Rabu, 12 Juli 2023

KAJIAN SEPI

KAJIAN SEPI

Merupakan hal yang wajar apabila orang lebih senang belajar kepada ustadz atau da’i yang terkenal. baik terkenal di stasiun radio fulan, pemateri televisi fulan, atau terkenal di You tube dan medsos.
Walau demikian janganlah anda merasa bersedih ketika orang yang menghadiri kajian anda hanya segelintir saja, bahkan hanya satu orang yang hadir: lantaran anda bukanlah da’i tenar, bukan ustadz radio fulan, atau pengisi di TV fulan, atau banyak ceramahnya di You Tube misalnya: karena pahala yang Allah siapkan jauh lebih besar. Janganlah lihat kepada sedikitnya orang yang datang, akan tetapi lihatlah kepada manfaat yang diberikan dan pahala yang di janjikan.

Iman Dzahabi menyebutkan dari Imam Abdurohman bin Mahdi -rahimahumumallah- ia berkata: “aku duduk (mengajar) pada hari jum’at, apabila manusia yang hadir banyak: aku merasa bahagia, apabila sedikit: aku merasa sedih. Maka aku bertanya kepada Bisyr bin Manshur, maka ia menjawab: “ini adalah majelis yang buruk, janganlah engkau kembali kepadanya! Maka aku tidak kembali kepadanya”

[Siyar a’lam an-nubala’, (IX/196)]
 
Syaikh Abdul Aziz as-Sadhan berkata: “apabila engkau ditimpa rasa ujub, dan menimpa dirimu perasaan ghibthoh (senang) ketika melihat orang banyak, kemudian jika orang banyak itu pergi dan berpisah (darimu) sehingga tidak tersisa lagi kecuali sedikit: dan engkau tidak ikhlas dalam amalmu, tidak ikhlas dalam menyampaikan apa yang kamu miliki, maka ini adalah majelis yang buruk yang memudhorotkanmu dan tidak bermanfaat bagimu.

Oleh karena itu, kalau sekiranya tidak ada yang duduk di majlismu kecuali seorang saja: maka ajarkan dia apa yang Allah ajarkan kepadamu! Sungguh aku melihat sendiri sebagian masyaikh duduk seorang diri, tidak ada seorangpun yang hadir (di majlisnya), apabila datang seseorang dan dia membacakan di depannya: maka syaikh mensyarahnya, dan apabila tidak datang seorang pun dan telah habis waktu untuk mengajar: maka dia berdiri (pulang) dan tidak merasa sedih, dia kembali besok dan lusa sampai masa yang Allah kehendaki.”

[ma’alim fit thoriq tholabil ilmi, (hlm. 270) cet. dar Ibnu Haitsam]

Hal ini sering penulis alami sendiri, terlebih kajian yang disampaikan adalah kajian kitab rutin bukan kajian tematik yang ringan, yang orang lebih malas, lebih cepat bosan, lebih jenuh menghadiri kajian kitab dibanding tablig akbar, apalagi ustadznya bukan da’i kondang. 

Imam Malik berkata: “aku mendatangi Nafi’ sedangkan aku masih remaja yang berusia muda bersama dengan pembantuku. Maka Nafi’ menuruni tangga dan duduk bersamaku dan membacakan hadits kepadaku. Dan dia duduk di masjid setelah subuh, hampir-hampir tidak datang seorang pun lagi” 

[Siyar a’lam an-nubala’, (VIII/107)]

Yang menjadi patokan bukanlah banyaknya pengikut, akan tetapi yang menjadi patokan adalah keikhlasan dan manfaat yang diberikan kepada jama’ah. Bukanlah sesuatu yang asing bagi kalian sebuah hadits yang menjelaskan bahwa: nanti para nabi ada yang datang dengan dua tiga orang pengikut, bahkan ada yang datang pada hari kiamat tanpa membawa pengikut seorang pun. 

Kemudian, apakah mereka telah berhasil dalam berdakwah?! Walaupun pengikutnya sedikit bahkan tidak ada?! Jawabannya: mereka sudah berhasil ketika menyampaikan al-haq dan tidak menyembunyikannya.

Terlebih lagi ketika penulis di bangku kuliah belajar dakwah islahiyyah syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab, pak dosen menjelaskan bahwa: murid-murid Syaikh tidaklah banyak, setiap singgah di desa atau di kota murid beliau hanya satu atau dua orang. akan tetapi yang sedikit ini, banyak mengambil manfaat dari syaikh dan berdakwah membawa perubahan: sehingga lahirlah sebuah negeri yang bertauhid yang kita kenal sekarang ini. 

Oleh karena itu, lanjutkan perjuanganmu sobat!!

Dika Wahyudi Lc.

Ket. Gambar: masjid kami yang ingin d renovasi, sudah tidak memadai kapasitasnya buat warga dan pesantren.