Tathawwu'
Mengambil faidah dari majlis Shohih bukhori di majlis Syaikh Abdul Muhsin al-Abbad,
Suatu ketika Rasulullah mengutus Abu Musa Al Asy’ari radhiyallahu ‘anhu, salah satu hafidz terbaik di kalangan sahabat sekaligus pemilik suara indah bersama dengan seorang faqiih Mu’adz bin Jabal radhiyallahu ‘anhu ke negeri Yaman. Beliau shallallahu ’alaihi wa sallam memberikan arahan dan wasiat emas kepada keduanya sesaat sebelum berangkat. Sebagaimana penuturan Abu Musa Al-Asy'ari;
أن النبي صلى الله عليه وسلم بعثه ومعاذا إلى اليمن، فقال: يسرا ولا تعسرا، وبشرا ولا تنفرا، وتطاوعا ولا تختلفا
Bahwasanya Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam mengutus beliau dan sahabat Muadz ke Yaman, lalu beliau berpesan: “Berikan kemudahan dan jangan persulit, berikan berita gembira dan jangan membuat mereka menjauh, saling memahami dan bersepakatlah dan jangan kalian justru berselisih.” (HR. Bukhari No. 3038 & Muslim No. 1733).
Al-Hafidz Ibnu Hajar rahimahullah berkata:
وتطاوعا أي توافقا في الحكم ولا تختلفا لأن ذلك يؤدي إلى اختلاف أتباعكما فيفضي إلى العداوة ثم المحاربة
“Dan (makna) تطاوعا adalah saling bersepakatlah kalian berdua dalam sebuah hukum dan janganlah kalian saling berselisih, karena hal itu akan menyebabkan perselisihan para pengikut kalian yang dapat menjurus kepada permusuhan bahkan peperangan.” (Fathul Bârî 13/ 162)
Sikap Tathaawu’ itu adalah sikap saling memahami antara dirinya dan orang lain ketika sedang berselisih untuk saling menghormati dan tidak menampakkan perbedaan, saling menghargai dan bukan justru saling menghujat dan menyalahkan, sehingga bisa berakibat fatal, kemudian muncul benih-benih permusuhan dan pertikaian yang merusak hati dan persatuan umat.
Saling bersepakat tidak berarti harus mengorbankan kebenaran, atau menerima kebatilan, ataupun mendiamkan kesalahan. Tetapi sikap lemah lembut kepada orang lain, berjiwa lapang terlebih perkara-perkara yang menjadi objek ijtihad.
Madinah, 7 Shafar 1441
Fachrudin Khusna alumni Lipia jurusan syaria