Selasa, 07 Januari 2025

Sumpah Ajaib yang Terealisasi setelah 6 Abad

Sumpah Ajaib yang Terealisasi setelah 6 Abad

Ketika Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah wafat, buku-buku beliau dibakar, ilmu dan pandangan beliau dilarang untuk disebarkan, bahkan murid-muridnya banyak yang dikucilkan dan ada yang disiksa.

Lantaran kerasnya permusuhan terhadap dirinya, sampai-sampai murid-murid Ibnu Taimiyah menganggap bahwa ilmu dan pandangan-pandangan tajdid guru mereka sudah tak akan tersebar lagi. Ilmu yang ada dalam dadanya itu sudah hilang bersama hancurnya jasad beliau.

Tapi, tidak dengan satu murid handalnya yang bernama Ibnu Murriy al-Hanbaliy rahimahullah. Demi menguatkan dan menyabarkan murid-murid Ibnu Taimiyah yang saat itu terkucilkan, pada tahun itu (728 H), beliau bersumpah, 

"Demi Allah! Insya Allah, Allah pasti akan menegakkan penyebaran kalam ini (maksudnya: ilmu dan karya Ibnu Taimiyah), pengumpulannya, pengajarannya, pengambilan maqashid-nya, dan pujian terhadap faedah yang langka dan ajaibnya dengan adanya rijal (para figur) yang sekarang mereka masih berada di tulang sulbi nenek moyang mereka (maksudnya; belum lahir)". (Al-Jami' li Sirah Ibni Taimiyah: 102).

Sumpah ajaib ini kemudian terealisasi setelah 6 abad kemudian, yakni tatkala Syekh Abdurrahman Ibn al-Qasim rahimahullah (kakek Syekh Abdul Muhsin al-Qasim) mengelilingi dunia selama 40 tahun demi  mengumpulkan karya tulis Ibnu Taimiyah dan kemudian dirangkum dalam buku "Majmu' Fatawi Ibni Taimiyah".

Dengan sebab itulah, ilmu Ibnu Taimiyah mudah tersebar di seluruh dunia laksana angin kencang yang tak memiliki tantangan berarti. Para penulis bibliografi menyebutkan bahwa di era kontemporer, tidak ada satu figur -selain para nabi- di dunia ini yang sangat banyak dikaji karya, pandangan, dan sumbangsihnya untuk kemanusiaan melebihi Ibnu Taimiyah.

Sungguh ajaib sumpah Ibnu Murriy itu. Tapi yang lebih indah dari itu adalah bahwa karya Ibnu Taimiyah yang terkubur lama lalu kini muncul laksana cahaya yang menyemburatkan tajdid dan tanwir di dunia Islam di era ini adalah hasil dari keikhlasan dan kejujuran beliau terhadap Allah.

"Tidaklah seorang hamba jujur dan ikhlas kepada Allah, melainkan Dia akan menyampaikan padanya (maksud kejujuran dan keikhlasannya itu)". Demikian tutur indah Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah dalam Majmu' Fatawinya (22/309).
Ustadz maulana