blog ini berisikan kumpulan faedah faedah ilmu yang sangat bermanfaat kepada diri saya pribadi
Kamis, 31 Oktober 2019
Syaikh Ibnu Utsaimin -rahimahullah- ditanya:Menyebutkan kemungkaran publik yang tersebar di kalangan kaum muslimin, apakah itu termasuk provokasi?
ketika sholat tak mampu mencegah kemungkaran
betapa bernilainya ilmu
Rabu, 30 Oktober 2019
ciri ciri mukmin
hati hatilah dalam berfatwa
nama Allah Al Alim
Selasa, 29 Oktober 2019
carilah rezeki dengan cara yg halal
ketaatan dan keshalihan kita Taufik dari Allah maka jangan berbangga diri
berbeda pendapat para sahabat akan tetapi tidak menuduh saudaranya sesat tidak saling boikot
Minggu, 27 Oktober 2019
orang musyrik beralasan yg menyembah selain Allah : Kami tidak menyembah mereka melainkan supaya mereka mendekatkan kami kepada Allah dengan sedekat-dekatnya".
Referensi: https://tafsirweb.com/8665-surat-az-zumar-ayat-3.html
apa yg disembah selain Allah tidak bisa memberikan manfaat maupun mudhorot dan tidak bisa memberikan rezki
Referensi: https://tafsirweb.com/7243-surat-al-ankabut-ayat-17.html
Sabtu, 26 Oktober 2019
buku aqidah pdf 4 imam mahzab
orang yg sempurna akalnya
adab menasehati
Rabu, 23 Oktober 2019
menuntut ilmu adalah ibadah yg agung
Amalkanlah Ilmu yang Didapat
sebab perpecahan Ahlu Sunnah salafiyin
Selasa, 22 Oktober 2019
untukmu yg sedang sakit
Sabtu, 19 Oktober 2019
YANG PALING TENTRAM HIDUPNYA DI DUNIA INI ADALAH PARA PENUNTUT ILMU AGAMA
Jumat, 18 Oktober 2019
kesombongan merupakan tanda kurangnya akal
Kamis, 17 Oktober 2019
faedah singkat dari Syaikh yaasiin adh-dhole'iy
Rabu, 16 Oktober 2019
konsekwensi orang yg berilmu
Selasa, 15 Oktober 2019
beginilah berkahnya waktu para ulama
apa yg dimaksud Aqidah ?
JANGAN KAWATIR DENGAN REZEKI..
sorban shufi dan syiah
ibu Sofyan at tsauri
Senin, 14 Oktober 2019
fatwa vaksin
Tahdzir Memiliki Kaidah-Kaidah Syar'i
Minggu, 13 Oktober 2019
Ummul Banin Permaisuri dari Raja Al Walid bin Abdul Malik raja ke 6 dari dinasti Al Umawwiyah..
Kenapa Ibnu Taimiyah banyak menulis aqidah? Ini jawaban beliau rahimahullah
ibnu taimiyah ditanya kenapa anda yang anda tulis fokus masalah aqidah
kalo masalah fiqih jika ada khilaf tidak masalah jika tidak menyelisihi ijma seseorang tidak boleh di sesatkan dan masalah fiqih dimasa sahabat juga sudah ada perbedaan
tapi beda kalo masalah aqidah jika ada penyimpangan mengantarkan kepada kesesatan
dan syaikhul islam taimiyah kebanyakan buku buku nya masalah aqidah
ustadz Dr firanda andirja Ma dalam ceramah syarah aqidah wasithiyah 1 menit mulai ke 11 akhir
https://www.youtube.com/watch?v=E3w31-gukjM
Sabtu, 12 Oktober 2019
Dialog imam Asy Syafi'iy dengan seorang Murji'ah.
Dialog imam Asy Syafi'iy dengan seorang Murji'ah.
ﻗﺎﻝ ﺍﻹﻣﺎﻡ ﺍﻟﺸﺎﻓﻌﻲ :: ﻭﻣﻦ ﺃﻳﻦ ﻗﻠﺖَ :: ﺇﻥ ﺍﻟـﻌـﻤـﻞ ﻻ ﻳﺪﺧﻞ ﻓﻲ اﻹﻳﻤﺎﻥ ؟!!
Apa dasar ucapanmu bahwa amal tidak termasuk iman?"
فقاﻝ ﺍﻟـﻤـﺮﺟﺊ :: ﻣﻦ ﻗﻮﻟﻪ الله تعالى :: { إِنَّ الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ } ( ﺍﻟﺒﻘﺮﺓ : 277 ) فصار ﺍﻟﻮﺍﻭ ﻓﺼﻼ ﺑﻴﻦ ﺍﻹﻳﻤﺎﻥ ﻭﺍﻟﻌﻤﻞ ؛؛؛
ﻓﺎﻹﻳﻤﺎﻥ ﻗـﻮﻝ ، ﻭﺍﻷﻋﻤﺎﻝ ﺷﺮﺍﺋﻊ ...
Murjiah berkata: "Yaitu firman Allah Ta'ala: "Sesungguhnya orang orang yang beriman dan beramal salih.."
Ayat ini membedakan iman dan amal. Iman sebatas ucapan dan amal itu syariat.
ﻓﻘﺎﻝ الإمام ﺍﻟﺸﺎﻓﻌﻲ :: أﻭَ ﻋـﻨﺪﻙ ﺍﻟﻮﺍﻭُ ﻓﺼﻞٌ ؟!!
imam Syafii berkata: "Jadi menurutmu wawu itu bermakna pembeda?
ﻗﺎﻝ ﺍﻟﻤﺮﺟﺊ :: ﻧﻌﻢ ..
murjiah berkata: "iya."
ﻓﻘﺎﻝ ﺍﻟﺸﺎﻓﻌﻲ :: ﻓﺈﺫاً ﻛﻨﺖَ ﺗﻌﺒﺪ ﺇﻟﻬﻴﻦ ; ﺇلها ﻓﻲ ﺍﻟﻤﺸﺮﻕ ، ﻭﺇلها ﻓﻲ ﺍﻟﻤﻐﺮﺏ ..!!! ﻷﻥ ﺍﻟﻠﻪ ﺗﻌﺎﻟﻰ ﻳﻘﻮﻝ :: { رَبُّ الْمَشْرِقَيْنِ وَرَبُّ الْمَغْرِبَيْنِ } ..!!!..
Kalau begitu kamu menyembah dua tuhan; tuhan timur dan tuhan barat. Karena Allah berfirman: "Rabb dua timur dan Rabb dua barat."
ﻓﻐﻀﺐ ﺍﻟﺮﺟﻞ ، ﻭﻗﺎﻝ :: ﺳﺒﺤﺎﻥ ﺍﻟﻠﻪ ، ﺃﺟﻌﻠﺘﻨﻲ ﻭﺛﻨﻴﺎ ؟!!
Murjiah ini marah dan berkata: "Kamu menjadikan aku sebagai penyembah berhala !!"
ﻓﻘﺎﻝ ﺍﻟﺸﺎﻓﻌﻲ :: ﺑﻞ ﺃﻧﺖ ﺟﻌﻠﺖ ﻧﻔﺴﻚ ﻛﺬﻟﻚ ...
Justru kamu yang menjadikan dirimu sebagai penyembah berhala.
ﻗﺎﻝ :: ﻛﻴﻒ ؟!!
Murjiah berkata: "Kok bisa?
ﻗﺎﻝ :: ﺑﺰﻋﻤﻚ ؛ﺃﻥ ﺍﻟﻮﺍﻭ ﻓﺼﻞ ...
Karena kamu menganggap bahwa wawu itu pembeda.
ﻓﻘﺎﻝ ﺍﻟﺮﺟﻞ :: ﻓﺈﻧﻲ ﺃﺳﺘﻐﻔﺮ ﺍﻟﻠﻪ ﻣﻤﺎ ﻗـﻠـﺖَ ، ﺑﻞ ﻻ ﺃﻋـﺒﺪ ﺇﻻ ﺭﺑﺎً ﻭﺍﺣﺪﺍ ، ﻭﻻ ﺃﻗﻮﻝ ﺑﻌﺪ ﺍﻟﻴﻮﻡ :: ﺇﻥ ﺍﻟﻮﺍﻭ ﻓﺼﻞ ، ﺑﻞ ﺃﻗﻮﻝ :: إﻥ ﺍﻹﻳﻤﺎﻥ ﻗﻮﻝ ﻭﻋﻤﻞ ، ﻭﻳﺰﻳﺪ ﻭﻳﻨﻘﺺ ...
orang itu berkata: Aku mohon ampun kepada Allah dari ucapanku. Aku hanya beribadah kepada satu rabb saja. Semenjak hari ini aku tidak akan berkata lagi bahwa wawu itu pembeda. Sekarang aku yakin bahwa iman itu adalah ucapan dan perbuatan, bertambah dan berkurang.
(Hilyatul aulya 9/110)
Ustadz badrusalam lc
Kamis, 10 Oktober 2019
Tingkatan tingkatan bid'ah
👤 Ustadz Dr. Syafiq Riza Basalamah, M.A.
📚 Tingkatan-Tingkatan Bid’ah
.
Imam asy-Syathibi rahimahullah menjelaskan bahwa dosa ahli bid’ah itu tidaklah satu tingkat, namun tingkatannya berbeda-beda. Perbedaan itu datang melalui sisi yang berbeda-beda pula:
.
1. Dari sisi keberadaan pelaku bid’ah itu sendiri, apakah ia sekedar bertaqlid / seorang yang berijtihad.
2. Dari sisi terjadinya kebid’ahan itu pada hal-hal penting, misalnya jiwa, kehormatan, akal, harta & sejenisnya.
3. Dari sisi apakah pelakunya itu melakukan bid’ah tersebut secara terang-terangan atau sembunyi-sembunyi.
4. Dari sisi keberadaan pelaku bid’ah itu mendakwahkan bid’ahnya atau tidak.
5. Dari sisi keberadaan pelakunya menyerang Ahlus Sunnah atau tidak.
6. Dari sisi keberadaan bid’ah yang dilakukannya itu haqiqiyyah atau idhafiyyah.
7. Ditinjau dari sisi keberadaan bid’ah itu jelas ataukah masih tersamar.
8. Dari sisi apakah bid’ah itu menyebabkan kekufuran atau tidak.
9. Dari sisi apakah si pelaku terus-menerus melakukan bid’ah tersebut atau tidak.
.
Imam asy-Syathibi rahimahullah menjelaskan bahwa perbedaan tingkat dalam dosa tersebut adalah dilihat dari tingkat kebid’ahan itu sendiri. Beliau rahimahullah juga menjelaskan bahwa di antara tingkat bid’ah itu ada yang haram & ada yang makruh. Sementara sifat sebagai kesesatan tetap melekat pada setiap bid’ah, karena Nabi ﷺ bersabda:
.
كُلُّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةٌ.
.
“Setiap bid’ah adalah sesat.”.
.
Wallaahu a’lam bish-shawwaab.
.
♻ Silakan disebarluaskan
.
___________________________________
Dewan Fatwa Perhimpunan Al-Irsyad
___________________________________
.
📍 LIVE STREAMING
.
▶️ YouTube.com/FatwaTV/live
▶️ Facebook.com/DewanFatwaPA/live
.
📍 FOLLOW AKUN RESMI KAMI
.
• Facebook.com/DewanFatwaPA
• Twitter.com/DewanFatwaPA
• Telegram.me/DewanFatwaPA
• Instagram.com/DewanFatwaPA
• www.dewanfatwa.com
.
📍KIRIM PERTANYAAN UNTUK DEWAN FATWA
.
• http://linktr.ee/DewanFatwaPA
#FatwaTV #DewanFatwa #ustadzsofyanbaswedan #ustadzerwanditarmizi #ustadzsyafiqbasalamah #ustadzarifinbadri #bidah #jenisbidah #manhajsalaf #kajiansunnah #tingkatanbidah #salafusshalih #salaf #sunnahdaily #sunnah #ceramahsingkat #videokajian
Rabu, 09 Oktober 2019
HIDANGAN DALAM KEMATIAN
HIDANGAN DALAM KEMATIAN
Sebagian orang yang sudah mengenal sunnah, tidak mau makan dan minum sama sekali, makanan atau minuman yang disediakan tuan rumah ketika melayat orang mati. Mereka beralasan bahwa makan-makan atau minum-minum di tempat yang terkena musibah kematian itu makruh bahkan haram.
Mereka kadang tidak merinci terlebih dahulu. Apakah makanan dan minuman tersebut merupakan hidangan khusus dalam acara kematian atau dikhususkan untuk sedekah dari keluarga si mayit untuk si mayit. Atau hanya sekedar untuk menghormati tamu yang datang.
Kalau makanan atau minuman tersebut disediakan untuk menghormati tamu yang datang, mungkin tamu tersebut dari tempat yang jauh atau ada keluarga yang menginap maka ini diperbolehkan.
Berkata Ibnu Qudamah rahimahullah :
وَإِنْ دَعَتْ الْحَاجَةُ إلَى ذَلِكَ جَازَ ؛ فَإِنَّهُ رُبَّمَا جَاءَهُمْ مَنْ يَحْضُرُ مَيِّتَهُمْ مِنْ الْقُرَى وَالْأَمَاكِنِ الْبَعِيدَةِ ، وَيَبِيتُ عِنْدَهُمْ ، وَلَا يُمْكِنُهُمْ إلَّا أَنْ يُضَيِّفُوهُ " انتهى من "المغني" (3/497).
“Kalau ada keperluan untuk itu, maka diperbolehkan. Karena terkadang ada orang yang bertakziah datang dari desa dan tempat jauh lalu menginap di rumahnya, maka tidak ada cara lain kecuali menghormatinya.” (Al-Mughni, no. 3/497).
Berkata Syekh Ibnu Baz rahimahullah :
" أما إن نزل بأهل الميت ضيوف زمن العزاء : فلا بأس أن يصنعوا لهم الطعام من أجل الضيافة ، كما أنه لا حرج على أهل الميت أن يدعوا من شاؤوا من الجيران والأقارب ليتناولوا معهم ما أهدي لهم من الطعام " انتهى من "فتاوى الشيخ عبد العزيز بن باز" (9/325).
“Kalau ada tamu yang tinggal di keluarga mayit saat berkabung, maka tidak mengapa memasak untuk mereka makanan untuk memuliakannya, sebagaimana tidak mengapa bagi keluarga mayit mengundang orang yang dikehendakinya dari tetangga dan kerabat untuk makan bersama mereka dari makanan yang disuguhkan.” (Fatawa Syekh Abdul Aziz Bin Baz, 9/325).
Dalam ‘Fatawa Lajnah Daimah (8/378)
وأما صنع الطعام من أهل الميت للناس فهو خلاف السنة ، بل هو منكر... إلا إذا نزل بهم ضيف : فلا بأس " انتهى.
“Adapun memasak makanan dari keluarga mayit untuk orang-orang itu menyalahi sunah, bahkan itu termasuk kemungkaran. Kacuali kalau ada tamu yang tinggal, maka tidak mengapa (diberi makanan).”
Berkata Syekh Muhammad Mukhtar Sinqiti rahimahullah :
" هنا مسألة عمت بها البلوى ، وهي مسألة الضيف إذا نزل على آل الميت ، فإذا كان هناك ضيف ، خاصةً من القرابات : كأبناء عمٍ أو إخوانٍ نزلوا وجاءوا من سفر ونزلوا على الإنسان ، وهم ضيوف لهم حق الضيافة ، فذبح لهم ، لا لأجل الموت ولا صدقةً على الميت ، بل إكراماً للضيف : فلا حرج ؛ لأن هذا منفكٌ عن أصل مسألتنا ، فليس من العزاء ولا هو متعلق بالعزاء ، وإنما هو من باب إكرام للضيف الذي أمر الله به ورسوله ، فيكرم الضيف ولا حرج ". انتهى من "شرح زاد المستقنع" (86/ 15، بترقيم الشاملة آليا)
“Permasalahan ini sudah masyhur, yaitu permasalahan tamu ketika tinggal di keluarga mayit. Kalau disana ada tamu, terutama dari kerabat, seperti anak paman atau saudara-saudaranya tinggal dan datang dari jauh dan tinggal bersama seseorang, maka mereka adalah tamu yang mempunyai hak tamu. Maka menyembelih (hewan) untuk mereka bukan karena mayit dan tidak dalam rangkah sodaqah untuk mayit, akan tetapi sebagai penghormatan kepada tamu, tidaklah mengapa. Karena hal ini bukan termasuk pembahasan kita. Tidak termasuk berkabung juga tidak terkait dengan berkabung. Akan tetapi karena menghormati tamu yang Allah dan RasulNya perintahkan. Maka menghormati tamu tidak mengapa.” (Syarh Zadul Mustaqni’, 86/15 dengan penomoran syamil computer).
Akan tetapi jika makanan dan minuman tersebut disediakan memang untuk acara kematian atau disedekahkan yang pahalanya untuk si mayit maka ini perkara baru dalam agama, yang sebagian ulama memakruhkan dan sebagian lain mengharamkan.
Berkata An-Nawawi rahimahullah :
" وَأَمَّا إِصْلَاحُ أَهْلِ الْمَيِّتِ طَعَامًا ، وَجَمْعُهُمُ النَّاسَ عَلَيْهِ ، فَلَمْ يُنْقَلْ فِيهِ شَيْءٌ ، وَهُوَ بِدْعَةٌ غَيْرُ مُسْتَحَبَّةٍ ". انتهى من "روضة الطالبين" (2/145).
“Adapun jika keluarga mayit memasak makanan dan mengumpulkan orang untuk itu, tidak dinukil sedikitpun adanya riwayat tentang hal itu. Dia termasuk bid’ah dan tidak dianjurkan.” (Raudhatut-Thalibin, 2/145).
Berkata Ibun Qudamah rahimahullah :
" فَأَمَّا صُنْعُ أَهْلِ الْمَيِّتِ طَعَامًا لِلنَّاسِ : فَمَكْرُوهٌ ؛ لِأَنَّ فِيهِ زِيَادَةً عَلَى مُصِيبَتِهِمْ ، وَشُغْلًا لَهُمْ إلَى شُغْلِهِمْ ، وَتَشَبُّهًا بِصُنْعِ أَهْلِ الْجَاهِلِيَّةِ ". انتهى من "المغني" (3/ 497).
“Adapun keluarga mayit memasak makanan untuk orang, maka itu termasuk makruh karena semakin menambah musibahnya dan menyibukkan mereka dari kesibukan yang ada serta menyerupai apa yang dilakukan penduduk jahiliyah.” (Al-Mughni, 3/497).
Dalam Fatawa Lajnah Daimah, 9/145,
أما ما يفعله أهل الميت اليوم من عشاء وأربعينية فلا أصل له ، وإذا أرادوا الصدقة عن الميت بإطعام الطعام فينبغي أن لا يتقيدوا بيوم معين ، ولو تصدقوا على الفقراء بنقود فهو خير لهم ؛ لأنه أبعد عن الرياء وأنفع للفقراء وأبعد عن التشبه بغير المسلمين ". انتهى من "فتاوى اللجنة الدائمة" (9/ 149).
”Apa yang dilakukan keluarga mayit sekarang dari membuat makan malam dan hari keempat puluh, tidak ada asalnya. Kalau mereka ingin bersodaqoh untuk mayit dengan memberi makanan, selayaknya jangan terikat dengan hari tertentu. Jika mereka bersodaqah dengan uang, itu lebih baik bagi mereka. Karena itu lebih jauh dari riya dan lebih bermanfaat untuk para fakir dan lebih jauh dari menyerupai non Islam.” (Fatawa Lajnah Daimah, 9/149).
Berkata Ibnu Muflih rahimahullah :
وَقِيلَ : يَحْرُمُ ، وَكَرِهَهُ أَحْمَدُ وَقَالَ : مَا يُعْجِبُنِي ، وَنَقَلَ جَعْفَرٌ : لَمْ يُرَخِّصْ لَهُمْ ، وَنَقَلَ الْمَرُّوذِيُّ : هُوَ مِنْ أَفْعَالِ الْجَاهِلِيَّةِ ، وَأَنْكَرَهُ شَدِيدًا ". انتهى من " الفروع" (3/408).
“Ada pendapat yang mengharamkan. Sementara Ahmad memakruhkannya, seraya mengatakan, “Saya tidak menyukai.” Dinukil Ja’far yang tidak memberikan keringanan bagi mereka dalam hal ini. Marwazi menukilkan, “Itu termasuk prilaku orang jahiliyah dan sangat diingkari.” (Al-Furu, 3/408).
Tulisan ini banyak mengambil faidah dari Al Islam Sual Wa Jawab Nomor 220923.
AFM
https://abufadhelmajalengka.blogspot.com/2019/10/hidangan-dalam-kematian.html
LETAK_KEBAHAGIAAN_HAKIKI_ADALAH_DI_HATI
LETAK_KEBAHAGIAAN_HAKIKI_ADALAH_DI_HATI
» Imam Ibnul Qayyim Al-Jauziyyah rahimahullah berkata:
“Dan Allah Ta’ala yang Maha Mengetahui bahwa aku tidak pernah melihat seorang pun yang lebih bahagia hidupnya daripada beliau (Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullah). Padahal kondisi kehidupan beliau sangat susah, jauh dari kemewahan dan kesenangan duniawi, bahkan sangat memprihatinkan. Ditambah lagi dengan (siksaan dan penderitaan yang beliau alami di jalan Allah Ta’ala), yang berupa siksaan dalam penjara, ancaman dan penindasan (dari musuh-musuh beliau). Tapi di sisi lain (aku mendapati) beliau adalah termasuk orang yang paling bahagia hidupnya, paling lapang dadanya, paling tegar hatinya serta paling tenang jiwanya.
Terpancar pada wajah beliau sinar keindahan dan kenikmatan hidup (yang beliau rasakan). Dan kami (murid-murid Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullah), jika ditimpa perasaan takut yang berlebihan, atau timbul (dalam diri kami) prasangka-prasangka buruk atau (ketika kami merasakan) kesempitan hidup, kami segera mendatangi beliau (untuk meminta nasehat).
Dengan hanya memandang (wajah) beliau dan mendengarkan ucapan nasehat beliau, serta merta hilang semua kegundahan yang kami rasakan dan berganti dengan perasaan lapang, tegar, yakin dan tenang.”
(Lihat Kitab Al-Wabilu Ash-Shoyyib, karya imam Ibnul Qoyyim Al Jauziyyah, hal. 67)
Hal ini menunjukkan kepada kita bahwa;
✓ Kekuasaan, jabatan, popularitas, kekayaan dan segala bentuk kemewahan dunia bukan jaminan bagi seseorang untuk meraih dan merasakan kebahagiaan hidup di dunia yang fana ini.
✓ Seorang hamba akan merasakan hidup bahagia jika hatinya telah merasa lapang, tenang dan tentram. Dan hal ini tidaklah dapat diraih kecuali dengan keimanan dan ketakwaan kepada Allah serta senantiasa berdzikir kepada -Nya.
Semoga Allah menganugerahkan kepada kita kehidupan yang bahagia di dunia dan akhirat. Aamiin.
https://abufawaz.wordpress.com/2019/10/09/letak-kebahagiaan-hakiki-adalah-di-hati/