Rabu, 23 November 2022

BAINA SUDUR WA SUTHUR.

BAINA SUDUR WA SUTHUR.

Setelah menyerahkan salah satu buku kepada salah seorang ustaz alumni UIM agar dikoreksi, penulis memanfaatkan waktu yang singkat itu untuk bertanya suatu hal.

Penanya: Afwan ustaz, izin bertanya, ada ungkapan yang berbunyi "al-'ilmu fis suduur, wa laisa fis suthuur" apa makna dari ungkapan tersebut, ustaz? Mohon penjelasannya. Baarakallahu fiikum.

Ustaz: Maknanya, bahwa ilmu itu apa yang ada di dalam hati, bukan hanya sekedar tulisan. Namun, jangan sampai kita  pahami bahwa berarti kita tidak perlu menulis. Menulis itu perlu, bahkan sebagian besar dari para ulama kita juga menulis, seperti syekh Utsaimin, syekh as-Sa'di, syekh bin Baz, syekh al-Albani dan yang lainnya.

Jangan sampai kita jadikan ungkapan "al-ilmu fis suduur wa laisa fis suthuur" sebagai alasan kita tidak mau menulis. Bukankah kita sudah belajar kitab Tadwiinus Sunnah, dan di sana banyak hadis-hadis Rasul dan atsar para Sahabat maupun ulama yang memotivasi kita untuk menulis?

Di antaranya sabda beliau yang berbunyi, "uktubuu li Abi Syah," (tulislah untuk Abi Syah), kemudian perkataan dari Abdullah bin Abbas, bahwa beliau pernah mengatakan, "Qoyyidul 'ilma bil kitaab, khairu maa quyyida bihil 'ilmu al-kitaab" (Ikatlah ilmu dengan tulisan, karena sebaik-baik pengikat ilmu adalah tulisan). Dan masih banyak lagi hadis maupun atsar yang serupa di atas.

Adapun ungkapan tadi (al-'ilmu fis suduur wa laa fis suthuur), itu sebagai motivasi agar kita mau menghafal, kemudian mengamalkannya. Bukan sebagai dalil/alasan bahwa kita tidak perlu menulis. Siapa kita? Seberapa hebat hafalan kita? (Beliau pun tersenyum, dan si penanya juga ikut tersenyum). Sudah hafalannya lemah, tidak mau menulis? (Beliau pun menetralkan mimik wajahnya kemudian menunduk sembari mengatakan ...)

Wallahu a'lam bis sowwaab.

Penanya: Masya Allah, syukron wa jazaakumullah khairan ustaz atas penjelasannya.

_____________________
Percakapan di atas terjadi pada pertengahan tahun 2019, di sebuah masjid besar yang terletak di desa Kedung Wuluh, Purbalingga, Jawa Tengah.
Ustadz wisnu prasetya