Salah satu persoalan kunci dalam permasalahan Akidah dan Sifat-sifat Allah Ta'ala adalah persoalan fiil,
antara lain mengenai pembedaan antara fiil (perbuatan) dengan maful (objek) dan mengenai penyandangan fiil oleh failnya (pelakunya).
Ini dibahas dalam kaitannya dengan fiil Allah Ta'ala maupun fiil hamba.
Karenanya, beberapa imam di era Salaf sudah menegaskan pendirian Ahlussunnah mengenai hal ini, yang juga selaras dengan rasio dan akal sehat. Maka setiap pemelajar Akidah yang serius perlu bi'aunillah mendalami persoalan ini secara matang.
Di antara kalangan Mutakallimin yg punya keselarasan dengan Salaf dan Ahlussunnah dalam dua perkara di atas adalah aliran yang kemudian disebut sebagai "Maturidiyyah".
Abul Fath Alauddin As-Samarqandi RH, misalnya, menegaskan (sebagaimana pada screenshots terlampir ini) bahwa:
1. Pengadaan (perbuatan mencipta) itu tidaklah sama dengan yang diadakan (ciptaan);
2. Perbuatan mengadakan ciptaan itu adalah sifat yang disandang oleh Sang Pencipta SWT;
3. Hamba juga punya perbuatannya sendiri yang betul-betul merupakan perbuatan sadarnya dan dilakukan olehnya.
Untuk 2 poin pertama, Abul Fath As-Samarqandi antara lain berargumentasi bahwa keberadaan makhluk itu tidak cukup hanya bersandar secara simpel pada dzat Tuhan ataupun pada sifat qudrah dan iradah saja, melainkan mesti ada sifat lain yang mengaktualkan keberadaan ciptaan (yaitu sifat berupa penciptaan atau perbuatan mengadakan).
Abul Fath juga menegaskan bahwa penciptaan atau perbuatan mengadakan itu pastilah disandang oleh Sang Pencipta, sebab bila tidak maka jadinya sifat tersebut disandang oleh pihak lain atau malah tidak punya penyandang sama sekali dan keduanya tentu absurd.
Untuk poin ke-3, Abul Fath antara lain berargumentasi bahwa perbuatan hamba tersebut memang disandarkan secara hakiki ke si hamba, si hamba betul-betul melakukannya secara sadar dan bukan sekadar menyandangnya, serta si hamba pula yang kemudian dinilai berdasarkan perbuatan sadar itu dan menanggung akibatnya, walaupun pencipta dari perbuatan itu tetaplah Allah Ta'ala.
Dalam poin ke-3 tersebut Abul Fath sejalan dengan pendirian Hanabilah secara umum, dan dalam poin 1-2 di atas sejalan dengan pendirian para muhaqqiq Hanabilah (semisal Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah) maupun tokoh-tokoh terkenal Hanabilah belakangan (semisal As-Saffarini RH)
terlepas persoalan apakah sifat mencipta dan perbuatan mengadakan itu hanya ada satu saja ataukah banyak, dan satu per satunya didahului oleh kehendak ataukah tidak.
Wamâ taufîqunâ illâ billâh.
Ustadz babanya aisyah/
Ustadz nidlol mas'ud