Ustadz said abu ukasyah
Perlahan tapi pasti hidayah itu menghujam dalam hati
Ketika cinta kepada Allah telah merasuk dalam hati, lalu membuahkan halawatul iman (kemanisan iman), maka Allahlah segalanya bagi hati tersebut.
عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ ثَلَاثٌ مَنْ كُنَّ فِيهِ وَجَدَ حَلَاوَةَ الْإِيمَانِ أَنْ يَكُونَ اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَحَبَّ إِلَيْهِ مِمَّا سِوَاهُمَا وَأَنْ يُحِبَّ الْمَرْءَ لَا يُحِبُّهُ إِلَّا لِلَّهِ وَأَنْ يَكْرَهَ أَنْ يَعُودَ فِي الْكُفْرِ كَمَا يَكْرَهُ أَنْ يُقْذَفَ فِي النَّارِ
Dari Anas bin Malik dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, beliau bersabda: “Tiga perkara yang apabila ada pada diri seseorang, ia akan mendapatkan manisnya iman (Ketika) Allah dan Rasul-Nya lebih dicintainya dari selain keduanya. Jika ia mencintai seseorang, dia tidak mencintainya kecuali karena Allah. Dan dia benci kembali kepada kekufuran seperti dia benci bila dilempar ke Neraka” (Hadis Riwayat Bukhari, Kitab Iman, Bab Manisnya Iman).
Itulah pokok keimanan, yaitu ketika Allah adalah segalanya baginya dengan menomorsatukan cinta Allah dan mengalahkan seluruh bentuk kecintaan lainnya yang bertentangan dengannya.Karena cinta Allahlah, kita harus memilih kebenaran dan meninggalkan kebatilan. Hanya demi Allahlah seorang mukmin rela meninggalkan seluruh catatan kelamnya, walaupun berat dirasa.
Artikel muslim. Or. Id