Ilmu kalam disebut demikian karena mereka terlalu banyak kalam (bicara) dan terlalu banyak argumen. Padahal perkara yang dibahas sederhana saja.
Namun anda dapati mereka membahas satu masalah akidah kemudian menulisnya berlembar-lembar tanpa ujung dan tanpa faedah.
Mereka membahas muqaddimah dan konsekuensi yang panjang lebar, yang andaikan itu tidak ada, tentu akan lebih baik dan lebih berkah.
Oleh karena itu kebanyakan ulama kalam yang mencapai puncak ilmu kalam, justru mereka menyesal.
- Syaikh Muhammad bin Shalih Al Utsaimin dalam Ta'liq 'ala Muqaddimah Al Majmu' (hal. 74)