Tentang Pembatal keislaman
Pembatal keislaman bukan hanya syirik besar namun juga ada banyak dan yang disebutkan oleh para ulama ada 10. Namun apakah orang yang jatuh kepada salah satu pembatal keislaman langsung dihukumi kafir tanpa dilihat keadaan pelakunya?
Berkata ibnu Taimiyah rahimahullah:
كذلك من دعا غير الله وحج إلى غير الله هو أيضًا مشرك، والذي فعله كفر، لكن قد لا يكون عالمًا بأن هذا شرك محرم.
كما أن كثيرًا من الناس دخلوا في الإسلام من التتار وغيرهم وعندهم أصنام لهم صغار من لبد وغيره وهم يتقربون إليها ويعظمونها ولا يعلمون أن ذلك محرم في دين الإسلام، ويتقربون إلى النار أيضًا ولا يعلمون أن ذلك محرم ، فكثير من أنواع الشرك قد يخفى على بعض من دخل في الإسلام ولا يعلم أنه شرك ، فهذا ضال ، وعمله الذي أشرك فيه باطل ، لكن لا يستحق العقوبة حتى تقوم عليه الحجة
“Demikian pula orang yang berdo’a kepada selain Allah dan berhajji kepada selain Allah juga musyrik. Yang yang melakukannya kafir. Akan tetapi terkadang ia tidak mengetahui bahwa itu adalah syirik yang diharamkan. Sebagaimana banyak manusia yang masuk islam dari kaum Tartar dan lainnya. Mereka memiliki berhala yang kecil yang mereka bertaqarrub kepadanya dan mengagungkannya. Mereka tidak mengetahui bahwa itu diharamkan dalam agama islam. Mereka juga bertaqarrub kepada api dan tidak mengetahui bahwa itu haram. Banyak jenis jenis kesyirikan yang tersembunyi pada sebagian orang yang masuk islam dan tidak mengetahui bahwa itu syirik. Maka ia tersesat dan amalnya yang terkena syirik batal. Namun tidak boleh diberikan sanksi sampai ditegakkan padanya hujjah.” (Arroddu ‘alal Akhnai hal 206)
Lihatlah beliau memberikan perincian dalam masalah kesyirikan. Ada yang diberikan udzur dan ada yang tidak.
Syaikh Abdurrozzaq Afifi ditanya tentang kuburiyin (penyembah kuburan), beliau menjawab:
هم مرتدون عن الإسلام إذا أقيمت عليهم الحجة ، وإلا فهم معذورون بجهلهم ، كجماعة الأنواط
“Mereka murtad dari islam jika telah ditegakkan hujjah. Jika belum maka mereka diberikan udzur karena kejahilan mereka sebagaimana halnya jamaah anwath.” (Fatawa Syaikh Abdurrozaq Afifi hal 371)
Beliau juga memberikan perincian. Tidak mengkafirkan secara mutlak.
Berkata syaikh Abdurrohman Al Mu’allimi rahimahullah:
فنحن وإن قلنا في صورةٍ من صور السؤال ونحوها : إنَّ هذا دعاءٌ لغير الله تعالى وعبادةٌ وشرك ، فليس مقصودُنا أن كلَّ من فعل ذلك يكون مشركًا ، وإنما يكون مشركًا مَنْ فَعَلَ ذلك غيرَ معذور، فأما من فعلها معذورًا ، فلعلَّه يكون من خيار عباد الله تعالى
“Dan kami walaupun berkata tentang gambaran pertanyaan tsb dan sejenisnya yaitu bahwa berdo’a kepada selain Allah, ibadah dan syirik. Bukanlah maksud kami bahwa setiap orang yang melakukan demikian menjadi musyrik. Akan tetapi yang menjadi musyrik adalah yang melakukannya tanpa ada udzur. Adapun yang melakukannya karena udzur, maka bisa jadi ia adalah hamba Allah yang terpilih.” (Ataar syaikh Abdurrohman Al Mu’allimi 3/826)
Berkata syaikhuna Abdul Muhsin Al Abbad Al Badr hafidzhullah ta’ala:
وأمَّا دعاء أصحاب القبور والاستغاثة بهم ، وسؤالهم قضاء الحاجات وكشف الكربات : فهو شرك أكبر مُخرجٌ من الملَّة .
ويُقال لهذا الفعل: شرك وكفر ، ولا يُقال لكلِّ من فعل ذلك إنَّه مشرك كافر ؛ فإنَّ من فعل ذلك وهو جاهل : معذورٌ لجهله ، حتى تُقام عليه الحجَّة ويفهمها ، ثمَّ يُصرُّ على ذلك ، فإنَّه حينئذ يُحكم بكفره وردَّته .
والفتنة في القبور من الأمور التي يكون فيها لَبسٌ عند كثير من الناس ، مِمَّن نشأ في بيئة تعتبر تعظيم القبور ودعاء أصحابها من محبَّة الصالحين، لاسيما إذا كان بينهم أحد من أشباه العلماء الذين يتقدَّمونهم في تعظيم القبور والاستغاثة بأصحابها، زاعمين أنَّهم وسائط تقرِّب إلى الله
Adapun berdoa kepada penghuni kubur, memohon bantuan kepada mereka, meminta agar dipenuhi kebutuhan dan dihilangkan kesulitan adalah syirik akbar yang mengeluarkan pelakunya dari islam. Namun tidak setiap orang yang melakukan itu disebut musyrik kafir. Siapa yang melakukan itu karena jahil maka ia diberi udzur karena kejahilannya. Hingga ditegakkan padanya hujjah dan memahaminya lalu ia ngeyel maka saat itu ia dihukumi sebagai kafir.
Fitnah kuburan termasuk perkara yang menjadi samar bagi banyak orang yang tumbuh di lingkungan yang menganggap mengagungkan kuburan dan berdoa kepada penghuninya sebagai bentuk cinta kepada orang orang yang shalih. Terlebih apabila diantara mereka ada yang dianggap ulama yang mendahului mereka dalam mengagungkan kuburan dan istighatsah kepada mereka dengan klaim bahwa mereka adalah perantara yang mendekatkan diri mereka kepada Allah.” (Kutub warosail Al Allamah Al Abbad 4/372)
Ustadz badrusalam
Insya Allah penjelasan ini lebih proporsional:
- takfir muthlak itu wilayah fatwa
- adapun takfir muayyan itu wilayah qodho/vonis hakim
Jika ada yg berbuat kekukufuran terus ada yg menkafirkannya secara ta'yin(tunjuk orang) mk tdk boleh baginya mengharuskan orang lain berpendapat sbgmn fatwa tsb.
Pun tdk bisa mengilzamkan orang lain dg kaidah "yg tdk mengafirkan kafir atau ragu akan kekafirannya maka dia telah kafir"
Kaidah ini berlaku jika hukum takfir tsb sdh ditetapkan sbg vonis/qodho' hakim
Ustadz noor ikhsan silviantoro