Hukum hadiah yang tidak diketahui pemberinya
Jika ada yang memberi kita hadiah namun kita tidak mengetahui siapa pemberinya, apakah sah untuk diterima? Kasus ini disebut dengan hibah majhul.
Ada khilaf ulama dalam masalah hibah majhul. Jumhur ulama melarangnya karena adanya unsur jahalah (ketidak-jelasan). Malikiyah membolehkannya karena hadiah adalah akad tabarru' (kedermawanan) sehingga adanya jahalah tidak membahayakan.
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah menjelaskan:
تَنازَعَ العلماءُ في هِبةِ المجهولِ؛ فجَوَّزه مالكٌ ... وكذلك يجوزُ هِبةُ المعدومِ؛ كأنْ يَهَبَه ثمرَ شَجرِه هذا العامَ أو عَشَرةَ أعوامٍ، ولم يُجوِّزْ ذلك الشافعيُّ، وكذلك المعروفُ في مَذهبِ أبي حَنيفةَ وأحمدَ المنعُ مِن ذلك... ومذهبُ مالكٍ في هذا أرجَحُ
"Ulama berbeda pendapat tentang hibah majhul. Imam Malik membolehkannya ... bahkan beliau membolehkan menghadiahkan sesuatu yang belum ada. Seperti seseorang menghadiahkan buah dari sebuah pohon selama musim panen tahun ini atau untuk 10 tahun misanyal. Asy Syafi'i tidak membolehkan akad seperti ini. Demikian juga pendapat yang dikenal dalam madzhab Abu Hanifah dan Ahmad, bahwa mereka melarangnya. Pendapat imam Malik lebih kuat dalam masalah ini" (Majmu' Al Fatawa, 31/270).
Pendapat beliau juga didukung oleh muridnya, Imam Ibnul Qayyim rahimahullah.
Syaikh Muhammad bin Shalih Al Utsaimin juga menjelaskan:
فالصحيحُ جَوازُ هِبةِ المجهولِ؛ لأنَّه لا يَترتَّبُ عليه شَيءٌ؛ لأنَّ الموهوبَ له إنْ وَجَدَ الموهوبَ كثيرًا فهو غانمٌ، وإنْ وَجَده قليلًا فلا ضَرَرَ عليه، وهو غانمٌ أيضًا، فلو وهَبَ لشخصٍ حملًا في بطْنٍ صحَّ على القولِ الذي اختَرْناه، وهو صِحَّةُ هِبةِ المجهولِ
"Pendapat yang shahih, hibah majhul hukumnya boleh. Karena tidak ada akibat buruk yang dihasilkan. Karena jika hadiahnya banyak, orang yang menerima hadiah akan untung besar. Dan jika hadiahnya ternyata sedikit, ia pun tidak terkena bahaya, dan ia tetap untung juga. Walaupun benda yang dihadiahkan adalah berupa janin (hewan) yang masih dalam perut induknya. Ini sah menurut pendapat yang kami pilih. Kesimpulannya, hibah majhul itu sah" (Asy Syarhul Mumthi', 11/66).
Kesimpulannya, boleh memberi hadiah tanpa mengabarkan si penerima dan boleh menerima hadiah walaupun tidak diketahui pemberinya. Wallahu a'lam.
[Diringkas dari Mausu'ah Fiqhiyyah Durar Saniyyah]
Join channel telegram @fawaid_kangaswad