Menjelang akhir 2014 lalu, seorang rekan senior mantan pemilik ilmu kesaktian menceritakan kisahnya sendiri.
Seperti biasa, ia keluar rumah untuk mencari nafkah dan istrinya di rumah mengerjakan aktifitas dan urusan rumah tangga.
Selama ia bekerja di luar rumah hari itu, istrinya didatangi seorang lelaki yang berwajah persis seperti wajah suaminya. Tak ada bedanya sama sekali. Setiap yang melihat pasti akan menyangka bahwa dia adalah suaminya.
Lelaki itu mengajaknya untuk berhubungan layaknya permintaan seorang suami kepada istrinya.
Sebagai seorang istri, tentu saja ia menerima permintaan tersebut. Saat hendak memulai, ia segera tersadar bahwa “suaminya” belum membaca doa dan perlindungan kepada Allah. Tidak seperti biasanya.
Sang istri lantas membaca ta’awwudz dan meminta “suaminya” untuk membaca dzikir yang sama. Pasalnya, jauh-jauh hari mereka sepakat untuk saling mengingatkan agar membaca doa dan pengamalan sunnah sebelum memulai ‘ibadah’ tersebut.
Anehnya setelah itu, “suaminya” itu lari terbirit-terbirit meninggalkan rumah.
***
Benarlah apa yang ditulis oleh Dr. Qadzlah bintu Muhammad al Qahthaniy dalam disertasinya yang mengupas jerat-jerat syaithan bagi anak manusia dalam segala lini kehidupan.
Pada sub tema “kehadiran syaitan saat seseorang melakukan jima dengan istrinya”, beliau menyebutkan hadits nabi shallallahu alaihi wasallam
لَوْ أَنَّ أَحَدَهُمْ إِذَا أَرَادَ أَنْ يَأْتِيَ أَهْلَهُ، قَالَ: بِاسْمِ اللهِ، اللهُمَّ جَنِّبْنَا الشَّيْطَانَ، وَجَنِّبِ الشَّيْطَانَ مَا رزَقْتَنَا، فَإِنَّهُ إِنْ يُقَدَّرْ بَيْنَهُمَا وَلَدٌ فِي ذَلِكَ، لَمْ يَضُرَّهُ شَيْطَانٌ أَبَدًا
“Jika kalian hendak mendatangi istrinya, lalu membaca:
بِاسْمِ اللهِ، اللهُمَّ جَنِّبْنَا الشَّيْطَانَ، وَجَنِّبِ الشَّيْطَانَ مَا رَزَقْتَنَا
’Dengan nama Allah. Ya Allah, jauhkanlah kami dari setan dan jauhkanlah setan dari anak yang Engkau berikan kepada kami.’
Jika ditakdirkan adanya anak dari hubungan itu, maka setan tidak akan bisa mengganggu anak tsb selamanya.” (HR. Bukhari, Muslim dan yang lainnya)
Mengenai sisi pendalilan dalil tersebut, Dr. Qadzlah mengatakan:
“Segi pendalilan hadits tersebut, Rasulullah shallallahu alaihi wasallam memerintahkan seseorang untuk berdoa dengan doa ini saat jima yang menunjukkan bahwa syaitan hadir saat seseorang melakukan jima’. Jika dia berdzikir, syaitan menghilang.”
___
■Hikmah:
1- Kejahatan sebagian jin dan tukang sihir itu akan selalu ada.
2- Keampuhan doa, dzikir dan pengamalan sunnah dalam melindungi diri dan keluarga dari gangguan syaitan dan tukang sihir.
3- Pentingnya pasutri untuk saling mengingatkan dalam menerapkan sunnah-sunnah sebelum berhubungan.
4- Istri pun tetap disyariatkan membaca doa, walaupun sebagian ulama menyebutkan bahwa doa tsb cukup dibaca oleh suami.
5- Pasangan yang membaca doa/berdzikir sebelum jima, tidak berarti anak yang dilahirkan dari aktifitas itu nantinya benar-benar terbebas dari gangguan syaithan. Sebab para ulama menyebutkan bahwa makna “tidak diganggu syaitan selamanya” hanya mencakup beberapa gangguan saja, tidak semua gangguan.
Ada yang memaknainya bahwa syaitan tidak bisa memudharatkan akal, agama, dan badan si anak. Ada pula yang memaknai bahwa syaitan tidak bisa ikut campur saat orang tuanya berjima, dan makna lainnya.
___
Catatan:
Status ini dishare kembali dengan penambahan beberapa keterangan faidah yang kami nukil dari disertasi Dr. Qadzlah bintu Muhammad al Qahthaniy yang berjudul Maqayid as Syaithan fiy Masail al I'tiqad wa Thuruq at-Tahshin Minh.
■Penyusun: Yani Fahriansyah
-2017-