Sabtu, 08 September 2018

Kokoh atau istiqamah, bunglon atau munafik, kecebong atau sejati?

Kokoh atau istiqamah, bunglon atau munafik, kecebong atau sejati?

Di medsos terjadi perebutan status sebagai pihak yang kokoh. Nampaknya perebutan ini perlu dipikirkan ulang. Pasalnya, pantaskah seorang muslim memperebutkan status kokoh? ataukah lebih baik menggunakan istilah yang lebih jelas dasarnya, semisal istiqamah, atau taat atau taqwa atau hikmah.

Apalagi disertai dengan obral laqob/julukan buruk : pramuka, atau bunglon, bunglaf, kecebong dan yang serupa.

Yuk kita pikirkan bersama hadits berikut:
(مثل المؤمن كالخامة من الزرع، تفيئها الريح مرة، وتعدلها مرة، ومثل المنافق كالأرزة، لا تزال حتى يكون إنجعافها مرة واحدة)
Perumpamaan orang yang beriman bagaikan sebatang tanaman yang  segar, kadang kala dibuat miring oleh hembusan angin dan kadang kala dibuat tegak berdiri. Sedangkan perumpamaan orang munafiq bagaikan pohon aras (sejenis cemara)  yang selalu kokoh berdiri, hingga ketika tiba saatnya ia diterpa angin besar, pohon aras tercabut sekonyong konyong . (Muttafaqun 'alaih)

Hadits ini menggambarkan bahwa orang beriman tiada henti ditimpa cobaan yang sering kali menyebabkan imannya seakan hampir roboh, namun ketika badai telah berlalu ia kembali seperti sedia kala, alias ringan tangan untuk bertaubat.

Berbeda dengan orang munafik ia kokoh karena tidak pernah ditimpa musibah atau minimal jarang ditimpi, sekali tertimba musibah, maka serta merta terjungkal dan benar benar luntur imannya.

Masalah penggunaan julukan baru, maka para ulama' semisal Ibnu Taimiyyah, Ibnu Al Qayyim, Syeikh Ibnu Utsaimin dan lainnya, menekankan pentingnya berkomitmen dengan istilah istilah yang sudah jelas makna dan dasarnya, guna menghindari penafsiran yang tiada kontrol dan referensinya. Kalau memang menurut anda sudah layak, ya katakan saja munafik, standarnya jelas dan konsekwensinya jelas, tapi bunglon atau kecebong, kokoh, pramuka, danyang serupa apa standar dan konsekwensinya?

Apa anda kira dengan membuat julukan dan sebutan baru, berarti anda bebas tidak akan dihisab di hari qiyamat?

Semoga bermanfaat.
Ustadz Dr arifin badri Ma hafidzahullah