*[ Fitnah Muncul Berawal dari Ghibah Terhadap Penguasa ]*
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيم
Munculnya fitnah berupa kekacauan dan kerusakan karena konflik antara Penguasa dengan Rakyat yang berawal dari Ghibah dan mengumbar aib-aib penguasa di khalayak umum, sehingga memprovokasi umat untuk melawan penguasanya yang fasik & dzhalim, perkara ini bertentangan dengan prinsip aqidah ahlus sunnah yang telah dijelaskan secara gamblang oleh para imam salaf.
Prinsip Aqidah Ahlus Sunnah adalah
kita tidak boleh menentang waliyul amri (pemimpin) karena Rasulullah صلي الله عليه وسلم bersabda:
ثَلاَ ثٌ لاَيَغِلُّ عَلَيْهِنَّ قَلْبُ امْرِيٍ مُسْلِمٍ: إخْلاَصُ العَمَلِ لِلَّهِ، وَطَاعَةُ وُلاَةِ الْأَمْرِ وَلُزُوْمُ جَمَاعَتِهِمْ، فَإِنَّ دَعْوَتَهُمْ تُحِيْطُ مِنْ وَرَائِهِمْ
"Tiga hal yang tak didengki oleh kalbu seorang mukmin: ikhlas beramal karena Allah, menaati pemimpin (waliyul amri) serta menetapi jamaah mereka, karena seruan (doa) para pemimpin tersebut mencakup orang yang di belakang (rakyat)-nya"
Ini diperkuat dengan firman Allah Azza Wa Jalla berikut:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُواْ أَطِيعُواْ اللّهَ وَأَطِيعُواْ الرَّسُولَ وَأُوْلِي الأَمْرِ مِنكُمْ
“Taatilah Allah, taatilah Rasul dan Ulil Amri (pemimpin) dari golonganmu." (Q.S. An Nisa: 59).
Juga tak mengacungkan pedang kepada umat Muhammad صلي الله عليه وسلم. Fudhail bin Iyadh رحمه الله berkata:
"Sekiranya aku punya doa yang makbul, niscaya tak kutujukan selain untuk Imam (pemimpin), karena jika sang pemimpin baik, maka aman dan sejahteralah rakyat dan negara." (Aqidah Imam Salaf - Imam Bukhari)
Perkara tersebut menjadi hal yang asing dizaman kita ini, hendaknya kaum muslimin memahami perkara prinsip ini demi tercapainya kebahagiaan & keamanan kehidupan dunia & akhiratnya.
Rasulullah ﷺ pernah bersabda dalam sebuah hadits tentang Ghibah yang tentunya hal tersebut berlaku untuk setiap kaum muslimin termasuk Para Penguasa diantara mereka.
عن أبي هريرة رضي الله عنه عن النبي صلى الله عليه وسلم قال: «أتدرون ما الغِيبَةُ؟»، قالوا: الله ورسوله أعلم، قال: «ذكرُك أخاك بما يكره»، قيل: أرأيت إن كان في أخي ما أقول؟ قال: «إن كان فيه ما تقول فقد اغْتَبْتَهُ، وإن لم يكن فقد بَهَتَّهُ».
[صحيح] - [رواه مسلم]
Abu Hurairah -raḍiyallāhu 'anhu- meriwayatkan secara marfū': "Tahukah kalian apa ghibah itu?" Para sahabat menjawab, "Allah dan Rasul-Nya lebih mengetahui." Beliau bersabda, "Yaitu engkau menyebut-nyebut saudaramu dengan sesuatu yang ia benci." Kemudian ada yang bertanya, "Bagaimana menurutmu jika sesuatu yang aku sebutkan itu nyata-nyata ada pada saudaraku?" Beliau menjawab, "Jika memang apa yang engkau sebutkan ada pada dirinya, maka itulah gibah, namun jika tidak, berarti engkau telah memfitnahnya." (Hadis shahih - Diriwayatkan oleh Muslim)
Syarah ringkas :
Nabi ﷺ menjelaskan hakikat ghibah, yaitu menyebut-nyebut seorang muslim yang tidak ada di hadapannya dengan sesuatu yang ia benci; baik itu berupa sifat anggota tubuhnya ataupun perangainya, meskipun sifat tersebut benar-benar ada pada dirinya. Adapun jika ternyata sifat yang Anda sebutkan tersebut tidak terdapat pada dirinya, maka sungguh Anda telah menggabungkan antara ghibah yang diharamkan dengan kedustaan atau fitnah terhadap seseorang dengan sesuatu yang tidak ada pada dirinya.
(https://hadeethenc.com/id/browse/hadith/5326)
Wallahu'alam
Oleh : Pecinta Sunnah - Jogja
Dimuroja'ah : Ustadz Abul Aswad Al Bayaty حَفِظَهُ الله تعالى
🌐Broadcasted by
📲 channel telegram @nusantaramengaji ( https://goo.gl/1DQbq0 )
🖼 Instagram ( http://instagram.com/nusantaramengajiofficial )
📲 https://m.facebook.com/nusantaramengajisunnah/