wal mu'tazilah 

- Maqalaatul Islamiyyin Wakhtilaafil Mushallin

- Risalah ila ahli tsagar

- al-luma' al-kabir & al-luma' ash-shagir

Adapun  kitab yang paling terakhir beliau tulis sebelum wafatnya yaitu Kitab al-Ibanah 'an Ushuuli ad-Diyanah.
.

Apakah para pengikut hawa nafsu tersebut juga akan sesumbar mengklaim bahwa semua kitab-kitab diatas ini juga dipalsukan oleh "wahabi" ? Maka klaim yang demikian tersebut sangat mengada-ada, karena para ulama ahlus sunnah yang hidup ratusan tahun lalu juga telah menukilkan kitab-kitab tersebut dalam menjelaskan Aqidah Imam Abul Hasan al-Asy'ari yang ruju' kepada manhaj as-Salaf.
.

Kemudian mereka menerbar syubhat, bahwa Kitab al-Ibanah cetakan non-arab saudi ada perbedaan dengan kitab al-Ibanah cetakan arab saudi, maka ini bukti bahwa "wahabi" telah mengubah-ubah isi kitab al-Ibanah. Maka klaim ini tidak benar. 

Mengapa tidak benar ? 

Pertama,  perbedaan yang minor diantara mauskrip itu merupakan hal yang lazim, dan ini terjadi dibanyak manuskrip, dan perbedaan minor tersebut tidak sampai mengubah subtansi isi kitab, Semisal pada bagian awal kitab al-Ibanah, di sebuah manuskrip tertulis "وهو الواحد القاهر", adapun di manuskrip yang dijadikan pegangan cetakan arab saudi tertulis : "وهو الله الواحد القاهر". 

Hal-hal minor seperti ini tidak saling bertentangan, malah seringnya memperkuat satu dengan yang lainnya, dan yang paling terpenting tidak mengubah prinsip-prinsip aqidah salaf yang diuraikan oleh Imam Abul Hasan al-Asy'ariy. 
.

Dan betapa rusaknya cara berlogika mereka, kebencian mereka kepada Negeri Tauhid Arab Saudi begitu besar, sampai-sampai jika ada perbedaan antara kitab al-Ibanah cetakan non-arab saudi dengan cetakan arab saudi, maka mereka langsung klaim yg salah adalah cetakan arab saudi. 
.
Seharusnya jika mereka berani mengklaim al-Ibanah cetakan arab saudi adalah palsu, maka cara berlogika yang benar yaitu mereka harus menghadirkan manuskrip yang belum dipalsukan "wahabi". Namun sayangnya mereka tidak mampu (dan tidak akan pernah mampu) menghadirkan manuskrip yang mereka klaim belum dimanipulasi oleh "wahabi. 
.
Jika demikian, lantas bagaimana metodologi mereka dalam menentukan manuskrip mana yang paling shahih ? Tentu saja, omong kosong mereka ini tak lain hanya sangkaan yang sangat mengada-ada.
.

Pun juga, jika mereka memaksa agar orang-orang awam meyakini bahwa Kitab-Kitab karya Imam Abul Hasan al-Asy'riy  yang ruju' kepada Manhaj as-Salaf  adalah kitab-kitab yang telah dipalsukan, maka setidaknya mereka harus punya dua hal untuk membuktikan omong kosong mereka tersebut
.

Pertama, mereka harus dapat menghadirkan semua manuskrip kitab-kitab karya Imam Abul Hasan al-Asy'riy  (kitab-kitab yang menjelaskan Aqidah as-Salaf), yang belum dimanipulasi oleh "wahabi". Sehingga demikian, kita dapat melakukan perbandingan manuskrip bersama-sama. Namun sayangnya, mereka tidak pernah mampu.Karena manuskrip yang ada saat ini, secara substansi, semuanya sama.
.

Kedua. mau tidak mau, mereka terpaksa harus meyakini juga bahwa semua kitab para ulama ahlus sunnah yang ditulis ratusan tahun lalu berkenaan ruju'nya Imam Abul Hasan al-Asy'ariy kepada manhaj as-Salaf adalah palsu / dipalsukan oleh "wahabi", sehingga konsekuensi logisnya, mereka harus menghadirkan semua manuskrip kitab-kita para ulama ahlus sunnah tersebut yang belum dimanipulasi oleh "wahabi". Maka barulah kemudian dapat kita bandingkan bersama-sama semua manuskrip tersebut. Namun tentu saja, ini pekerjaan lebih berat lagi bagi mereka, dan (lagi-lagi) mereka tidak akan pernah mampu sampai kapanpun. 

*******

Sebetulnya fakta akan ruju'nya Imam Abul Hasan al-Asy'ariy kepada Manhaj para as-Salaf merupakan perkara yang sangat terang benderang, maka jika seseorang memang mengidolakan sosok Imam Abul Hasan al-Asy'ariy, hendaknya ia ikuti aqidah yang dipegang oleh beliau sebelum wafatnya, yaitu Aqidah yang juga dianut oleh para sahabat nabi (Radiyallahu 'anhum). 

***

Dan bagi anda tak terima dengan ruju' Imam Abu Hasan al-Asy'ari kepada manhaj as-Salaf, maka silahkan saja anda tetap beriman dengan Aqidah beliau yang lama (yaitu Aqidah Mu'tazilah / Kullabiyah), itu hak anda. Akan tetapi, tidak halal atas anda berdusta atas nama Imam Abul Hasan al-Asy'ariy, karena sungguh beliau (Rahimahullahu) telah menunjukkan kesungguhannya dalam taubatnya, dan beliau telah berlepas diri dari aqidah beliau yang lama.

***

Semoga Allah Ta'ala memberikan kita jiwa yang hanif seperti Imam Abul Hasan al-Asy'ariy, ia habiskan waktunya untuk mencari kebenaran, bukan mencari pembenaran.  Ketika ia menyadari itu salah, maka ia segera ruju' atas kesalahannya. 

-------------------------

Baarakallahu Fiikum
~al-Faqiir Abu Musa al-Fadaniy
(jika menemukan kekeliruan dalam tulisan ini, mohon berkenan menasihati kami, dgn menyertakan bukti-bukti yang ilmiah)

Sabtu, 29 Mei 2021

Soal: Sebelum Imam yang empat rahimahullah, yaitu para shahabat dan para tabii apakah mereka bermadzahab?, jawab: tidak. Berarti selesai urusan!

1. س: قبل الأئمة الأربعة: التابعون والصحابة رضي الله عنهم كانو متمذهبين؟
ج: لا, بس انتهى الأمر
2. إيجاب الناس أن تكون حنفيا أو مالكيا أو شافعيا أو حنبليا لا يجوز, بل حتى هؤلاء الأئمة الأربعة لم يوجبها على الناس ولم يطلبوها من الناس أصلا بل كانوا ينهون عن تقليدهم دون علم
3. الصحابة والتابعون لم يكونوا متمذهبين
4. فرق بين دراسة المذهب والتعبد بالمذهب
5. لا شك أن دراسة الفقه عن طريق المذهب أنفع بكثير من التنقل
6. لكن التعبد, لا يعبد الله إلا بما صح وثبت
7. الإنسان يأخذ المذاهب كدراسة لا كعبادة
1. Soal: Sebelum Imam yang empat rahimahullah, yaitu para shahabat dan para tabii apakah mereka bermadzahab?, jawab: tidak. 
Berarti selesai urusan!
2. Mewajibkan manusia untuk menjadi seorang bermadzhab Hanafi atau Maliki atau Syafii atau Hanbali tidak diperbolehkan, bahkan sampai para imam yang empat tidak mewajibkannya atas manusia, dan mereka tidak menuntutnya dari awalnya, bahkan mereka melarang untuk mengikuti mereka tanpa ilmu (taklid).
3. Para shahabat dan para tabii belum bermadzhab
4. Bedakan antara belajar fikih dari madzhab dengan beribadah dengan madzhab
5. Tidak diragukan bahwa belajar fikih daroi madzhab sangat lebih bermanfaat daripada belajar berpindah-pindah.
6. Tetapi urusan beribadah, maka tidak beribadah kepada Allah kecuali dengan yang sahih dan tetap (dalilnya-pen).
7. Seseorang hendaknya menjadikan madzhab untuk belajar bukan untuk beribadah (dengannya-Pen).
Disarikan dari Asy Asyaikh Dr. Ustman Al Khamis hafizhahullah.

Ust Ahmad Zainuddin Al banjary


Selaras dengan apa yang dijelaskan Syaikh Sa'ad Asy Syitsri ketika menjelaskan faidah belajar kitab-kitab madzhab
komentar diatas dari ust Ristiyan Ragil Putradianto

al-Imaam Ahmad bin Hanbal : Janganlah engkau berbicara/berpendapat pada suatu permasalahan yang mana engkau tidak memiliki imam panutan di dalamnya

Berkata Syaikhul-Islaam Ibnu Taimiyyah -rahmatullaahi ta'aalaa 'alaihi- :

وكل قول ينفرد به المتأخر عن المتقدمين ولم يسبقه إليه أحد منهم، فإنه يكون خطأ، كما قال الإمام أحمد بن حنبل: إياك أن تتكلم في مسألة ليس لك فيها إمام.

“Dan setiap pendapat mutaakhkhiriin (orang-orang belakangan) yang bersendirian dari mutaqaddimiin (orang-orang yang terdahulu) dan tidak ada yang mendahuluinya seorang pun dalam berpendapat sepertinya dari kalangan mutaqaddimiin, maka sungguh pendapat tersebut terhitung salah (keliru), sebagaimana yang dikatakan oleh al-Imaam Ahmad bin Hanbal : Janganlah engkau berbicara/berpendapat pada suatu permasalahan yang mana engkau tidak memiliki imam panutan di dalamnya.”

(Majmuu'ul-Fataawi, 21/291)
Ust muhibin

Apabila engkau melihat seseorang mengamalkan suatu amalan yang masih diperselisihkan, dan engkau berpandangan / memiliki pendapat lain (yang berbeda dengannya), maka janganlah engkau mencegahnya (tuk mengamalkan amalannya tersebut)"

Al-Imaam Qataadah -rahmatullaahi ta'aalaa 'alaihi- berkata:

ﻣَﻦْ ﻟَﻢْ يَعرف ﺍﻟِﺎﺧْﺘِﻠَﺎﻑَ ﻟَﻢْ ﻳَﺸُﻢَّ ﺭَﺍﺋِﺤَﺔَ ﺍﻟْﻔِﻘْﻪِ ﺑِﺄَﻧْﻔِﻪِ

"Siapa yang tidak mengetahui perbedaan/perselisihan (pendapat diantara para 'ulama), maka berarti hidungnya belum pernah mencium bau 'ilmu fiqh."
[Jaami' Bayaanil 'ilmi juz 2 halaman 814-815, al-Muwaafaqaat juz 5 halaman 121]

Al-Imaam Sufyaan ats-Tsauriy -rahmatullaahi ta'aalaa 'alaihi- berkata:

إِذَا رَأَيْتَ الرَّجُلَ يَعْمَلُ الْعَمَلَ الَّذِي قَدِ اخْتُلِفَ فِيهِ وَأَنْتَ تَرَى غَيْرَهُ فَلا تَنْهَهُ

"Apabila engkau melihat seseorang mengamalkan suatu amalan yang masih diperselisihkan, dan engkau berpandangan / memiliki pendapat lain (yang berbeda dengannya), maka janganlah engkau mencegahnya (tuk mengamalkan amalannya tersebut)"
[Hilyatul Auliyaa 3/133, al-Faqiih wal Mutafaqqih 2/69]
Ust muhibin

Ini merupakan poin terpenting dalam rangkaian adab-adab yang ada. Yaitu tatsabbut (konfirmasi /memastikan tentang kebenaran) berita yang dinukilkan dan tatsabbut dalam penilaian/vonis yang akan anda jatuhkan (terkait dengan berita tersebut)

Asy-Syaikh Ibnu 'Utsaimiin -rahimahullaah- berkata :

هذا أهم ما يكون في هذه الآداب، وهو التَّثَبُّتُ فيما ينقل من الأخبار، والتَّثَبُّتُ فيما يصدر منك من الأحكام، فالأخبار إذا نقلت فلا بد أن تَتَثَبَّتَ أولا: هل صحَّت عمن نقلت إليه أو لا؟ ثم إذا صحَّت فلا تحكم بل َتَثبَّت في الحكم، فربمايكون الخبر مبنيا على أصْلٍ تجهله أنت، فتحكم أنه خطأ، والواقع أنه ليس خطأ. ولكن كيف العلاج في هذه الحال؟

العلاج: أن تتصل بمن نسب إليه الخبر، وتقول: نقل عنك كذا وكذا، فهل هذا صحيح؟ ثم تناقشه، فقد يكون استنكارك ونفور نفسك منه أول وهلة سمعته؛ لأنك لا تدري ما سبب هذا المنقول، ويقال: «إذا علم السبب بطل العجب». فإن كان على حق وصواب فترجع إليه. أو يكون الصواب معك فيرجع إليك.

"Ini merupakan poin terpenting dalam rangkaian adab-adab yang ada. Yaitu tatsabbut (konfirmasi /memastikan tentang kebenaran) berita yang dinukilkan dan tatsabbut dalam penilaian/vonis yang akan anda jatuhkan (terkait dengan berita tersebut). 

Pertama kali yang harus anda lakukan ketika dinukilkan dan disampaikannya suatu berita kepada anda adalah bertatsabbut, apakah berita yang dinukilkan tentang seseorang itu benar ataukah tidak?  

Kemudian apabila benar, maka janganlah anda langsung memvonis/menghukuminya. Akan tetapi pastikan terlebih dahulu hakikat permasalahan yang sebenarnya sebelum anda memvonis. 

Boleh jadi berita yang anda dengar itu dibangun di atas landasan yang anda tidak mengetahuinya, sehingga anda memvonisnya salah, padahal pada hakikatnya ia bukan sebuah kesalahan.

Namun bagaimanakah jalan keluar dalam menghadapi kondisi seperti ini? 

Jalan keluarnya adalah hendaknya anda menghubungi orang yang disandarkan kepadanya (diperbincangkan) berita tersebut. Katakan kepadanya, "Telah ternukil dan tersampaikan berita tentang dirimu demikian dan demikian, apakah memang benar demikian?"  

Kemudian hendaknya anda berdiskusi dengannya. Bisa jadi pengingkaran dan sikap berpalingnya diri anda dari orang tersebut saat pertama kali mendengar berita tentangnya itu, karena anda tidak mengetahui  
sebab permasalahan yang dinukilkan tadi. Sebagaimana dinyatakan dalam sebuah ungkapan:  

«إذا علم السبب بطل العجب»

"Apabila telah diketahui sebab (dari sesuatu yang menakjubkan) maka sirnalah rasa takjub itu." 

Apabila orang itu yang benar, maka anda harus kembali (rujuk) kepada kebenaran yang ada padanya. Atau bisa jadi kebenaran bersama anda, maka orang itu pun harus kembali (rujuk) kepada kebenaran yang bersama anda itu."

(Syarah Hilyah Thalibil Ilmi Cet. Muassasah Syaikh Ibnu Utsaimin hlm. 73-74)
Ust muhibin

RUMUS MENJALIN HUBUNGAN

RUMUS MENJALIN HUBUNGAN

Imam Syaqiq Al-Balkhi berkata, “bergaullah dengan manusia sebagaimana engkau berinteraksi dengan api, ambil manfaatnya sambil tetap berhati-hati, karena dia bisa membakarmu.”

Siyar As Salaf Ash Shalihin 1211

Carilah “api” yang bermanfaat, bukan yang membakar!
Ust yuspian