K.H. Najih Ahyad (1936 – 2015) rahimahullah dalam risalah kecilnya bertajuk “Pengaruh Wahabi di Indonesia” menyebutkan bahwa selain 3 organisasi besar - Muhammadiyah, Persatuan Islam (Persis), dan Al Irsyad - masih terdapat lembaga-lembaga lain yang terpengaruh oleh dakwah Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab dan mempunyai andil besar dalam mendakwahkan reformasi dan pemurnian tauhid di Indonesia.
Beliau mengatakan sebagai berikut :
“Disamping itu masih ada beberapa lembaga yang lain yang tersebar di beberapa penjuru tanah air yang dipelopori oleh tokoh-tokoh yang tidak tergabung kedalam salah satu organisasi atau lembaga yang tersebut di atas, namun demikian lembaga-lembaga itu mempunyai andil yang besar dalam menyebarkan gerakan reformasi dan gerakan salafiyah ini. Tokoh-tokohnya meskipun berbeda-beda kemampuan namun sama-sama bekerja demi tersebarnya dakwah ini serta memerangi segala kerusakan dan penyelewengan dalam Islam sekuat tenaga.”
“Sebagian dari lembaga-lembaga tersebut sebagai contoh akan saya sebutkan, misalnya Madrasah Amiriyah Islamiyah dan Madrasah Sa’diyah di Sulawesi, Madrasah Islamiyah Sulthaniyah dibawah pimpinan Syekh Muhammad Basyuni Imron di Sambas Kalimantan, Madrasah Mu’allimin yang didirikan oleh Al Ustadz Haji Abdurrahman di Amuntai, Madrasah Wathoniyah Islamiyah di Jawa Tengah dan Pondok Pesantren Maskumambang di Gresik.”
“Secara khusus terhadap yang terakhir ini (Pondok Pesantren Maskumambang Gresik-red) saya ingin menyebutkan beberapa hal ; bahwa para pengasuh pondok pesantren ini dahulunya termasuk lawan-lawan keras dari Wahabi yang menyatakan bahwa aliran Wahabi adalah golongan yang menyeleweng dari agama serta keluar dari golongan Ahlus Sunnah Wal Jama’ah serta menyesatkan ummat Islam selain dia sendiri adalah sesat, bahwa ia tidak senang kepada Rasulullah SAW, menghina para Wali, meremehkan syiar-syiar agama serta segala kedustaan lainnya.”
“Hal ini tidak mengherankan disebabkan mereka itu belum mendapat informasi tentang gerakan Wahabi selain yang dihembuskan oleh lawan-lawan gerakan ini yang terdiri dari orang-orang yang mengaku berilmu, para pengikut Syarif-Syarif Hijaz yang telah mereka tulis dalam kitab-kitab karangan mereka yang mereka penuhi dengan kedustaan-kedustaan, kabar-kabar palsu serta kisah-kisah khayalan yang sangat jahat untuk gerakan ini.”
(selesai nukilan)
========================
Bagi yang berminat membaca lengkap risalah Kyai Najih Ahyad tersebut, monggo disruput di link berikut :
========================
Tentang Kyai Najih Ahyad ini, kami teringat cerita unik yang pernah disampaikan Mbah Kyai Maimun Zubair.
Yaitu cerita kenangan Beliau ketika "dipethukke" (dipertemukan) dengan Kyai Najih Ahyad.
Kata Mbah Mun, Kyai Najih ini Muhammadiyah "tulen".
Keduanya berdebat tentang masalah ziarah qubur. Mbah Mun heran, kok bisa-bisanya Kyai Najih yang merupakan menantunya Mbah Kyai Ammar Faqih ini melarang orang ziarah qubur.
Namun agaknya debat dengan Kyai Najih tersebut sangat berkesan bagi Mbah Mun, sampai-sampai Beliau bilang bahwa kalau nanti Beliau punya anak, anak tersebut akan diberi nama "Najih".
Semoga Allah merahmati Kyai Najih dan Mbah Mun, menerima segala amal kebaikan dan mengampuni segala dosa dan kesalahan mereka berdua.
wahyu indra wijaya