TIDAK TAHLILAN WAHABI?
Kalau ada orang yang tidak menyelenggarakan atau tidak menghadiri acara tahlilan kematian, langsung saja di cap wahabi. Padahal para ulama, termasuk Imam Syafii rahimahullah, Imam Nawawi rahimahullah dan yang lainnya memakruhkan (membenci) acara kumpul-kumpul makan-makan dikeluarga si mayit.
Berkata Imam Asy Syafi’i Rahimahullah,
وأكره المأتم وهى الجماعة وإن لم يكن لهم بكاء فإن ذلك يجدد الحزن
وأكره المآتم، وهي الجماعة، وإِنْ لم يكن لهم بكاءٌ؛ فإِنّ ذلك يُجدِّد الحزن، ويكلّف المُؤْنَة، مع ما مضى فيه من الأثر
Aku membenci ratapan(duduk makan-makan di rumah ahli mayyit) meskipun tidak disertai dengan tangisan karena sesungguhnya itu akan kembali membuat keluarga mayyit bersedih dan membebani ahlu mayyit dari segi harta. (Al Umm). Sumber : https://al-maktaba.org/book/31910/1445
Berkata Imam An Nawawi Rahimahullah,
وأما اصلاح اهل الميت طعاما وجمع الناس عليه فلم ينقل فيه شئ وهو بدعة غير مستحبة هذا كلام صاحب الشامل ويستدل لهذا بحديث جرير بن عبد الله رضى الله عنه قال " كنا نعد الاجتماع إلى أهل الميت وصنيعة الطعام بعد دفنه من النياحة
“Adapun penyediaan makanan oleh keluarga mayit dan berkumpulnya orang banyak di sana, adalah tidak ada dalil sama sekali, dan itu adalah bid’ah yang dibenci. Ini adalah ucapan pengarang Asy Syamil, dia berdalil hadits Jarir bin Abdullah Radhiallahu ‘Anhu: Kami menganggap bahwa berkumpul di rumah keluarga si mayit, mereka menghidangkan makanan setelah penguburannya, adalah termasuk niyahah [meratap] -yakni terlarang.” (Al Majmu’). Sumber : http://islamport.com/w/shf/Web/1219/2643.htm
Berkata Imam Sayyid Al Bakr Ad Dimyathi Asy Syafi’i Rahimahullah,
نعم، ما يفعله الناس من الاجتماع عند أهل الميت وصنع الطعام، من البدع المنكرة التي يثاب على منعها والي الامر، ثبت الله به قواعد الدين وأيد به الاسلام والمسلمين
Ya, apa yang dilakukan manusia, yakni berkumpul di rumah keluarga si mayit, dan dihidangkan makanan, merupakan bid’ah munkarah, yang akan diberi pahala bagi orang yang mencegahnya, dengannya Allah akan kukuhlah kaidah-kaidah agama, dan dengannya dapat mendukung Islam dan muslimin.” (I’anatuth Thalibin). Sumber : https://al-maktaba.org/book/33983/473
Berkata Imam Sayyid Al Bakr Ad Dimyathi Asy Syafi’i Rahimahullah,
وما اعتيد من جعل أهل الميت طعاما ليدعوا الناس إليه، بدعة مكروهة – كإجابتهم لذلك، لما صح عن جرير رضي الله عنه. كنا نعد الاجتماع إلى أهل الميت وصنعهم الطعام بعد دفنه من النياحة
Dan apa yang dibiasakan manusia tentang hidangan dari keluarga si mayit yang disediakan untuk para undangan, adalah bid’ah yang tidak disukai agama, sebagaimana datangnya para undangan ke acara itu, karena ada hadits shahih yang diriwayatkan dari Jarir Radhiallahu ‘Anhu: Kami menganggap bahwa berkumpul di rumah keluarga si mayit, mereka menghidangkan makanan setelah penguburannya, adalah termasuk nihayah [meratap] –yakni terlarang.” (I’anatuth Thalibin). Sumber : https://al-maktaba.org/book/33983/473
Dan berkata Imam Sayyid Al Bakr Ad Dimyathi Asy Syafi’i Rahimahullah,
وفي البزاز: ويكره اتخاذ الطعام في اليوم الاول والثالث وبعد الاسبوع، ونقل الطعام إلى القبر في المواسم
“Dalam Kitab Al Bazaz: Dibenci menyediakan makanan pada hari pertama, tiga, dan setelah tujuh hari, dan juga mengirim makanan ke kuburan secara musiman.” ( (I’anatuth Thalibin))
https://shamela.ws/book/963/472
Berkata Imam Muhammad Al Khathib Asy Syarbini rahimahullah,
أَمَّا إصْلَاحُ أَهْلِ الْمَيِّتِ طَعَامًا وَجَمْعُ النَّاسِ عَلَيْهِ فَبِدْعَةٌ غَيْرُ مُسْتَحَبٍّ ، رَوَى أَحْمَدُ وَابْنُ مَاجَهْ بِإِسْنَادٍ صَحِيحٍ عَنْ جَرِيرِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ قَالَ : كُنَّا نَعُدُّ الِاجْتِمَاعَ عَلَى أَهْلِ الْمَيِّتِ وَصُنْعَهُمْ الطَّعَامَ النِّيَاحَةَ
Adapun menyediakan makanan oleh keluarga mayit dan berkumpulnya orang banyak di situ, adalah bid’ah yang tidak disukai. Imam Ahmad meriwayatkan secara shahih dari Jarir bin Abdulah Radhiallahu ‘Anhu: Kami menganggap bahwa berkumpul di rumah keluarga si mayit, mereka menghidangkan makanan setelah penguburannya, adalah termasuk niyahah [meratap] –yakni terlarang.” (Mughi Muhtaj Ila Ma’rifati Alfazh Al Minhaj). Sumber : https://al-maktaba.org/book/32780/86
AFM