Senin, 14 November 2022

KENAPA BEDA MENYIKAPI KESALAHAN SAYYID QUTHUB DENGAN AN-NAWAWI DAN IBNU HAJAR AL-ASQALANI RAHIMAHUMULLAHU?

KENAPA BEDA MENYIKAPI KESALAHAN SAYYID QUTHUB DENGAN AN-NAWAWI DAN IBNU HAJAR AL-ASQALANI RAHIMAHUMULLAHU?

Syaikh Dr. Abdul Aziz Ar-Rayyis hafizhahullahu berkata:

1. An-Nawawi dan Al-Hafizh Ibnu Hajar adalah ulama Mujtahid, mereka (insyaAllah) mendapatkan satu atau dua pahala. Sedangkan Sayyid Quthub bukan seorang alim dan bukan ahli ijtihad.
2. Kitab-kitab An-Nawawi dan Al-Hafizh Ibnu Hajar secara umum tidaklah yang menelaahnya kecuali para ulama dan para penuntut ilmu agama. Hal ini berlainan dengan kitab-kitab Sayyid Quthub yang tidaklah orang yang menelaahnya kecuali orang awam dari kalangan para pemuda dan yang semisalnya. Bahkan kebanyakan para ulama tidak mengetahuinya.
3. Sayyid Quthub memiliki kesalahan-kesalahan (fatal) yang tidak pernah dikatakan oleh kelompok Asy'ariyah, semisal mencela para Nabi dan para sahabat Nabi ﷺ. 
4. Dalam kitab An-Nawawi dan Al-Hafizh Ibnu Hajar terdapat ilmu yang dibutuhkan oleh para ulama. Hal ini berlainan dengan kitab-kitab Sayyid Quthub -secara umum- tidak dibutuhkan oleh para ulama.
5. Dalam kitab Sayyid Quthub ada pendidikan takfir (mengkafirkan kaum muslimin tanpa haq) terhadap para pemuda.
6. Para ulama dan penuntut ilmu agama mengkritik kesalahan-kesalahan aqidah yang ada dalam kitab-kitab An-Nawawi dan Ibnu Hajar, seperti yang dilakukan oleh Syaikh Abdul Aziz bin Baz dan Abdullah Ad-Duwaisy atas Fathul Bari. Dan hal itu bisa diterima oleh para pemuda tanpa pengingkaran. Hal ini berbeda dengan kritikan terhadap kitab-kitabnya Sayyid, mereka tidak menerima bahkan melakukan serangan balik yang kejam.

(Diringkas dari Kasyfu Asy-Syubhat Al-Ashriyah hal. 85-86 oleh Syaikh Dr. Abdul Aziz Ar-Rayyis hafizhahullahu)

▶️ Syaikh Jamal bin Furaihan Al-Haritsi rahimahullahu berkata:
1. Ada perbedaan yang sangat besar antara keduanya. An-Nawawi dan Al-Hafizh Ibnu Hajar Al-Asqalani memiliki ilmu yang kokoh dan banyak memberikan manfaat kepada kaum muslimin hingga bisa menutupi kesalahan mereka. Dan para ulama telah menjelaskan serta mentahdzirnya, maka hilanglah bahaya tersebut dengan adanya peringatan itu. Adapun Sayyid dan Al-Banna, mereka tidak memiliki kekokohan ilmu maupun amal serta manfaat bagi kaum muslimin seperti yang dimiliki oleh An-Nawawi dan Ibnu Hajar dan selain keduanya dari para ulama.
2. An-Nawawi dan Ibnu Hajar tidak menyeru kepada kesalahan mereka berdua dan tidak menyeru kepada fanatik golongan, pengkafiran masyarakat Islam, persatuan kaum muslimin dengan Syiah Rafidhah, Nashara maupun Majusi serta Kelompok-kelompok sesat. Dan masyarakat tidak terdampak bahaya kesalahan mereka. Hal ini berlainan dengan Sayyid Quthub dan Al-Banna dan selain keduanya, mereka tidak membedakan antara aqidah batilah yang rusak bahkan kafir dengan aqidah shahihah salimah. Mereka tidak membedakan antara Syiah Rafidhah, Nashara dan selainnya dengan kaum muslimin. Sungguh mereka sangat memadharatkan kaum muslimin (seperti adanya aksi terorisme) dan tidak memperbaiki. Dan kebanyakan pengikut mereka sangat fanatik terhadap pemikiran-pemikiran yang menyelisihi Al-Quran dan As-Sunnah bahkan mereka memusuhi ahlussunnah, dan ini madharat yang paling besar.
(Al-Ajwibah Al-Mufidah hal. 124-125 footnote no. 155 disusun oleh Syaikh Jamal bin Furaihan Al-Haritsi rahimahullahu)

▶️ Bahkan Syaikh Ali bin Hasan Al-Halabi Al-Atsari rahimahullahu berkata: Termasuk kezhaliman yang paling besar jika mereka (An-Nawawi dan Ibnu Hajar Al-Asqalani) disandingkan dengan Sayyid Quthub dan kejahilan-kejahilannya serta kesesatan-kesesatannya.
(Al-Bida' Wa Al-Mubtadi'un hal. 37 footnote no. 1 oleh Syaikh Ali bin Hasan Al-Halabi Al-Atsari rahimahullahu)