NIKAHKANLAH ANAKMU!
Berkata Umar Bin Khattab radhiyallahu anhu :
" زوجوا أولادكم إذا بلغوا ، لا تحملوا آثامهم ". - ابن الجوزي في (أحكام النساء ص304)
Nikahkanlah anak laki-laki kalian apabila mereka telah baligh, jangan kalian pikul dosa-dosa mereka. (Ibnu Jauzi Fi Ahkami An Nisa Hal 304).
Berkata Qotadah bin Di'amah rahimahullah :
إذا بلغ الغلام فلم يزوِّجه أبوه فأصاب فاحشةً، أَثِمَ الأبُ
"Apabila anak mudah sudah baligh, ayahnya tidak segera menikahkannya, lalu menimpa (dia melakukan) zina, ayahnya menanggung dosa".(An Nafaqoh alal 'Iyal 1/172 karya Ibnu Abi Dunya).
Berkata Al-Khathib Al-Baghdadi rahimahullah,
إِيثَارُ الْعُزُوبَةِ لِلطَّالِبِ وَتَرْكُهُ التَّزْوِيجَ الْمُسْتَحَبُّ لِطَالِبِ الْحَدِيثِ أَنْ يَكُونَ عَزَبًا مَا أَمْكَنَهُ ذَلِكَ؛ لِئَلَّا يَقْتَطِعَهُ الِاشْتِغَالُ بِحُقُوقِ الزَّوْجَةِ وَالِاهْتِمَامِ بِالْمَعِيشَةِ عَنِ الطَّلَبِ
Bagi penuntut ilmu lebih utama membujang dan meninggalkan menikah. Dianjurkan seorang pencari ilmu hadits dalam keadaan bujang selama hal itu memungkinkan. Tujuannya agar dalam mencari ilmu ia tidak tersibukkan dengan hak-hak suami istri dan mencari ma’isyah (biaya hidup). (Al-Jaami’ Al-Akhlaq Ar-Raawi wa Aadaab As-Saami’ 1/101). Sumber : https://shamela.ws/book/13012/67
AFM