Sabtu, 26 Februari 2022

stop sombong

Ada isykal dalam pikiran saya.Berdasarkan hadist di Arba'in Nawawi, bahwa ruh ditiupkan ke janin setelah usia 40+40+40= 120 hari (4 bulan). Namun, secara medis bahwa janin yang belum mencapai usia 4 bulan pun sudah ada jantungnya dan berdetak jantungnya, bahkan sudah bisa bergerak² anggota tubuhnya.Apakah fungsi tubuh berjalan meskipun tanpa ruh?Mohon penjelasan bagaimana mengkorelasikannya.

FAEDAH TANYA JAWAB
(Grub WA kajian malam rabu)

Pertanyaan :
Mohon ijin bertanya Asatidz yang kami hormati.

Ada isykal dalam pikiran saya.
Berdasarkan hadist di Arba'in Nawawi, bahwa ruh ditiupkan ke janin setelah usia 40+40+40= 120 hari (4 bulan). Namun, secara medis
 bahwa janin yang belum mencapai usia 4 bulan pun sudah ada jantungnya dan berdetak jantungnya, bahkan sudah bisa bergerak² anggota tubuhnya.
Apakah fungsi tubuh berjalan meskipun tanpa ruh?
Mohon penjelasan bagaimana mengkorelasikannya.

Jazaakumullahu khayran kami sampaikan sebelumnya.

Jawaban :

[25/2 05.58] 
Ust Fikri: قال ابن القيم – رحمه الله - : " فإن قيل : الجنين قبل نفخ الروح فيه هل كان فيه حركة وإحساس أم لا ؟ قيل : كان فيه حركة النمو والاغتذاء كالنبات , ولم تكن حركة نموه واغتذائه بالإرادة , فلما نُفخت فيه الروح انضمت حركة حسيته وإرادته إلى حركة نموه واغتذائه " 

Selengkapnya : https://islamqa.info/ar/answers/165456/

Menurut Ibnul Qoyyim, sebelum ada ruh, memungkinkan adanya gerakan-gerakan dengan tujuan untuk tumbuhnya badan dan disebarkannya nutrisi ke janin (seperti tumbuhan). Setelah ada ruh, maka memungkinkan adanya gerakan yang didasari oleh kehendak. 
Wallaahu a'lam.
Di share oleh Ustadz nurhadi nugroho 

Berkata salah seorang dari mereka kepada syaikh nya: ‘Aku melakukan dosa’Syaikh berkata: ‘Bertaubatlah!’

Berkata Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah:

“Berkata salah seorang dari mereka kepada syaikh nya: 
‘Aku melakukan dosa’
Syaikh berkata: ‘Bertaubatlah!’
Ia berkata lagi: ‘Lalu aku mengulangi dosa kembali’
Syaikh berkata: ‘Bertaubatlah!’
Ia berkata lagi: ‘Lalu aku mengulangi dosa kembali’
Syaikh berkata: ‘Bertaubatlah!’
Ia bertanya: ‘Sampai kapan?’
Syaikh menjawab: ‘Sampai engkau membuat setan bersedih’

📚 Majmu’ Fatawa 7/492
Ustadz yami cahyanto 

Mereka berkata:• Siapa yang merasa takjub dengan pendapatnya, maka ia tersesat.

Mereka berkata:

• Siapa yang merasa takjub dengan pendapatnya, maka ia tersesat.

• Siapa yang merasa cukup dengan akalnya, maka ia tergelincir.

• Siapa yang menyombongkan diri dihadapan manusia, maka ia terhinakan.

•  Siapa yang berbaur dengan orang orang rendahan/ bajingan, maka ia direndahkan.

• Siapa yang bermajlis bersama para ulama, maka ia akan dimuliakan”

📚 Jami’ Bayan al ‘Ilmi wa Fadhlihi, Ibnu Abdil Barr 1/143
Ustadz yami cahyanto 

Berkata sebahagian salaf: ‘Apabila Iblis dan bala tentara nya berkumpul, maka mereka belum pernah berbahagia sebesar bahagianya mereka terhadap tiga perbuatan anak Adam:

Berkata al Imam Ibnul Qayyim: 

“Berkata sebahagian salaf: ‘Apabila Iblis dan bala tentara nya berkumpul, maka mereka belum pernah berbahagia sebesar bahagianya mereka terhadap tiga perbuatan anak Adam:

1. Seorang mukmin yang membunuh mukmin lainnya

2. Seorang yang mati diatas kekufuran

3. Hati seseorang yang didalamnya ada rasa takut terhadap kefakiran.”

📚 Thariq al Hijratain hal.60
Ustadz yami cahyanto

Kamis, 24 Februari 2022

Tanda Ahlul Bid’ah

Tanda Ahlul Bid’ah

Imam Abu Hatim Ar Razi rahimahullah berkata:

علامة أهل البدع الوقيعة في أهل الأثر وعلامة الزنادقة تسميتهم أهل السنة حشوية يريدون إبطال الآثار وعلامة الجهمية تسميتهم أهل السنة مشبهة 

“Tanda ahlul bid’ah adalah mencaci maki para pemegang atsar. Tanda zindiq adalah menamai ahlussunnah sebagai hasyawiyah. Dengan tujuan membatalkan atsar. Tanda jahmiyah adalah menamai ahlussunnah sebagai musyabbihah.”
(Syarah i’tiqod Ahlussunnah karya imam Al Laalikai 1/197)

Demikianlah kaum ahlul bid’ah selalu mencaci maki ahlussunnah dan memberikan gelar gelar yang buruk kepada mereka. Seperti kaum asya’iroh yang menamai ahlussunnah sebagai mujassimah karena menetapkan sifat sifat Allah yang mereka ingkari. 

Namun ahlussunnah tidak akan terpengaruh dengan sikap buruk kaum ahlul bid’ah. Karena hujjah ahlussunnah adalah hadits dan atsar sesuai dengan pemahaman salafushalih.
Ustadz badrusalam 

Mana yang lebih afdhol, menjadi imam atau muadzin?Dalam madzhab hanabilah, adzan itu lebih besar besar pahalanya daripada menjadi imam.

Mana yang lebih afdhol, menjadi imam atau muadzin?

Dalam madzhab hanabilah, adzan itu lebih besar besar pahalanya daripada menjadi imam. 

Mereka berdalil dengan sebuah hadis "seorang imam adalah dhamin (penanggung jaminan) sedangkan seorang muadzin adalah mu'taman (seorang yang diberi amanat), Ya Allah berikanlah petunjuk kepada para imam dan ampunilah dosa para muadzin" (HR Ahmad dll).

Dan amanah itu lebih tinggi daripada jaminan, sedang pengampunan dosa lebih tinggi dariapada petunjuk. Maka muadzin lebih afdhol dari imam.

Adapun kenapa Rasulullah Shallalahu Alaihi Wasallam juga para khalifah setelah beliau tidak menjadi muadzin, itu dikarenakan kesibukan mereka dan sempitnya waktu mereka. Sebagaimana Umar berkata, "kalau bukan karena khalifah, maka aku akan adzan".
Ustadz abu hisyam assalemi

Rabu, 23 Februari 2022

Tidak semua masalah harus di selesaikan dengan wajah yg garang dan suara yg meledak-ledak. Kadang masalah² itu bisa di hilangkan dengan sikap yang santun dan berwajah ceria.

Tidak semua masalah harus di selesaikan dengan wajah yg garang dan suara yg meledak-ledak. Kadang masalah² itu bisa di hilangkan dengan sikap yang santun dan berwajah ceria. 

Di ceritakan bahwa al Muwaffaq Ibnu Qudamah - rahimahullah-, tidaklah beliau berdebat dengan seseorang melainkan beliau iringi dengan senyuman, sampai² sebagian orang berkata: "Syaikh ini mengalahkan musuhnya dengan senyumannya."

(Kitab Latha-iful Fawa-id, faidah no. 443)
Ustadz abu yahya tomi

Diantara nasehat Syaikh Sulaiman Ar-Ruhaili untuk para muslimah

Diantara nasehat Syaikh Sulaiman Ar-Ruhaili untuk para muslimah

"Hendaklah seorang wanita itu berusaha keras untuk MENJAUHI semua yang ALLAH HARAMKAN . Dan hendaknya juga berusaha keras untuk menjauhi 3 PERKARA BESAR, yaitu :

1. Mengingkari (kebaikan dan pemberian) suami.
2. Banyak mengeluh
3. Banyak melaknat (menghina & mencela)

Karena (ketiga hal) ini, termasuk diantara penyebab kesengsaraan wanita (di akhirat kelak)."

=====
Sumber : Dhawabith al-Riba, syaikh Sulaiman Ar-Ruhaili
Ustadz muhammad nurul fahmi 
https://www.facebook.com/100000325415611/posts/5152171068137023/

ujian lelaki shalih

Atsar Maudu/palsu ini, tidak ada dalam kitab Al hawi lil fatawa apa lagi di halaman yang di sebutkan, alhamdulillah saya punya kitab al hawi lil fatawa imam assyuti رحمه الله تعالى.

Atsar Maudu/palsu ini, tidak ada dalam kitab Al hawi lil fatawa apa lagi di halaman yang di sebutkan, alhamdulillah saya punya kitab al hawi lil fatawa imam assyuti رحمه الله تعالى. 
Justru di sebutkan dalam buku bahtsul masaail ke 5 (ahkamul fuqoha) hal 94 itu berasal dari kitab mataaliud daqooiq dan tidak jelas juntrungnya, dan di hukumi atsar umar ini ialah Maudu'/palsu tidak sah jadi dalil. Itu kata kitab ahkamul fuqoha (bahtsul masaail hal 94.). 

Imam Assuyuti رحه الله تعالى dalam kitabnya yang lain yaitu Tahdzirul khowwas ala akaadzibil qussos hal 125 cet maktabah al islami bairut..dan menukil perkataan imam al haromain رحمه الله bahwa:
   "Hukumnya dosa besar sengaja2 berdusta atas Nabi dan salah satu kekufuran."
https://www.facebook.com/100002900261489/posts/4539562616150369/

Selasa, 22 Februari 2022

Syaikh DR. Rabi' bin Hadi Al Madkhali حفظه الله mengatakan : أَهلُ البِدَعِ يَخَافُونَ مِنَ المَنْهَجِ السَّلَفِي ويَعرِفُونَ أنَّ الحَقَّ مُتَمَثّلٌ فِيهِ."Ahlul bid'ah mereka takut dari manhaj salafi, karena mereka tau bahwa kebenaran ada pada manhaj ini",. (Al Majmu' 1/499).

#MANHAJ_SALAFI
#JALAN_YANG_LURUS

Syaikh DR. Rabi' bin Hadi Al Madkhali حفظه الله mengatakan : 

أَهلُ البِدَعِ يَخَافُونَ مِنَ المَنْهَجِ السَّلَفِي ويَعرِفُونَ أنَّ الحَقَّ مُتَمَثّلٌ فِيهِ.

"Ahlul bid'ah mereka takut dari manhaj salafi, karena mereka tau bahwa kebenaran ada pada manhaj ini",. (Al Majmu' 1/499).

Ketika kaum muslimin semakin kuat dalam berpegang kepada islam dan manhaj salaf maka kaum kuffar dan munafiqun semakin gerah dan takut akan kejayaan islam dan kebangkitan kaum muslimin.

Jika Ahlus Sunnah Salafiyyin semakin kuat dalam istiqamah diatas manhaj salaf maka menjadikan ahlul bida' bertambah gerah dan takut karena kejayaan sunnah dan runtuhnya bid'ah-bid'ah. 

Tidak ada jalan yang mendekatkan diri kepada Allah kecuali dengan meniti manhaj salaf, jalan yang dibawa Rasulullah shallallahu alaihi wasallam dan para shahabatnya. sebagaimana firman Allah :

وَأَنَّ هَٰذَا صِرَاطِي مُسْتَقِيمًا فَاتَّبِعُوهُ ۖ وَلَا تَتَّبِعُوا السُّبُلَ فَتَفَرَّقَ بِكُمْ عَنْ سَبِيلِهِ ۚ ذَٰلِكُمْ وَصَّاكُمْ بِهِ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ

"Dan bahwa (yang Kami perintahkan) ini adalah jalanKu yang lurus, maka ikutilah dia, dan janganlah kamu mengikuti jalan-jalan (yang lain), karena jalan-jalan itu mencerai beraikan kamu dari jalanNya. Yang demikian itu diperintahkan Allah agar kamu bertaqwa". (Qs. Al An'am : 153).

Jalan yang penuh dengan ujian, celaan, cacian dan ancaman tetapi siapa yang istiqamah diatasnya maka jaminanya keselamatan di dunia dari berbagai fitnah [syirik, bid'ah, syubhat] dan selamat di akhirat dari siksa neraka.

Yakinlah akan janji Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bahwa siapa saja yang menghina dan menyimpang dari sunnahnya mereka akan dihinakan di dunia dan akhirat :

 وَجُعِلَ الذُّلُّ وَالصَّغَار عَلَى مَنْ خَالَف أَمْرِي

"Dan dijadikan hina dina atas siapa saja yang menyelisihi [menghina] sunnahku". (HR. Ahmad no. 5667, shahihul jami' no. 2831).

حفظ الله السنة وأهلها ودعاتها من سوء وشرور، وأذل الله الكفار وأعداء السنة وأهلها،.
Ustadz muhammad alif 

menyesali yg telah hilang, merasa bahagia dengan apa yg masih di tanganmu

sampai merasa terasing di kalangan makhluqnya

Sabtu, 19 Februari 2022

Hukum Memberi Makan Kucing dan Anjing Liar

Hukum Memberi Makan Kucing dan Anjing Liar

Syaikh Utsman As-Salimiy hafizhahullah pernah berkisah (kurang lebih), "Di zaman Syaikh Muqbil, ada pelajar dari Eropa yang sering membeli ikan tuna kalengan untuk diberikan kepada anjing dan kucing. Kemana akal dia? Banyak diantara rang-orang barat yang begitu berlebihan mencintai anjing dan kucing tapi tidak peduli dengan tetangganya sendiri. Ini ajaib. Banyak orang kelaparan dan tidak mampu membeli sekaleng tuna. Jangan sampai rasa sayang kepada hewan membuat sakit hati orang-orang miskin yang melihat ikan tuna yang dia damba-dambakan diberikan kepada anjing.

Pada dasarnya memberikan makanan kepada hewan boleh-boleh saja. Akan tetapi jika ia biarkan anjing-ajing atau kucing-kucing itu mencari makan sendiri dari hewan-hewan kecil dan tikus akan lebih baik. Allah-lah yang telah mencukupi rizki mereka. Terlebih jika seseorang membeli sekaleng tuna yang mahal harganya hanya untuk memberi makan anjing, maka hal semacam ini bukan termasuk meletakkan sesuatu pada tempatnya."
Al akh abu razin taufiq

SIAPAKAH SAHABAT NABI YANG PALING TINGGI BESAR PERAWAKANNYA????

SIAPAKAH SAHABAT NABI YANG PALING TINGGI BESAR PERAWAKANNYA????

Al-Imam Ibnu Katsir Rahimahullah mengisahkan:

"Kaisar Romawi pernah mengirim seorang lelaki yang paling tinggi besar kepada Muawiyah Bin Abi Sufyan Radhiyallahu Anhu, lalu menantang apakah ada  lelaki Islam yang tinggi semisalnya? Maka Muawiyah memanggil sahabat nabi Qais bin Sa'ad bin Ubadah Radhiyallahu'anhuma, beliau (Qais) termasuk cerdas dan cerdiknya bangsa Arab (pernah menjabat wali Mesir di zaman Khulafaur Rasyidin) , jika ia naik kuda maka kakinya sampai ke tanah saking tingginya. 

Muawiyah berkata: 
"wahai Qais berdirilah di samping lelaki Romawi ini, maka Qais menjawab: " tidak ...demi Allah, tidak ada kemuliaan (aku berdiri di sampingnya), akan tetapi ini sirwal (celanaku), kalian ukur dengannya....ketika mereka membawa dan mengukurnya maka sirwal Qais mencapai hidung si lelaki Romawi tersebut. Maka para sahabat dan manusia pun tertawa lepas karenanya."

 (Padahal sahabat nabi itu tidak Isbal)

Orang² berkata kepada Qais: "kenapa engkau melepas celanamu (sekarang) dan tidak membawa saja langsung dari rumahmu?"

Maka beliau menjawab:

"أردت بها كي يعلم الناس أنها
 سراويل قيس والوفود شهود،
 وأن لا يقولوا غاب قيس وهذه
 سراويل عادٍ أو ما خلفته ثمود،

Aku melakukannya agar manusia tau, bahwa itu Memang benar celananya Qais, dan agar para tamu (delegasi) mjd saksi, supaya mereka tidak berkata bahwa Qois tidak datang, namun yang diukur adalah celananya bangsa Aad atau kaum Tsamud (yang terkenal gede dan tinggi²).

Referensi:
Al-Imam Ibn Kathir, al-Bidayah wa al-Nihayah, (vol. 5, hal: 337 dan vol.8, hal:101-102).

كان قيس ملازمًا للنبي حتى قال عنه أنس: كان قيس بن سعد بن عبادة من النبي بمنزلة صاحب الشرطة من الأمير. [البخاري والترمذي].

Dahulu Qais selalu membersamai nabi, sampai2 Anas bin Malik berkata: " Kedudukan Qais bin Sa'ad bin Ubadah di sisi nabi seperti kedudukan pengawal dan seorang Amir (pemimpin)... (HR. Bukhari).

Semoga Allah meridhoi Qais dan ayahandanya Radhiyallahu'anhuma
Ustadz fadlan fahamsyah 

Jumat, 18 Februari 2022

Seorang alim jenius, al-Khalîl bin Ahmad al-Farâhîdy (w. 170 H, rahimahullâh) berkata, "Manusia itu terdiri dari empat kalangan:

Seorang alim jenius, al-Khalîl bin Ahmad al-Farâhîdy (w. 170 H, rahimahullâh) berkata, 

"Manusia itu terdiri dari empat kalangan: 

(1) Orang yang tahu dan ia menyadari pengetahuannya; maka ia adalah seorang alim, ikutilah ia. 

(2) Orang yang tahu tapi ia tidak menyadari kalau ia tahu; maka ia adalah orang yang sedang tertidur, bangunkanlah ia. 

(3) Orang yang tidak tahu dan ia menyadari ketidaktahuannya; maka ia adalah pencari petunjuk, berikanlah arahan kepadanya. 

(4) Orang yang tidak tahu tapi ia tidak sadar kalau tidak tahu; maka itulah orang jahil, tolaklah ia." 

Kutipan di atas dibawakan antara lain oleh al-Ghazzâly (w. 505 H, rahimahullâh) dalam Ihyâ` 'Ulûmiddin, vol. I, hlm. 59.

Bisa jadi hubungan seksual yang halal (jima') yang lahir dengan sebabnya seorang anak semisal Imam Syafi'i dan Ahmad Bin Hanbal lebih baik dari beribadah selama seribu tahun

"Bisa jadi hubungan seksual yang halal (jima') yang lahir dengan sebabnya seorang anak semisal Imam Syafi'i dan Ahmad Bin Hanbal lebih baik dari beribadah selama seribu tahun."

(Talbis Iblis Imam Ibnul Jauzi 263)
Ustadz ridwan abu raihana

Senin, 14 Februari 2022

Diantara tujuan safar yang tidak dibenarkan adalah hanya ingin melihat-lihat daerah lain atau safar tanpa tujuan yang jelas.

Al-'Allaamah Abu Bakr Syatha ad-Dimyathi rahimahullah mengatakan ketika menjelaskan Ibnu Sabil sebagai salah satu mustahiq zakat,

إتعاب النفس و الدابة بلا غرض صحيح حرام

"Kegiatan melelahkan badan dan hewan tunggangan tanpa ada tujuan yang dibenarkan, hukumnya haram." (I'anatut Thalibin II/327)

Diantara tujuan safar yang tidak dibenarkan adalah hanya ingin melihat-lihat daerah lain atau safar tanpa tujuan yang jelas.

Dari sini bisa kita ambil kesimpulan bahwa touring ataupun semacamnya harus mempunyai tujuan yang dibenarkan secara syar'i sehingga bisa menjadi dasar melakukan safar.

Allahu a'lam.
Ustadz agus waluyo 

Jumat, 11 Februari 2022

menikah akan tetapi bersyarat

P.E.R.A.N.G B.A.D.A.R

P.E.R.A.N.G  B.A.D.A.R

Sebuah perang besar yang terjadi pada tanggal 17 Ramadan 2 H (13 Maret 624) di kawasan Al Badr sekitar 280km dari Kota Mekah atau sekitar 150km dari Kota Madinah. Pasukan kaum Muslim yang berjumlah 313 orang bertempur menghadapi pasukan Quroisy Mekkah yang berjumlah 1.000 orang. 

Perang yang berakhir dengan kemenangan yang begitu gemilang, menghilangkan banyak sekali nyawa tokoh-tokoh Quroisy Mekah. Setelah bertempur habis-habisan sekitar dua jam, pasukan Muslim berhasil menghancurkan barisan pertahanan pasukan Quroisy, yang kemudian mundur dalam kekacauan.

14 tentara Kaum Muslimin gugur syahid, sementara dari pihak Quroisy ada sekitar 50-70 yang meninggal dan 70an orang tertawan.

Berikut para Sahabat Yang mengikuti perang Badar, Jumlah kaum Muhajiriin lebih dari 60 sekian orang. Sedangkan jumlah kaum Anshar lebih dari 240 sekian sahabat. Total pasukan kaum Muslimin sebanyak 313 orang:

Nabi Muhammad Rosulullohu Alaihi Wassallam
Abu Bakar ash Shiddiq Ra.
‘Umar bin Khattab Ra.
‘Utsman bin ‘Affan Ra.
‘Ali bin Abi Thalib Ra.
Thalhah bin ‘Ubaidillah Ra.
Bilal bin Rabbah Ra.
Hamzah bin ‘Abdul Muththolib Ra.
‘Abdulloh bin Jahsyi Ra.
Zubair bin Awwam Ra.
Mus’ab bin ‘Umair bin Hasyim Ra.
‘Abdurrohman bin ‘Auf Ra.
‘Abdulloh bin Mas’ud Ra.
Sa’ad bin Abi Waqqos Ra.
Abu Kabsyah al-Faris Ra.
Anasah al-Habsyi Ra.
Zaid bin Harithah al-Kalbi Ra.
Marthad bin Abi Marthad al-Ghanawi Ra.
Abu Marthad al-Ghanawi Ra.
Husain bin Harits bin ‘Abdul Muththolib Ra.
‘Ubaidah bin Harits bin ‘Abdul Muththolib Ra.
Tufail bin Harits bin ‘Abdul Muththolib Ra.
Mistah bin Usasah bin ‘Ubbad bin ‘Abdul Muththolib Ra.
Abu Hudzaifah bin ‘Utbah bin Robi’ah Ra.
Subaih (mantan budak Abi ‘Asi bin Umaiyyah) Ra.
Salim (mantan budak Abu Hudzaifah) Ra.
Sinan bin Muhsin Ra.
‘Ukasyah bin Muhsin Ra.
Sinan bin Abi Sinan Ra.
Abu Sinan bin Muhsin Ra.
Syuja’ bin Wahab Ra.
‘Utbah bin Wahab Ra.
Yazid bin Ruqais Ra.
Muhriz bin Nadhlah Ra.
Robi’ah bin Aksam Ra.
Thoqfu bin Amir Ra.
Malik bin Amir Ra.
Mudlij bin Amir Ra.
Abu Makhsyi Suwaid bin Makhsyi al-To’i Ra.
‘Utbah bin Ghazwan Ra.
Khabbab (mantan budak ‘Utbah bin Ghazwan) Ra.
Hathib bin Abi Balta’ah al-Lakhmi Ra.
Sa’ad al-Kalbi (mantan budak Hathib) Ra.
Suwaibit bin Sa’ad bin Harmalah Ra.
Umair bin Abi Waqqas Ra.
Al-Miqdad bin ‘Amru Ra.
Mas’ud bin Robi’ah Ra.
Zus Syimalain ‘Amru bin ‘Amru Ra.
Khabbab bin al-Arat al-Tamimi Ra.
Amir bin Fuhairah Ra.
Suhaib bin Sinan Ra.
Abu Salamah bin ‘Abdul Asad Ra.
Syammas bin Uthman Ra. / Hadhrat Syammas bin Utsman
Al-Arqam bin Abi al-Arqam Ra.
Ammar bin Yasir Ra.
Mu’attib bin ‘Auf al-Khuza’i Ra.
Zaid bin Khoththob Ra.
Amru bin Suraqah Ra.
‘Abdullah bin Suraqah Ra.
Sa’id bin Zaid bin Amru Ra.
Mihja bin Akk (mantan budak ‘Umar bin Khoththob) Ra.
Waqid bin ‘Abdullah al-Tamimi Ra.
Khauli bin Abi Khauli al-Ijli Ra.
Malik bin Abi Khauli al-Ijli Ra.
Amir bin Rabi’ah Ra.
Amir bin al-Bukair Ra.
‘Aqil bin al-Bukair Ra.
Khalid bin al-Bukair Ra.
Iyas bin al-Bukair Ra.
Utsman bin Maz’un Ra.
Qudamah bin Maz’un Ra.
‘Abdullah bin Maz’un Ra.
Al-Saib bin Uthman bin Maz’un Ra.
Ma’mar bin al-Harits Ra.
Khunais bin Huzafah Ra.
Abu Sabrah bin Abi Ruhm Ra.
‘Abdullah bin Makhramah Ra.
‘Abdullah bin Suhail bin Amru Ra.
Wahab bin Sa’ad bin Abi Sarah Ra.
Hatib bin Amru Ra.
‘Umair bin Auf Ra.
Sa’ad bin Khaulah Ra.
Abu Ubaidah Amir al-Jarah Ra.
Amru bin al-Harits Ra.
Suhail bin Wahab bin Rabi’ah Ra.
Safwan bin Wahab Ra.
Amru bin Abi Sarah bin Rabi’ah Ra.
Sa’ad bin Muaz Ra.
Amru bin Muaz Ra.
Al-Harits bin Aus Ra.
Al-Harits bin Anas Ra.
Sa’ad bin Zaid bin Malik Ra.
Salamah bin Salamah bin Waqsyi Ra.
‘Ubbad bin Waqsyi Ra.
Salamah bin Tsabit bin Waqsyi Ra.
Rafi’ bin Yazid bin Kurz Ra.
Al-Harits bin Khazamah bin ‘Adi Ra.
Muhammad bin Maslamah al-Khazraj Ra.
Salamah bin Aslam bin Harisy Ra.
Abul Haitham bin al-Tayyihan Ra.
‘Ubaid bin Tayyihan Ra.
‘Abdullah bin Sahl Ra.
Qatadah bin Nu’man bin Zaid Ra.
‘Ubaid bin Aus Ra.
Nasr bin al-Harits bin ‘Abd Ra.
Mu’attib bin ‘Ubaid Ra.
‘Abdullah bin Thoriq al-Ba’lawi Ra.
Mas’ud bin Sa’ad Ra.
Abu Absi Jabr bin Amru Ra.
Abu Burdah Hani’ bin Niyyar al-Ba’lawi Ra.
Asim bin Tsabit bin Abi al-Aqlah Ra.
Mu’attib bin Qusyair bin Mulail Ra.
Abu Mulail bin al-Az’ar bin Zaid Ra.
‘Umair bin Mab’ad bin al-Az’ar Ra.
Sahl bin Hunaif bin Wahib Ra.
Abu Lubabah Basyir bin Abdul Munzir Ra.
Mubasyir bin Abdul Munzir Ra.
Rifa’ah bin Abdul Munzir Ra.
Sa’ad bin ‘Ubaid bin al-Nu’man Ra.
‘Uwaim bin Sa’dah bin ‘Aisy Ra.
Rafi’ bin Anjadah Ra.
‘Ubaidah bin Abi ‘Ubaid Ra.
Tsa’labah bin Hatib Ra.
Unais bin Qatadah bin Rabi’ah Ra.
Ma’ni bin Adi al-Ba’lawi Ra.
Tsabit bin Akhram al-Ba’lawi Ra.
Zaid bin Aslam bin Tsa’labah al-Ba’lawi Ra.
Rib’ie bin Rafi’ al-Ba’lawi Ra.
Asim bin Adi al-Ba’lawi Ra.
Jubr bin ‘Atik Ra.
Malik bin Numailah al-Muzani Ra.
Al-Nu’man bin ‘Asr al-Ba’lawi Ra.
‘Abdullah bin Jubair Ra.
Asim bin Qais bin Tsabit Ra.
Abu Dhayyah bin Tsabit bin al-Nu’man Ra.
Abu Hayyah bin Tsabit bin al-Nu’man Ra.
Salim bin Amir bin Tsabit Ra.
Al-Harits bin al-Nu’man bin Umayyah Ra.
Khawwat bin Jubair bin al-Nu’man Ra.
Al-Munzir bin Muhammad bin ‘Uqbah Ra.
Abu ‘Uqail bin Abdullah bin Tsa’labah Ra.
Sa’ad bin Khaithamah Ra.
Munzir bin Qudamah bin Arfajah Ra.
Tamim (maula Sa’ad bin Khaithamah) Ra.
Al-Harith bin Arfajah Ra.
Kharijah bin Zaid bin Abi Zuhair Ra.
Sa’ad bin al-Rabi’ bin Amru Ra.
‘Abdullah bin Rawahah Ra.
Khallad bin Suwaid bin Tsa’labah Ra.
Basyir bin Sa’ad bin Tsa’labah Ra.
Sima’ bin Sa’ad bin Tsa’labah Ra.
Subai bin Qais bin ‘Isyah Ra.
‘Ubbad bin Qais bin ‘Isyah Ra.
‘Abdullah bin Abbas Ra.
Yazid bin al-Harits bin Qais Ra.
Khubaib bin Isaf bin ‘Atabah Ra.
‘Abdullah bin Zaid bin Tsa’labah Ra.
Huraith bin Zaid bin Tsa’labah Ra.
Sufyan bin Bisyr bin Amru Ra.
Tamim bin Ya’ar bin Qais Ra.
‘Abdullah bin ‘Umair Ra.
Zaid bin al-Marini bin Qais Ra.
‘Abdullah bin ‘Urfutah Ra.
‘Abdullah bin Rabi’ bin Qais Ra.
‘Abdullah bin ‘Abdullah bin Ubai Ra.
Aus bin Khauli bin ‘Abdullah Ra.
Zaid bin Wadi’ah bin Amru Ra.
‘Uqbah bin Wahab bin Kaladah Ra.
Rifa’ah bin Amru bin Amru bin Zaid Ra.
Amir bin Salamah Ra.
Abu Khamishah Ma’bad bin Ubbad Ra.
Amir bin al-Bukair Ra.
Naufal bin ‘Abdullah bin Nadhlah Ra.
‘Utban bin Malik bin Amru bin al-Ajlan Ra.
‘Ubadah bin al-Somit Ra.
Aus bin al-Somit Ra.
Al-Nu’man bin Malik bin Tsa’labah Ra.
Tsabit bin Huzal bin Amru bin Qarbus Ra.
Malik bin Dukhsyum bin Mirdhakhah Ra.
Al-Rabi’ bin Iyas bin Amru bin Ghanam Ra.
Waraqah bin Iyas bin Ghanam Ra.
Amru bin Iyas Ra.
Al-Mujazzar bin Ziyad bin Amru Ra.
‘Ubadah bin al-Khasykhasy Ra.
Nahhab bin Tsa’labah bin Khazamah Ra.
‘Abdullah bin Tsa’labah bin Khazamah Ra.
Utbah bin Rabi’ah bin Khalid Ra.
Abu Dujanah Sima’ bin Kharasyah Ra.
Al-Munzir bin Amru bin Khunais Ra.
Abu Usaid bin Malik bin Rabi’ah Ra.
Malik bin Mas’ud bin al-Badan Ra.
Abu Rabbihi bin Haqqi bin Aus Ra.
Ka’ab bin Humar al-Juhani Ra.
Dhamrah bin Amru Ra.
Ziyad bin Amru Ra.
Basbas bin Amru Ra.
‘Abdullah bin Amir al-Ba’lawi Ra.
Khirasy bin al-Shimmah bin Amru Ra.
Al-Hubab bin al-Munzir bin al-Jamuh Ra.
Umair bin al-Humam bin al-Jamuh Ra.
Tamim (mantan budak Khirasy bin al-Shimmah) Ra.
‘Abdullah bin Amru bin Haram Ra.
Mu’adz bin Amru bin al-Jamuh Ra.
Mu’awwiz bin Amru bin al-Jamuh Ra.
Khallad bin Amru bin al-Jamuh Ra.
‘Uqbah bin Amir bin Nabi bin Zaid Ra.
Hubaib bin Aswad Ra.
Tsabit bin al-Jiz’i Ra.
‘Umair bin al-Harits bin Labdah Ra.
Basyir bin al-Barra’ bin Ma’mur Ra.
Al-Tufail bin al-Nu’man bin Khansa’ Ra.
Sinan bin Saifi bin Sakhr bin Khansa’ Ra.
‘Abdullah bin al-Jaddi bin Qais Ra.
Atabah bin ‘Abdullah bin Sakhr Ra.
Jabbar bin Umaiyah bin Sakhr Ra.
Kharijah bin Humayyir al-Asyja’i Ra.
‘Abdullah bin Humayyir al-Asyja’i Ra.
Yazid bin al-Munzir bin Sahr Ra.
Ma’qil bin al-Munzir bin Sahr Ra.
‘Abdullah bin al-Nu’man bin Baldumah Ra.
Al-Dhahlak bin Haritsah bin Zaid Ra.
Sawad bin Razni bin Zaid Ra.
Ma’bad bin Qais bin Sakhr bin Haram Ra.
‘Abdullah bin Qais bin Sakhr bin Haram Ra.
‘Abdullah bin ‘Abdi Manaf Ra.
Jabir bin ‘Abdullah bin Riab Ra.
Khulaidah bin Qais bin al-Nu’man Ra.
An-Nu’man bin Yasar Ra.
Abu al-Munzir Yazid bin Amir Ra.
Qutbah bin Amir bin Hadidah Ra.
Sulaim bin Amru bin Hadidah Ra.
Antarah (maula Qutbah bin Amir) Ra.
Abbas bin Amir bin Adi Ra.
Abul Yasar Ka’ab bin Amru bin Abbad Ra.
Sahl bin Qais bin Abi Ka’ab bin al-Qais Ra.
Amru bin Talqi bin Zaid bin Umaiyah Ra.
Mu’adz bin Jabal bin Amru bin Aus Ra.
Qais bin Mihshan bin Khalid Ra.
Abu Khalid al-Harits bin Qais bin Khalid Ra.
Jubair bin Iyas bin Khalid Ra.
bu Ubadah Sa’ad bin Utsman Ra.
‘Uqbah bin Utsman bin Khaladah Ra.
Ubadah bin Qais bin Amir bin Khalid Ra.
As’ad bin Yazid bin al-Fakih Ra.
Al-Fakih bin Bisyr Ra.
Zakwan bin Abdu Qais bin Khaladah Ra.
Mu’adz bin Ma’ish bin Qais bin Khaladah Ra.
Aiz bin Ma’ish bin Qais bin Khaladah Ra.
Mas’ud bin Qais bin Khaladah Ra.
Rifa’ah bin Rafi’ bin al-Ajalan Ra.
Khallad bin Rafi’ bin al-Ajalan Ra.
Ubaid bin Yazid bin Amir bin al-Ajalan Ra.
Ziyad bin Lubaid bin Tha’labah Ra.
Khalid bin Qais bin al-Ajalan Ra.
Rujailah bin Tha’labah bin Khalid Ra.
Atiyyah bin Nuwairah bin Amir Ra.
Khalifah bin Adi bin Amru Ra.
Rafi’ bin al-Mu’alla bin Luzan Ra.
bu Ayyub bin Khalid al-Anshori Ra.
Tsabit bin Khalid bin al-Nu’man Ra.
‘Umarah bin Hazmi bin Zaid Ra.
Suraqah bin Ka’ab bin ‘Abdul Uzza Ra.
Suhail bin Rafi’ bin Abi Amru Ra.
Adi bin Abi al-Zaghba’ al-Juhani Ra.
Mas’ud bin Aus bin Zaid Ra.
Abu Khuzaimah bin Aus bin Zaid Ra.
Rafi’ bin al-Harits bin Sawad bin Zaid Ra.
Auf bin al-Harits bin Rifa’ah Ra.
Mu’awwaz bin al-Harits bin Rifa’ah Ra.
Muaz bin al-Harits bin Rifa’ah Ra.
An-Nu’man bin Amru bin Rifa’ah Ra.
‘Abdullah bin Qais bin Khalid Ra.
Wadi’ah bin Amru al-Juhani Ra.
Ishmah al-Asyja’i Ra.
Tsabit bin Amru bin Zaid bin Adi Ra.
Sahl bin ‘Atik bin al-Nu’man Ra.
Tsa’labah bin Amru bin Mihshan Ra.
Al-Harits bin al-Shimmah bin Amru Ra.
Ubai bin Ka’ab bin Qais Ra.
Anas bin Muaz bin Anas bin Qais Ra.
Aus bin Tsabit bin al-Munzir bin Haram Ra.
Abu Syeikh bin Ubai bin Tsabit Ra.
Abu Tolhah bin Zaid bin Sahl Ra.
Abu Syeikh Ubai bin Tsabit Ra.
Haritsah bin Suraqah bin al-Harits Ra.
Amru bin Tsa’labah bin Wahb bin Adi Ra.
Salit bin Qais bin Amru bin ‘Atik Ra.
Abu Salit bin Usairah bin Amru Ra.
Tsabit bin Khansa’ bin Amru bin Malik Ra.
Amir bin Umaiyyah bin Zaid Ra.
Muhriz bin Amir bin Malik Ra.
Sawad bin Ghaziyyah Ra.
Abu Zaid Qais bin Sakan Ra.
Abul A’war bin al-Harits bin Zalim Ra.
Sulaim bin Milhan Ra.
Haram bin Milhan Ra.
Qais bin Abi Sha’sha’ah Ra.
‘Abdullah bin Ka’ab bin Amru Ra.
‘Ishmah al-Asadi Ra.
Abu Daud Umair bin Amir bin Malik Ra.
Suraqah bin Amru bin ‘Atiyyah Ra.
Qais bin Mukhallad bin Tsa’labah Ra.
Al-Nu’man bin Abdi Amru bin Mas’ud Ra.
Al-Dhahhak bin Abdi Amru Ra.
Sulaim bin al-Harits bin Tsa’labah Ra.
Jabir bin Khalid bin Mas’ud Ra.
Sa’ad bin Suhail bin ‘Abdul Asyhal Ra.
Ka’ab bin Zaid bin Qais Ra.
Bujir bin Abi Bujir al-Abbasi Ra.
‘Itban bin Malik bin Amru al-Ajalan Ra.
‘Ismah bin al-Hushain bin Wabarah Ra.
Hilal bin al-Mu’alla al-Khazraj Ra.
Shalih bin Syuqrat Ra. (pembantu Rasulullah)
------------------------
Di bawah langit Kota Mekah Al Mukarromah
Fauzy (Aboe Fatih Al ANSHARI)

Sumber tulisan: 

1. Al-Hâfizh Dhiyâuddin al-Maqdisi rahimahullah dalam kitab al-Ahkaam.
2. Ibnu Sayyidinnas rahimahullah dalam Kitab ‘Uyûnul-Atsar.

Kamis, 10 Februari 2022

Saya yakin anak santri tahu siapa itu Al Allamah Asy Syaikh Nawawi Al Jawi, seorang ulama nusantara. Di dunia pesantren bahkan di negara kita

Musik lagi musik lagi.... 
Saya yakin anak santri tahu siapa itu Al Allamah Asy Syaikh Nawawi Al Jawi, seorang ulama nusantara. 
Di dunia pesantren bahkan di negara kita secara umum pasti nama ulama nusantara satu ini dikenal dan tidak asing lagi. 
Beliau ketika mensyarah Kitab Bidayatul Hidayah karya Imam Ghazzali, maka beliau memberi judul suatu bab di dalamnya dengan:
ما يجب أن تحفظ الأذن عنه
Hal yang wajib telinga dipelihara darinya. 
Imam Ghazzali berkata:
وأما الأذن فاحفظها عن أن تصغي بها إلى البدعة
Adapun telinga maka jagalah dia dari mendengar bid'ah. 
Kata Syaikh An Nawawi Al Jawi:
كالغناء وآلة اللهو كالطنبور والعود والمزمار وغير ذلك
Seperti nyanyian dan alat musik, seperti gitar, kecapi, seruling, dan yang lainnya. 
(Maraqi Al Ubudiyah, hal. 232,karya Imam Nawawi Al Jawi, Dar Miratsun Nubuwah). 
No radikal... No keras.....! 
Ini fakta.... Dan ini ditemukan dalam kitab seorang ulama nusantara kita. 

Memang kiyai-kiyai sepuh kita dahulu memang wara'. 
Rahimahumullahu jami'an
Ustadz ahmad muzaqi

Ringkasan Buku: “Kiat-Kiat Hidup Bahagia.”

📜Ringkasan Buku: “Kiat-Kiat Hidup Bahagia.”

Busmillah, Walhamdulillah was sholaatu was salaamu alaa rasuulillah, amma ba'du;

🔴Penulis: Abdurrahman bin Naasir As Si'di (1307 – 1376 H) -rahimahullah-; Beliau salah seorang ulama Islam terkemuka di zamannya; Dan seorang peneliti handal (dalam bidang agama).

🔴 Latar belakang penulisan buku ini: Tatkala Syaikh melakukan perjalanan ke Lebanon –guna menjalani perawatan medis- (pada tahun 1373 H)– Beliau membaca sebuah buku berjudul, “Tinggalkan Kekhawatiran Dan Mulailah Hidup Baru” yang ditulis oleh Dale Carnegie; dimana beliau terkesan dengan buku itu, kemudian beliau menulis buku dengan tema serupa.

🔴Kiat-Kiat Hidup Bahagia secara ringkas dari tulisan Syaikh As-Si'di - rahimahullah- dalam buku tsb: 

1) Beriman Kepada Allah Ta'ala Dan Melakukan Amal Saleh: Karena iman akan membawamu kepada kesabaran, kebahagiaan dan kepuasan dengan apa yang telah Allah tetapkan.

2) Bersikap Baik Kepada Orang Lain Dengan Perkataan Dan Perbuatan: Kebaikan akan membawa kepada kebaikan dan menolak keburukan.

3) Menyibukkan (Diri) Dengan Perbuatan [Baik] Atau Ilmu Yang Bermanfaat: Karena hal itu dapat mengalihkan hati dari memikirkan apa yang membuatmu khawatir.

4) Menyibukkan Pikiran Dengan Tugas-Tugas Harian: Janganlah bersedih atas apa yang telah berlalu, dan jangan khawatirkan apa yang akan datang, karena Nabi shallallahu alaihi wa sallam pernah meminta perlindungan kepada Allah dari kecemasan dan kesedihan.

5) Banyak Berdzikir Dan Mengingat Allah Ta’alaa: Karena mengingat Allah dapat membawa kedamaian dan ketenangan hati.

6) Mengingat Nikmat-Nikmat Allah Yang Nampak Dan Yang Tidak Nampak: Karena hal itu akan menjadikan kita banyak bersyukur dan melupakan kekhawatiran.

7) Melihat Orang Yang Kondisinya Dibawahmu: Karena hal itu dapat menuntunmu untuk memuji Allah atas apa yang kamu alami, dan juga dapat menghilangkan kesedihan serta kekhawatiranmu.

8) Melupakan Masa Lalu: Karena Apa yang telah berlalu tidak mungkin kembali dan menyibukkan diri dengannya adalah kesia-siaan dan perbuatan gila.

9) Berdoa Kepada Allah Ta’alaa: seperti berdoa agar Allah memperbaiki agamanya, kehidupan dunia dan akhiratnya, sebagaimana yang disebutkan dalam hadits. 

10) Hendaknya Memperkirakan Kemungkinan Terburuk;  Karena ketika musibah datang, setidaknya sudah diperkirakan kemungkinan terburuknya, yang apabila terjadi ia dapat mengatasinya, dan jika benar-benar terjadi, maka berusahalah untuk mengatasinya sebisa mungkin.
 
11) Jangan Terbawa Dengan Ilusi Dan Khayalan; Karena ilusi dapat membawamu kepada pikiran-pikiran buruk, sehingga kamu menyangka sesuatu yang buruk itu terjadi, selain itu ia juga penyebab munculnya kekhawatiran dan segala macam penyakit.

12) Menggantungkan Hati Kepada Allah Dan Bertawakkal Kepada-Nya; Karena barang siapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluannya).

13) Memaafkan Kesalahan Orang Lain Dan Bersabar Atas Kelakuan Buruk Mereka; Setiap manusia pasti memiliki kekurangan atau kesalahan atau sesuatu yang tidak disukai, maka lihatlah dia dari sisi kebaikannya yang lain.

14) Jangan Menyibukkan Diri Dengan Hal-Hal Sepele; Sebagaimana kamu bisa membiasakan dirimu untuk bersabar dalam menghadapi permasalahan dan hal-hal yang besar, maka perkara-perkara  yang sepele tentunya lebih mudah bagimu untuk berpaling darinya.

15) Hidup Ini Singkat: Hidup yang hakiki (walaupun singkat) adalah hidup yang penuh dengan kebahagiaan dan ketenangan, maka jangan dipersingkat lagi dengan kecemasan dan banyak pikiran. 

16) Banyak Kekhawatiran Yang Tidak Nyata: Sebagian besar hal yang kamu khawatirkan belum tentu terjadi, jadi jangan biarkan kemungkinan yang kecil ini dapat mengalahkan kemungkinan-kemungkinan yang lebih besar.

17) Hiraukan Kesalahan Orang Lain Terhadapmu: Karena perbuatan buruk mereka sejatinya akan merugikan diri mereka sendiri, namun jika kamu ikut sibuk dengannya, maka hal itu akan merugikan dirimu sebagaimana telah merugikan diri mereka.

18) Perjalanan Hidupmu Tergantung Pada Pikiranmu; Jika pikiranmu berpusat pada sesutu yang dapat mendatangkan manfaat untuk agama atau duniamu, maka hidupmu akan indah dan bahagia, namun jika tidak maka yang akan terjadi adalah sebaliknya.

19) Jangan Mengharapkan Orang Untuk Berterima Kasih Kepadamu; Jika kamu berbuat baik kepada orang yang memiliki hak atasmu atau orang yang tidak memiliki hak atasmu, maka ini adalah transaksi antara dirimu dan Allah, oleh karenanya jangan pedulikan ketiadaan rasa syukur mereka kepadamu.

20) Sibukkan Dirimu Dengan Sesuatu Yang Bermanfaat; Karena perkara yang tidak baik menghasilkan kecemasan dan kesedihan, jadi sibukkan dirimu dengan perbuatan yang bermanfaat.

21) Berusahalah Untuk Menyelesaikan Pekerjaanmu Pada Waktunya; Karena pekerjaan yang tertunda akan bertumpuk dengan pekerjaan yang akan datang, dan akhirnya akan membuatmu menjadi lebih sibuk. 

22) Menata Tugas Dengan Skala Prioritas; Mulailah dengan yang paling penting dari yang penting dan dahulukan yang paling kamu sukai, sehingga kamu tidak cepat letih dan bosan, dan mintalah nasihat orang lain, karena tidak akan menyesal orang yang meminta nasihat.

Semoga bermanfaat. 
wa billahit taufik. 

__________
Ditulis oleh: Abdul Aziz Firdaus Bin Mubarok Bakhbazi.
Kota Madinah, 5 rajab, 1443 H

6 keadaan ketika muslim melakukan dosa

Beda antara akad salam dengan menjual barang yang belum dimiliki ala jastip

Beda antara akad salam dengan menjual barang yang belum dimiliki ala jastip

Ini pertanyaan penting nih..
Masih banyak yang belum bisa membedakan antara menjual barang yang belum dimiliki dengan akad salam dan akad Wakalah. Sehingga banyak kejadian Dropship dan jastip menjual barang yang belum dimiliki berkedok akad salam 😁.

Pertanyaan no.12 :

Assalamualaikum Tadz, mau tanya terkait jual beli salam.

Kan ada sistem jastip ya Tadz. Nah titik kritis keharamannya belum punya barang. Sedangkan jual beli salam juga belum ada barangnya. Atau jual beli salam itu menjadi halal karena tunai pembayarannya? Dan bisakah jastip menjadi halal dengan cara tunai pembayarannya?

Jawaban :

Wa'alaykumsalam warahmatullahi wabarakatuh.

Poin dibolehkannya akad salam bukan hanya karena bayarnya dimuka tetapi yang paling penting karena yang dijual adalah spesifikasi dan bukan barang tertentu di toko/supplier tertentu. Tetapi barangnya dipastikan banyak tersedia di pasaran. 
Sedangkan jastip adalah jual beli barang tertentu yang ada di toko/supplier tertentu (punya orang lain). Disinilah mengapa jastip diharamkan. Karena menjual barang spesifik yang belum dimiliki.
Jika jastip menggunakan akad bayar dimuka seperti akad salam maka tidak boleh menunjuk item tertentu di supplier tertentu. Kecuali akadnya diubah menjadi Wakalah bil ujrah. Tetapi jika menggunakan akad Wakalah wajib jujur berapa kita mengambil margin karena akad Wakalah adalah akad amanah.

Wallahu a'lam

Punya pertanyaan muamalah?
Join channel dan grup tanya jawab muamalah :

https://t.me/tanyajawabmuamalah
Ustadz ahmad suryana 
https://www.facebook.com/100003471680165/posts/4642550872537256/

pengaruh kelalaian dan dosa bagi hati

Kitab di bawah ini merupakan andalan bagi mereka yang kontra wahabi, kitab ini dinisbatkan kepada KH. Muhammad Faqih Abdul Jabbar Maskumambang, saya sendiri bertemu langsung dengan cucu beliau, yaitu: KH. Marzuki bin Ammar bin

Kitab di bawah ini  merupakan andalan bagi mereka yang kontra wahabi, kitab ini dinisbatkan kepada KH.  Muhammad Faqih Abdul Jabbar Maskumambang, saya sendiri bertemu langsung dengan cucu beliau, yaitu: KH. Marzuki bin Ammar bin Muhammad Faqih, beliau sebagai cucu dan keluarga sangat meragukan kitab itu milik kakeknya, hal itu berdasarkan indikasi yang cukup kuat, yaitu: KH Muhammad Faqih mengumpulkan anak²nya yang juga para Kyai,  dan beliau berwasiat menunjuk putranya yang bernama KH.  Ammar  Faqih untuk meneruskan memimpin pondok maskumambang. Padahal  kala itu KH.  Ammar  Faqih setelah pulang dari menuntut ilmu di Arab saudi,  beliau dianggap sebagai tokoh sentral gerakan wahhabi di Gresik dan sekitarnya. Jikalau KH. Muhammad Faqih itu anti wahabi, apa mungkin dia rela pondoknya diwasiatkan kepada anak yang menjadi tokoh wahabi di zamannya?

Maka dari itulah,  pihak keluarga juga heran dengan munculnya kitab tersebut. Apalagi setelah klaim dari penerbitnya bahwa kitab ini telah hilang selama 93 tahun, Kebetulan cicit dari "pengarang" kitab ini juga teman sekelas saya waktu kuliah. 

Hasil wawancara dg KH. Marzuqi Ammar, 8/11/2020
Ustadz fadlan fahamsyah 
https://www.facebook.com/100004358714062/posts/1942021172619821/

(Dulu) Menolak Wahabi, (Kemudian) Mengajarkan Wahabi

(Dulu) Menolak Wahabi, (Kemudian) Mengajarkan Wahabi

==============================

Anda pernah melihat buku berjudul “Menolak Wahabi” karya KH. Muhammad Faqih Maskumambang, yang diterjemahkan dan diterbitkan oleh Penerbit Sahifa (foto terlampir) ? 

Buku tersebut sempat viral dan kemudian banyak dibedah di beberapa tempat, apalagi dengan embel-embel “diterbitkan kembali setelah 93 tahun hilang”.

Buku itu sendiri merupakan terjemahan dan salinan dari Kitab berjudul “An Nushush al Islamiyyah fi ar Raddu ‘ala Madzhab al Wahhabiyah”. Kitab ini ditulis saat KH. Muhammad Faqih sedang berada di Mesir dan kemudian diterbitkan pertama kali oleh penerbit Mesir Darul Ihya Kutubul ‘Arabiyah pada tahun 1341 H atau 1922 M. Dalam kitab ini Beliau bantah segala pemikiran paham Wahabi dan para tokohnya yang menurut Beliau bertentangan dengan paham Aswaja.

Kitab tersebut terdiri atas 3 bagian. 

Bagian pertama berisi bantahan atas penukilan-penukilan yang menyesatkan yang dilakukan oleh pengikut pemikiran Muhammad bin Abdul Wahhab terutama Jamaluddin ad-Dimasyqi. 

Bagian kedua menjelaskan tentang perkara-perkara yang menjadi konsensus (ijma’) para Ulama Aswaja menurut Beliau. 

Bagian ketiga dari buku ini menjelaskan tentang karakteristik pemikiran para pemimpin aliran wahabi, diantaranya adalah pemikiran Ibnu Taimiyyah, Ibnu Qayyim al Jauziyyah, Muhammad bin Abdul Wahhab, Jamaluddin al Afghani, Muhammad Abduh, Rasyid Ridha, Syukri Afandi al Alusi al-Baghdadi, dan Abdul Qadir at-Tilimsani.

Bahasa penulisan kitab ini sangat tegas, karena KH. Muhammad Faqih merasa geram dengan perkembangan ajaran Muhammad bin Abdul Wahhab sehingga beliau membuat kitab ini  dengan bahasa yang tegas agar pembaca tahu bahwa Beliau memang menolak pemikiran Muhammad bin Abdul Wahhab.

Menurut penuturan salah seorang cucunya (KH. Marzuqi Ammar), KH. Muhammad Faqih menulis kitab tersebut setelah terinsipirasi dengan sebuah kitab yang juga berisi bantahan terhadap Wahabi yang berjudul “Fajrul Shadiq”. Diduga yang dimaksud dengan kitab “Fajrul Shadiq” tersebut adalah kitab yang berjudul lengkap “Fajrul Shadiq fi ar-Radd 'ala Munkiri at-Tawassul wal Khawariq” yang ditulis oleh Syaikh Jamil Effendi Sidqi az-Zahawi al-Baghdadi (1863 M – 1936 M).

Juhud KH. Muhammad Faqih dalam menolak paham Wahabi tidak hanya sampai disini saja. Beliau bersama-sama dengan ulama-ulama yang sepemahaman dengan Beliau, seperti Hadratus Syaikh Hasyim Asy’ari dan KH. Abdul Wahhab Chasbullah, kemudian mendirikan Organisasi Islam Nahdhatul ‘Ulama (NU). Organisasi ini bermula dari sebuah komite bernama “Comite Hijaz” yang didirikan memang untuk membendung arus gerakan pembaharuan yang didengungkan oleh Muhammadiyah dan Al Irsyad, yang diduga terpengaruh paham Wahabi. Dalam NU, KH. Muhammad Faqih menduduki posisi yang sangat dihormati, yakni Wakil Rais Akbar. Sedangkan Rais Akbar-nya sendiri diduduki oleh Hadratus Syaikh Hasyim Asy’ari.

Dengan segala reputasi mentereng sebagai penolak paham Wahabi, namun tahukah anda  jika ternyata ada penelitian/kesaksian yang menyebutkan bahwa KH. Muhammad Faqih telah ruju’ dari pandangan negatif Beliau terhadap ajaran Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab ?

Dan ini ada hubungan dengan putera Beliau, KH. Ammar Faqih Maskumambang, yang konon telah berubah menjadi Wahabi setelah belajar kepada Syaikh Umar Hamdan ketika menuntut ilmu di Makkah.

==============================

Saya akan nukil sebagian pernyataan yang ada pada sebuah penelitian sebagai berikut :

"Sebelum KH. Muhammad Faqih wafat, ada perubahan pemikiran mengenai sikapnya terhadap pemikiran Muhammad bin Abdul Wahhab. Hal tersebut bermula ketika KH. Ammar Faqih menulis buku yang berjudul Tuhfah al-Ummah fi al-‘Aqa’id wa-Rad al Mafasid pada tahun 1932 yang isinya tidak jauh berbeda dengan kitab tauhid karangan Muhammad bin Abdul Wahhab mengenai pemurnian tauhid.”

"KH. Ammar Faqih memang berkeinginan untuk mengubah pemikiran ayahnya dengan mengajak berdiskusi mengenai pemikiran Muhammad bin Abdul Wahhab. Namun ajakan tersebut ditolak oleh KH. Muhammad Faqih. Kemudian KH. Ammar meminta kepada ibunya untuk meletakkan bukunya di atas meja belajar KH. Muhammad Faqih. Akan tetapi ketika KH. Muhammad Faqih membaca sampul buku tersebut dan pengarangnya adalah KH. Ammar, maka seketika itu KH. Muhammad Faqih langsung membuangnya.”

“KH. Muhammad Faqih sangat menyesali kepergian KH. Ammar ke Makkah selama tiga tahun, sebab KH. Muhammad Faqih percaya bahwasanya ajaran Wahabi yang diikuti oleh KH. Ammar disebabkan oleh interaksi sosial dengan ulama-ulama Wahabi di kota Makkah. Bagi KH. Muhammad Faqih, KH. Ammar telah menjadi pengikut aliran sesat serta telah durhaka terhadap orang tua dan sesepuh Pondok Pesantren Maskumambang Dukun.”

"Akan tetapi untuk ketiga kalinya atas bujukan istrinya, akhirnya KH. Muhammad Faqih menjadi penasaran dengan isi buku tersebut kemudian membacanya. Selesai membaca, KH. Muhammad Faqih menangis kemudian memanggil istrinya. KH. Muhammad Faqih teringat akan mimpi melihat matahari dan bulan saat istrinya mengandung KH. Ammar Faqih. Saat bertanya kepada KH. Abdul Djabbar mengenai arti mimpi tersebut, KH. Abdul Djabbar menjelaskan bahwa KH. Muhammad Faqih akan mendapat anak yang kelak akan menjadi tokoh yang besar akan tetapi pada masa kecilnya sedikit nakal. Sejak saat itu KH. Muhammad Faqih menyadari bahwasanya KH. Ammar Faqih dilahirkan untuk menjadi orang yang hebat dan membawa perubahan.”

"Sebelum meninggal dunia, KH. Muhammad Faqih telah berpesan kepada anak-anaknya yang sedang menungguinya supaya tidak diberi cungkup dan kijing pada makamnya serta menunjuk KH. Ammar Faqih sebagai pengasuh Pondok Pesantren Maskumambang Dukun. Hal tersebut didukung oleh saudara-saudaranya KH. Ammar sebab dua diantara saudaranya telah mendirikan pesantren sendiri di luar Maskumambang. KH. Abdul Hamid Faqih mendirikan Pondok Pesantren Mathlabul Huda di Karangbinangun Lamongan dan KH. Mochtar Faqih menjadi pengasuh Pondok Pesantren Kebondalem Surabaya.”

“KH. Muhammad Faqih Maskumambang wafat pada tahun 1937 M dalam usia 80 tahun. Menurut KH. Marzuqi Ammar, KH. Muhammad Faqih meninggal dalam keadaan jari telunjuk yang kanan lurus mirip orang sholat yang sedang tasyahud. KH. Muhammad Faqih dimakamkan di Taman Pahlawan tepatnya di Desa Sembungan Anyar Kecamatan Dukun.”

(selesai nukilan)

Nukilan di atas kami salin seutuhnya dari penelitian skripsi tahun 2019 berjudul “Perbandingan Pemikiran KH. Muhammad Faqih Maskumambang dan KH. Ammar Faqih Maskumambang dalam Merespon Gerakan Wahabi Tahun 1922 – 1961 M”, karya Faridah Hidayatul Mahiroh, dari Fakultas Adab dan Humaniora, Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Ampel, Surabaya. Nukilan ada pada halaman 37 – 39.

==============================

Kisah di atas juga tercantum dalam penelitian skripsi tahun 2016 yang berjudul “Muhammad Faqih Maskumambang dan Sikapnya terhadap Pemikiran Muhammad bin Abdul Wahhab”, karya Ari Nurhidayaty Ningtyas, yang juga berasal dari Fakultas Adab dan Humaniora, Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Ampel, Surabaya.

Bahkan dalam penelitian Ari Nurhidayaty terdapat pernyataan yang lebih tegas mengenai ruju’-nya KH, Muhammad Faqih ini, sebagai berikut :

“Keinginan Ammar Faqih untuk mengubah pemikiran Muhammad Faqih Maskumambang dibuktikan dengan usaha beliau mengajak diskusi guna membahas ajaran Muhammad bin Abdul Wahhab. Akan tetapi penolakan demi penolakan yang didapati oleh Ammar Faqih. Hal ini tidak menyurutkan semangat Ammar Faqih untuk tetap berusaha mengubah pemikiran ayahnya.”

"Sampai suatu ketika Ammar Faqih berpesan kepada ibunya untuk meletakkan buku Tuhfah al-Ummah fi al-‘Aqa’id wa-Rad al Mafasid di tempat solat yang biasa dipakai Muhammad Faqih Maskumambang solat sunnah di rumahnya. Namun, seketika saat Muhammad Faqih Maskumambang membaca sampul halaman buku tersebut terdapat tulisan nama pengarangnya adalah Ammar Faqih, Muhammad Faqih Maskumambang langsung membuang buku tersebut.”

“Ammar Faqih tidak patah semangat, beliau kembali meminta tolong kepada ibunya untuk menaruh buku tersebut di tempat solat ayahnya. Muhammad Faqih Maskumambang tetap tidak mau membacanya dan kembali membuang buku tersebut. Untuk ketiga kalinya Ammar Faqih meminta tolong kepada ibunya untuk meletakkan buku tersebut di tempat tidur ayahnya. Muhammad Faqih Maskumambang yang akhirnya menjadi penasaran dengan isi buku tersebut, beliau kemudian membacanya.”

“Seketika itu Muhammad Faqih Maskumambang menangis tersedu-sedu kemudian memanggil istrinya. Kepada istrinya beliau bercerita bahwa beliau teringat dengan mimpi beliau saat istrinya mengandung Ammar Faqih. Saat itu beliau bermimpi melihat matahari dan bulan. Saat bertanya kepada ayahnya, Abdul Djabbar tentang apa arti mimpi itu, Abdul Djabbar menjelaskan bahwa Muhammad Faqih Maskumambang akan mendapat anak yang hebat akan tetapi sedikit memiliki kenakalan. Sejak saat itu Muhammad Faqih Maskumambang menyadari bahwa Ammar Faqih memang dilahirkan untuk menjadi orang yang hebat dan mampu membawa perubahan.”

“Mulai dari sini Muhammad Faqih Maskumambang kemudian mempercayai pemikiran Ammar Faqih tentang pemikiran Muhammad bin Abdul Wahhab. Hal ini kemudian dibuktikan dengan sikap beliau yang mengumpulkan semua anak-anaknya dan berkata di depan mereka untuk memilih Ammar Faqih sebagai penerus kepemimpinan Pondok Pesantren Maskumambang.”

(selesai nukilan halaman 68 – 70)

Selanjutnya, pada bagian “Kesimpulan”, kembali Ari Nurhidayaty menyatakan dengan tegas mengenai perubahan pandangan KH. Muhammad Faqih terhadap ajaran Wahabi dengan menyatakan sebagai berikut :

“Sikap Muhammad Faqih Maskumambang terhadap pemikiran Muhammad bin Abdul Wahhab pada awalnya adalah menolaknya dengan keras. Sikap penolakan Muhammad Faqih Maskumambang ditunjukan dengan menerbitkan kitab An Nushush al Islamiyyah fi ar Raddu ‘ala Madzhab al Wahhabiyah dan keikutsertaan beliau dalam organisasi NU.”

"Akan tetapi beberapa tahun sebelum beliau wafat, sikap beliau terhadap pemikiran Muhammad bin Abdul Wahhab mengalami perubahan. Hal ini dikarenakan anak beliau yang bernama Ammar Faqih memberikan sebuah buku karangannya yang berjudul Tuhfah al-Ummah fi al-‘Aqa’id wa-Rad al Mafasid. Perubahan sikap Muhammad Faqih Maskumambang dibuktikan dengan menunjuk Ammar Faqih sebagai penggantinya untuk meneruskan mengasuh Pondok Pesantren Maskumambang sebagai generasi ketiga.”

(selesai nukilan halaman 75)

Pada kedua penelitian tersebut, kisah mengenai KH. Muhammad Faqih dan KH. Ammar Faqih di atas sama-sama merujuk pada keterangan dari KH. Marzuqi Ammar, yang merupakan anak dari KH. Ammar Faqih dan cucu dari dari KH. Muhammad Faqih. Ary Nurhidayaty mewawancarai KH. Marzuqi Ammar di Gresik pada 31 Mei 2016, sedangkan Faridah mewawancarainya pada 09 Desember 2018.

==============================

Sebagai tambahan info, menjelang wafatnya, KH. Muhammad Faqih berwasiat dengan disaksikan seluruh anaknya, agar kepemimpinan pesantren kelak sepeninggalnya dilanjutkan oleh Ammar.

Wasiat tersebut berbunyi (teks wasiat berdasarkan keterangan KH. Marzuqi Ammar):

“Hai anak-anakku semua, Bapak ini sudah mendidik kalian, semuanya sudah Bapak berikan, tapi orang itu bakatnya berbeda-beda. Setelah Bapak timbang-timbang, teliti, dan putuskan, lah Ammar inilah kira-kira yang bisa meneruskan peran Bapak di Pondok Pesantren Maskumambang ini. Jadi, besuk yang menggantikan Bapak, ya dia.”

Dibawah kepemimpinan KH. Ammar Faqih, wajah Pesantren Maskumambang tak lagi sama. Kegiatan pemurnian tauhid dan pemberantasan bid’ah mulai dilakukan. Kisah lengkapnya pernah kami tulis beberapa waktu lalu.

Dan ketika KH. Ammar Faqih menyerahkan estafet kepemimpinan kepada menantunya, KH. Nadjih Ahjad, maka mulailah masuk Kitab at Tauhid karya Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab sebagai buku pedoman yang wajib dipelajari di Pesantren Maskumambang.

Maka inilah takdir Allah yang tak pernah disangka-sangka :

Bagaimana sebuah Pesantren yang Kyai-nya pernah menjadi poros utama penolak paham Wahabi di Nusantara, namun kurang lebih setengah abad kemudian Kitab at Tauhid yang merupakan “kitab babon paham Wahabi” malah terang-terang diajarkan disana.

Wallahu a’lam..

adab salam

Yang tidak membolehkan ungkapan "Al-Marhum" diantaranya Syaikh Abdul Aziz bin Baz -rahimahullah-

Yang tidak membolehkan ungkapan "Al-Marhum" diantaranya Syaikh Abdul Aziz bin Baz -rahimahullah-

Yang membolehkan juga ada..

Kalau mau keluar dari khilaf ya bagus
Ustadz nurhadi 

KH Mas Mansoer dan Tawassul Kepada Orang sholeh yang Telah wafat

KH Mas Mansoer dan Tawassul Kepada Orang sholeh yang Telah wafat

TAUHID KIYAI HAJI MAS MANSUR: TERMASUK KESYIRIKAN KEPADA KUBURAN DAN ARWAH ORANG MATI ADALAH DENGAN MENJADIKAN MEREKA SEBAGAI PERANTARA-PERANTARA (WASILAH-WASILAH) YANG MENYAMPAIKAN DO'A KEPADA ALLAH*

Kiyai Haji Mas Manshur (Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Tempoe Doeloe, Pendiri Majelis Tarjih Dan Tajdid Muhammadiyah, Dan Ketua Pertama Majelis Tarjih Dan Tajdid Muhammadiyah) -Rahimahullah- Berkata:

_"Yang paling menyedihkan dan yang menyayat hati, para penipu aqidah itu bergaya sebagai pemuka-pemuka agama, sehingga syirik yang mereka anjurkan itu nampaknya seakan-akan perintah agama, yang menyebabkan banyak orang islam terperosok dalam perangkap mereka itu, tanpa sadarkan diri mereka telah jauh tenggelam dalam larangan agama yang sangat besar."_

[Lihat Buku Risalah Tauhid Dan Syirik, Halaman 20].

Beliau Menjelaskan Ada Tiga Macam Orang-Orang Yang Berbuat Kesyirikan Dan Beliau Menyebutkan Orang-Orang Yang Menjadikan Kuburan Sebagai Wasilah (Perantara) Kepada Allah, Sebagai Salah Satu Dari Mereka Yang Berbuat Kesyirikan. 

Kiyai Haji Mas Mansur -Rahimahullah- Berkata:

_"Lain halnya dengan orang yang syirik (menyekutukan Allah), karena mereka itu mempunyai corak pandangan dalam hal yang berkaitan dengan kepercayaan itu sebagai berikut:_

_Pertama: selain mereka itu mempercayai adanya Allah dan kekuasaan-Nya, mereka juga percaya bahwa di samping Tuhan itu masih ada pula sesuatu yang dianggap mempunyai kekuatan dan kekuasaan ghaib, yang dapat mempengaruhi sebagai pengaruhnya Tuhan kepada semua makhluk-Nya._

_*Kedua: mereka mempunyai kepercayaan bahwa, patung atau kuburan orang-orang yang dianggap saleh atau mulia, atau benda-benda lainnya itu dapat menyampaikan (menjadi wasilah) permohonannya kepada Tuhan Allah.*_

_Ketiga: Mereka mempunyai kepercayaan bahwa, Tuhan itu tidak satu (tidak Esa) tetapi banyak bilangan-Nya (seperti kepercayaan orang yang menganut agama Kristen)."_

[Lihat Buku Risalah Tauhid Dan Syirik, Halaman 26].

Bahkan Lebih Jauh, Beliau Menjelaskan Bahwa Kepercayaan Sebagian Orang-Orang Musyrik Terhadap Allah Sama Sekali Tidak Berbeda Dengan Kepercayaan Orang-Orang Beriman, Yaitu Sama-Sama Mempercayai Bahwa Allah Itu Satu-Satunya Tuhan Yang Maha Menguasai Lagi Maha Menciptakan, Namun Orang-Orang Musyrik Menyimpang Karena Mencari Perantaraan (Tawassul) Dalam Menyembah Allah. 

Kiyai Haji Mas Manshur -Rahimahullah- Berkata:

_"Maka, Zat Yang Maha Menjadikan dan Maha Besar Kekuasaan-Nya itulah yang disebutkan "Tuhan Allah". Orang yang muwahid (bertauhid) pasti menghambakan diri, berbakti, dan memohon pertolongan hanya kepada-Nya saja. Akan tetapi bagi orang-orang Musyrik lain pula kepercayaannya dan perbuatannya, *sebagiannya ada yang mempunyai i'tiqad sama dengan orang yang bertauhid*, akan tetapi dalam perilakunya jelas jauh berbeda. Orang yang bertauhid itu mengadakan hubungan langsung kepada Tuhannya, baik dalam cara menyembah, bermohon dan berprilaku. Sedangkan orang-orang yang musyrik, mereka tidak merasa cukup dengan demikian saja, namun *mereka berusaha dan berupaya mencari perantaraan dalam menyembah, bermohon dan menggantungkan nasibnya, dengan mengangkat sesuatu baik benda atau orang untuk mengantarkan semuanya itu kepada Allah*; adakalanya memakai perantara benda-benda yang dianggap ber hasiat ghaib, kuburan-kuburan, arwah orang-orang yang sudah mati dan lain sebagainya. Adapun orang yang bertauhid menempuh jalan yang lurus lagi dekat; akan tetapi orang-orang musyrik mengambil jalan yang jauh dan salah."_

[Lihat Buku Risalah Tauhid Dan Syirik, Halaman 29].

Beliau Juga Mengkritisi Fenomena Kemasyarakatan Yang Terjadi Pada Zaman Beliau Berupa Banyaknya Orang-Orang Yang Berziarah (Mendatangi) Kubur-Kubur Guna Meminta-Minta Ke Sana Dan Menjadikan Wasilah-Wasilah (Perantara-Petantara) Ke Perkuburan Para Kiyai Dan Para Wali. 

Kiyai Haji Mas Manshur -Rahimahullah- Berkata:

_"Sejak itulah, timbul syirik terhadap kuburan dan arwah, hingga kinipun perbuatan yang seperti itu masih banyak dikerjakan orang. Tidak sedikit orang yang meminta-minta kepada kuburan yang dianggap keramat ini dan keramat itu; atau kuburan wali si fulan dan kyai si fulan. Mereka meminta keselamatan, banyak rezki dan lain sebagainya menurut kebutuhan masing-masing orang. Yang sangat memprihatinkan karena orang-orang muslimin sekalipun telah banyak larut di dalamnya, terutama dalam zaman peceklik, seakan-akan mereka itu berpacu atau berlomba mengerjakan perbuatan syirik yang tidak terpuji itu. Sehingga kuburan si fulan yang dulunya samasekali tidak terawat, tidak terjaga dan tidak teratur, sekarang telah diberi dinding dari batu pualam, diberinya atap dan jeruji besi di sekitarnya, karena sekarang sudah banyak orang yang berduyun-duyun datang meminta kesana, disamping agar situasi kuburan itu nampak kian menarik perhatian orang. Kuburan di sana penuh bejubel orang yang mendatanginya, sedangkan kuburan disini juga tidak kalah ramainya, seakan nampak adanya persaingan ketat antar kuburan dan arwah-arwah itu. Demikian juga jalan-jalan yang menghubungkan ke tempat kuburan itu, yang dulunya nampak sunyi senyap jauh dari keramaian orang, kini nampak seperti pasar penuh dengan orang yang lalu-lalang dan orang-orang yang menjual bunga-bungaan yang siap ditaburkan diatas pusaranya, Apakah perlunya kaum muslimin dan muslimat datang berlomba-lomba kesana itu?. Apa pula yang dikerjakan mereka diatas kuburan yang diziarahi itu?."_

[Lihat Buku Risalah Tauhid Dan Syirik, Halaman 38 Sampai 39].

Sampai Pada Akhir, Beliau Memperingatkan Dengan Keras Agar Menjauhi Kesyirikan Terhadap Kubur-Kuburan Nabi Dan Kubur-Kuburan Orang Shaleh Tersebut. 

Kiyai Haji Mas Manshur -Rahimahullah- Berkata:

_"Wahai para juru kunci kuburan dan para sponsor kesyirikan! segera berhentikan perbuatanmu yang menyesatkan sesamamu itu. Ingatlah pembalasan Tuhan kelak dikemudian hari; tidaklah dunia ini kekal selama-lamanya. Tidak lama lagi akan datang masanya suka atau tidak suka Allah akan membuat perhitungan atas segala pekerjaan dan perbuatan manusia. Untuk keperluan duniamu, cari lah pekerjaan yang baik-baik, dan janganlah kamu menghendaki mahligai kehidupan dunia dengan menggadaikan akhirat, karena harta benda yang kamu kumpulkan dengan jalan menipu dan menyesatkan orang._

_Kaum muslimin hendaknya pandai dan cermat dalam menghadapi suatu pekerjaan dan perbuatannya, agar supaya tidak merugi karena mengerjakan sesuatu tanpa difikir dahulu secara mendalam. Jauhilah segala bentuk perbuatan syirik itu, agar jangan mendapat murka dari Allah, karena melanggar larangan agama; dan janganlah tertipu oleh buaian manis hawa nafsu yang nyata merugikan dan menyesatkan itu."_

[Lihat Buku Risalah Tauhid Dan Syirik, Halaman 37].
Ust. Raihan Ramadhan,Lc.

Di share ulang oleh ustadz muhammad arrifudin 
https://www.facebook.com/1453838236/posts/10220403971836731/

Pembagian tauhid menjadi dua, tiga, atau empat itu berdasarkan _istiqra_ (penelitian) dari nash-nash yang ada jadi bukan hasil mengarang bebas.

Pembagian tauhid menjadi dua, tiga, atau empat itu berdasarkan _istiqra_ (penelitian) dari nash-nash yang ada jadi bukan hasil mengarang bebas.

Berikut di antara ulama yang membagi tauhid menjadi tiga yakni tauhid uluhiyah, tauhid rububiyah, dan tauhid asma wa shifat:

1. Al-Imam Abu Hanifah (w. 150) 
2. Al-Qadhi Abu Yusuf (w. 182) 
3. Al-Imam Ath-Thabari (w. 310)
4. Al-Imam Abu Ja'far Ath-Thahawi (w. 321)
5. Al-Imam Ibnu Bathah Al-Ukbari (w. 387)
6. Al-Hafizh Ibnu Mandah (w. 395)
7. Al-Imam Ibnu Abdul Barr (w. 463)

Dan lainnya dari kalangan para ulama Ahlul Hadits wal Atsar _rahimahumullah_ baik kalangan salaf maupun khalaf.

Ada juga para ulama yang membagi tauhid menjadi dua yakni tauhid Al-Ma'rifat wal Itsbat dan tauhid Al-Qashdu wa Ath-Thalab diantaranya:

1. Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah (w. 728)
2. Al-Imam Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah (w. 751)

Lalu, jika kita membaca  _Al-Qaulul Mufid_ yang ditulis oleh ulama kontemporer dari Yaman Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab Al-Wushabi Al-Abadi, beliau membagi tauhid menjadi empat yakni,
1. Tauhid rububiyah
2. Tauhid uluhiyah
3. Tauhid asma wa shifat
4. Tauhid mutaba'ah

Jika kamu bertanya mana referensinya silakan baca _Al-Qaulus Sadid fir Raddi 'ala Man Ankara Taqsimit Tauhid_ karya Syaikh Abdurrazzaq Al-Badr hafizhahullah dan tulisan-tulisan di internet yang banyak sekali.

Abahnya 'Aashim
https://www.facebook.com/100008395652637/posts/3514109025545585/

Rabu, 09 Februari 2022

Pembagian tauhid menjadi dua, tiga, atau empat itu berdasarkan _istiqrar_ (penelitian) dari nash-nash yang ada jadi bukan hasil mengarang bebas.

Pembagian tauhid menjadi dua, tiga, atau empat itu berdasarkan _istiqrar_ (penelitian) dari nash-nash yang ada jadi bukan hasil mengarang bebas.

Berikut di antara ulama yang membagi tauhid menjadi tiga yakni tauhid uluhiyah, tauhid rububiyah, dan tauhid asma wa shifat:

1. Al-Imam Abu Hanifah (w. 150) 
2. Al-Qadhi Abu Yusuf (w. 182) 
3. Al-Imam Ath-Thabari (w. 310)
4. Al-Imam Abu Ja'far Ath-Thahawi (w. 321)
5. Al-Imam Ibnu Bathah Al-Ukbari (w. 387)
6. Al-Hafizh Abi Ibnu Mandah (w. 395)
7. Al-Imam Ibnu Abdul Barr (w. 463)

Dan lainnya dari kalangan para ulama Ahlul Hadits wal Atsar _rahimahumullah_ baik kalangan salaf maupun khalaf.

Ada juga para ulama yang membagi tauhid menjadi dua yakni tauhid Al-Ma'rifat wal Itsbat dan tauhid Al-Qashdu wa Ath-Thalab diantaranya:

1. Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah (w. 728)
2. Al-Imam Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah (w. 751)

Lalu, jika kita membaca  _Al-Qaulul Mufid_ yang ditulis oleh ulama kontemporer dari Yaman Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab Al-Wushabi Al-Abadi, beliau membagi tauhid menjadi empat yakni,
1. Tauhid rububiyah
2. Tauhid uluhiyah
3. Tauhid asma wa shifat
4. Tauhid mutaba'ah

Jika kamu bertanya mana referensinya silakan baca _Al-Qaulus Sadid fir Raddi 'ala Man Ankara Taqsimit Tauhid_ karya Syaikh Abdurrazzaq Al-Badr hafizhahullah dan tulisan-tulisan di internet yang banyak sekali.

✍️ Abahnya 'Aashim

Senin, 07 Februari 2022

Sedekah subuh?Dalam fatwa ringkas berikut ini Syaikh Abdul Aziz Ar Rays menjelaskan bahwa tidak ada keistimewaan khusus untuk bersedekah di waktu subuh dan tidak ada dalil yang mengkhususkan waktu subuh untuk bersedekah.

Sedekah subuh?

Dalam fatwa ringkas berikut ini Syaikh Abdul Aziz Ar Rays menjelaskan bahwa tidak ada keistimewaan khusus untuk bersedekah di waktu subuh dan tidak ada dalil yang mengkhususkan waktu subuh untuk bersedekah.

Adapun hadits:

بورك لأمتي في بكورها

"Umatku diberkahi di waktu paginya".

Hadits ini dianggap lemah oleh Abu Hatim. Andaikan hadits ini shahih pun tidak ada dalil tentang keutamaan sedekah di waktu subuh, karena ini umum untuk semua amalan yang bisa diberkahi.

Dan andaikan dipahami bahwa ada keutamaan sedekah subuh, para sahabat tentu sudah mengerjakan hal tersebut.

Adapun hadits:

مَا مِنْ يَوْمٍ يُصْبِحُ العِبَادُ فِيهِ، إِلَّا مَلَكَانِ يَنْزِلاَنِ، فَيَقُولُ أَحَدُهُمَا: اللَّهُمَّ أَعْطِ مُنْفِقًا خَلَفًا

"Tidak ada satu hari pun bagi seorang hamba kecuali datang dua Malaikat yang salah satu dari mereka berdoa: Ya Allah berilah ganti yang lebih baik bagi orang yang bersedekah ..."

Ini tidak menunjukkan keutamaan sedekah subuh karena di sini Malaikat mendoakan orang yang bersedekah di sepanjang hari tersebut. Datangnya malaikat di waktu subuh dengan motivasi mereka untuk bersedekah adalah dua hal yang berbeda.

Simak lengkapnya:
https://www.youtube.com/watch?v=WSqR1x_PGBs

Wallahu a'lam.
Ustadz yulian purnama 
https://www.facebook.com/694486867/posts/10158933609896868/

Sembelihan itu ada 4 macam:

Sembelihan itu ada 4 macam:

1. Sembelihan yang bernilai ibadah kepada Allah, hal ini meliputi 5 hal: 
    - Udhiyyah (Kurban)
    - Aqiqah 
    - Hadyu (sembelihan untuk ibadah haji)
    - Menunaikan Nadzar 
    - membayar Dam (jika melanggar larangan ihram)

2. Sembelihan yang merupakan syirik besar, seperti menyembelih hewan lalu dijadikan sesajen bagi jin, Demit, lelembut, seng mbaurekso, danyang, Dewi Sri, Nyi loro kidul dll, hal itu dilakukan untuk mendatangkan manfaat dan menolak madharrat, maka ini syirik besar.  Hal ini berdasarkan hadits nabi: man dzabaha lighoirillahi faqod asyrak (siapa yang menyembelih hewan untuk selain Allah maka dia telah berbuat syirik).

3. Sembelihan mubah, jika menyembelih hewan diniatkan sekedar makan² saja, namun bisa menjadi sunnah jika diniatkan untuk memuliakan tamu dan semisalnya.

4. Sembelihan haram namun tak sampai pada derajat kesyirikan, seperti menyembelih hewan lalu diperuntukkan dalam ritual bid'ah yang tidak dituntunkan oleh nabi atau sembelihan yang didalamnya ada israaf dan semisalnya. Wallahu a'lam.

Faedah dari Dars kitab al-Arbain fi Huquq Robbil 'Aalamin hadits yang ke-9.
Ustadz fadlan fahamsyah 

Minggu, 06 Februari 2022

Seorang penuntut ilmu : Baqi' bin Makhlad رحمه الله jalan kaki dari andalusia / spanyol ke Baghdad iraq, kurang lebih 5 rb km, selama 2 tahun, tuk menemui Imam Ahmad bin Hanbal tuk mendapatkan hadits Nabi langsung dari Imam Ahmad رحمه الله

Seorang penuntut ilmu : Baqi' bin Makhlad رحمه الله jalan kaki dari andalusia / spanyol ke Baghdad iraq, kurang lebih 5 rb km,  selama 2 tahun, tuk menemui Imam Ahmad bin Hanbal tuk mendapatkan hadits Nabi langsung dari Imam Ahmad رحمه الله
💧 فلنبك على أنفسنا ..!! ☝️
👈 قطع مسافة أكثرمن 5000 كم ماشياً على قدميه ليتعلم بعض الأحاديث النبوية ، ونحن نستطيع أن نصل لآلاف الأحاديث بكبسبة زر ❗

👣 رحل #الإمام_بقي_بن_مخلدٍ - رحمه الله - على قدميه من الأندلس إلى بغداد ، وقطع مسافة أكثر من 5000 كم ماشياً على قدميه ، #لأجل_ملاقاة_الإمام_أحمد بن حنبل رحمه الله ، وطلب العلم على يديه !

قال بقيّ : فلما اقتربت من بغداد ، وصل إليّ خبر محنة الإمام أحمد وعلمت أنه ممنوع من الاجتماع بالناس وتدريسهم ، فاغتممت لذلك كثيراً ..!!

فلما وصلت إلى بغداد وضعت متاعي في غرفةٍ ، ثم خرجت أبحث عن منزل أحمد بن حنبل ؛ فدُللت عليه ؛ فطرقت الباب ، ففتح لي الباب الإمام أحمد نفسه ، فقلت : يا أبا عبد الله رجل غريب الدار ، وطالبُ حديث ، ومقيد سُنة ، ولم تكن رحلتي إلا إليك ..!!

فقال لي : أدخل ولا يراك أحد !!

فسألني وقال : أنا ممتحن !!

وممنوع من التدريس والتعليم ..!!

فقلت له : أنا رجلٌ غريب ؛ فإن أذنت لي آتيك كل يوم في لباس الفقراء والشحاذين ، وأقف عند دارك ، وأسأل الصدقة والمساعدة ؛ فتخرج إليّ ، وتحدثني؛ ولو بحديث واحد ..!!

فقال بقي: فكنت آتي كل يوم ؛ فأقف على الباب ، وأقول : الأجر رحمكم الله ، فكان أحمد يخرج إليّ ويُدخلني الممر ، 
ويحدثني بالحديثين والثلاثة وأكثر ، حتى اجتمع لي قُرابة ثلاث مئة حديث ..!!

ثم إن الله رفع الكربة عن الإمام أحمد ، وانتشر ذكره ؛ فكنت إذا أتيت الإمام أحمد بعد ذلك وهو في حلقته الكبيرة ، وحوله طلاب العلم ، كان يُفسح لي مكاناً ، ويقربني منه ، ويقول لأصحاب الحديث : 

👈 #هذا_يقع_عليه_إسم_طالب_العلم !!!

✍️ الإمام الذهبي - رحمه الله تعالى -.
📚 [[ سير أعلام النبلاء : (٢٩٢/١٣) ]]
Ustadz abu sa'dy

Selasa, 01 Februari 2022

HATI KITA MATI KRN 10 SEBAB !

قلوبنا ماتت بعشرة أشياء 
HATI KITA MATI KRN 10 SEBAB !  

 مر إبراهيم بن ادهم ابو  إسحاق بسوق البصرة فاجتمع إليه الناس
 Suatu Hari Ibrahim Bin adham abu  Ishaq melewati pasar di kota Basrah, maka manusia berkumpul mengelilingi beliau 

 وقالوا له : يا أبا إسحاق.. ما لنا ندعوا فلا يستجاب لنا ؟  
Mereka Bertanya : Wahai Abu Ishaq, kita sudah sering berdoa tapi kenapa doa2 kita belum dikabulkan juga ? 

  قال لأن قلوبنـا ماتت بعشرة أشيـــاء ؛
 Maka Beliau menjawab : Krn hati kita telah mati dgn sebab  sepuluh hal .  

 الأول : عرفتم الله تعالى .... فلم تؤدوا حقہ 
1. Kita mengenal Allah tapi tidak mau menunaikan hak2Nya / beribadah kepadaNya

  الثاني : زعمتم أنكم تحبون رسوله صلى الله عليه وسلم ........ وترڪتم سنتہ
 2. Kalian mengaku mencintai Rasulullah akan tetapi kalian meningalkan sunnah2nya ( dan lebih suka berbuat bid'ah pent.) 

 الثالث : قرأتم القرآن .......... ولم تعملوا به 
3. Kalian membaca Al Qur'an tetapi tidak mengamalkan isinya .. 

 الـــــرابع : أڪلتم نعمة الله تعالى ......ولم تؤدوا شكرها 
4. Kalian makan dan menikmati karunia dari Allah tapi tidak mau bersyukur Kepada-Nya 

 الخامس : قلتــم أن الشيطان عدوڪم ووافقتمـــوه 
5. Kalian mengatakan setan adalah musuh tapi justru perbuatan kalian sama dan disenangi setan.  

 السادس : قلتــم أن الجنـة حـق ...... ولم تعملـوا لها 
6. Kalian meyakini surga itu benar adanya, tapi tidak beramal utk bisa masuk surga. 

  الســـابع : قلتــم أن النـار حـق ..... ولم تهربوا منهــا
 7. Kalian menyakini neraka itu benar adanya , tapi malah justru kalian tidak menjauhinya (malah beramal utk memasukinya)

  الثــــامن : قلتــم أن المـوت حـق ..........ولم تستعــدوا له 
8. Kalian mengatakan "Maut " itu benar adanya tapi kalian tidak mempersiapkan diri utk menghadapinya. 

 التـــاسع : إذا انتبهتم من النوم ........اشتغلتم بعيوب الناس ونسيتم عيوبڪم
 9. Ketika bangun tidur kalian disibukkan dgn aib dan keburukan manusia dan kalian melupakan aib & keburukan sendiri 

  العـــاشر: دفنتــم أموتاڪم ......... ولم تعتبـروا بهم 

10. Kalian menguburkan orang yg meninggal diantara kalian tapi tidak mau mengambil ibrah (pelajaran) darinya ..  

 اللـــهم أحي قلوبنـــا بذڪـــرك 

Ya Allah hidupkanlah hati kami dengan selalu berdzikir kepada-MU 

  المصدر: جامع بيان العلم وفضله (2/ 12)، المستطرف (2/ 532)، إحياء علوم الدين (3/ 38)
Ustadz sulaiman abu syaikha

FAIDAH_MANHAJIYYAH

#FAIDAH_MANHAJIYYAH

Pentignya mempelajari tentang firqah-firqah (sejarah, aqidah dan pemikirannya) :

1. Untuk mengetahui penyimpangan mereka sehingga bisa menjahui kesalahan dan bidahـbidah firqah tersebut.

2. Menegakkan hujjah kepada ahli bathil dan ahwa', juga menyeru mereka kepada Al Haq.

3. Menjaga aqidah dan syariat dari berbagai bid'ah yang dinisbatkan kepada agama.

4. Memperingatkan kaum muslimin dari kesalahan dan kebatilan firqah-firqah tersebut.

5. Perubahan keadaan zaman ini seakan-akan kita hidup di satu negeri bahkan satu kampung karena berbagai sarana yang mendekatkan kita, sehingga kita dapati berbagai macam manusia dan dari berbagai firqah.

6. Tidak mungkin bisa menghukumi suatu firqah kecuali dengan mempelajari dan meneliti aqidah, ibadah dan berbagai pemikiran mereka. Yaitu dengan membaca dan merujuk kepada pemikiran para pendiri dan tokoh-tokohnya dalam kitab-kitab mereka.

7. Membiarkan manusia tanpa memberi peringatan dan pemahaman tentang kesalahan dan bahaya firqah-firqah yang menyimpang adalah bertentangan dengan kewajiban amar ma'ruf nahi munkar.

📚Mulakhas Al Firaq fil Aqidah; hal. 8-9, DR. Ibrahim bin Rafi' Al Ghamidi.

📖--------
diringkas dari "Matkul FIRAQ Semester 8", Ma'had Aly Imam Bukhari Solo,.
Ustadz muhammad alif 

Tuduhan tanpa dasar kepada Ibnu Taimiyah tidak hanya berkaitan dengan masalah akidah, melainkan juga masalah politik

Tuduhan tanpa dasar kepada Ibnu Taimiyah tidak hanya berkaitan dengan masalah akidah, melainkan juga masalah politik. Sebagaimana diceritakan oleh Ibnu Katsir dalam al bidayah wan nihayah, bagaimana beliau pun dituduh telah menyurati tatar dan bersekongkol serta menjalin hubungan kerjasama dg tatar. 
Padahal sudah populer bagaimana sikap beliau, dan semangat beliau dalam berjihad dan mengajak umat untuk berjihad melawan tatar.

Juga beliau dituduh haus kekuasaan oleh sebagian orang yang dengki dengan beliau. Maka beliau pun dipanggil oleh raja Nashir, lalu ditanyakan kepada beliau tentang berita yang beredar bahwa beliau menginginkan kekuasaan.

Ibnu Taimiyah pun hanya tersenyum tersenyum dan menjawab, "aku melakukan itu (berusaha mendapat kekuasaan)? Demi Allah Sesungguhnya kerajaanmu dan kerajaan tatar dihadapanku tidak lebih dari dua pecahan mata uang".

Mendengar jawaban Ibnu Taimiyah, sulthan pun tersenyum. Dan berkata, "Demi Allah engkau benar, dan orang yang menyampaikan kepada berita tentangmu lah yang dusta".
Ustadz abu hisyam